Thursday, February 11, 2016

Berkomitmen rumah tangga yang bahagia


Assalaamu 'alaikum wr wb.
Al-hamdu lillah wa syukru lillah

Hari ini saya menghaturkan tulisan saya tentang bagaimana seharusnya suami istri itu berkomitmen dengan hak dan kewajibannya masing-masing.
Selamat membaca..

SEPASANG SUAMI-ISTRI
-----------------------------------------
Kemarin siang, saya menghadiri resepsi pernikahan putra tetangga. Acara dilangsungkan di gedung Aula Pertamina Polinema. Kedua mempelai yg sangat serasi itu tampak sedemikian bahagia, riang dan gembira. Cinta kasih yg Allah berikan kepada mereka telah terikat dalam tali pernikahan yg suci. Teriring doa semoga Allah SWT memberkahi mereka berdua dan senantiasa tetap dalam keberkahan-Nya, baik ketika kondisi suka maupun duka. Dan semoga Allah menyatukan mereka berdua dalam kebaikan.

Saudaraku.....
Setiap pernikahan memang merupakan peristiwa yg luar biasa. Bayangkan dua anak manusia yang berlainan jenis, yang tadinya tidak saling mengenal, tidak saling dekat, kemudian diikat dengan tali perkawinan sehingga menjadi 'satu' utk selamanya. Mereka akan hidup bersama  sebagai suami istri dalam suka dan duka. Karena itu doa bagi mereka sebagaimana yg selama ini kita lakukan, sangatlah diperlukan utk membantu mengokohkan perjalanan rumah tangga mereka.

Sejak akad pernikahan itu dilaksanakan, mereka resmi disebut sebagai sepasang suami-istri. Adanya sebutan suami, karena ada istri. Demikian juga sebaliknya, adanya sebutan istri karena ada suami. Ini mengisyaratkan adanya hubungan sebab akibat yg  saling terkait, terutama masalah hak dan kewajiban. Diantara mereka memang ada hak dan kewajiban. Kendatipun tidak sama tapi keduanya itu seimbang. Ada yg menjadi hak dan kewajiban masing2. Ada yg menjadi hak dan kewajiban bersama. Apa saja yg menjadi hak bagi suami, merupakan kewajiban istri. Begitu pula, apa yang menjadi hak bagi istri adalah merupakan kewajiban suami. Keduanya harus berjalan selaras dan seiring. Tidak boleh menang-menangan, tidak boleh juga kalah-kalahan.

Saudaraku..
Laksana sepasang kaki, maka suami istri harus melangkah serasi.
Coba kita perhatikan kedua kaki kita ini. Setiap hari kaki ini berjalan menelusuri langkah kehidupan. Keduanya saling beriringan. Keduanya saling meringankan. Keduanya saling menyeimbangkan. Mari kita perhatikan sewaktu kita berjalan di jalanan yg datar. Mari kita perhatikan sewaktu kita berjalan di jalanan yg naik. Seperti apa posisi kedua kaki kita saat melewati jalanan yang menurun. Seperti apa posisi kaki kita saat melewati jalanan yg miring dan seterusnya.

Subhanallah....
Begitu luar biasanya  kerja sama kedua kaki kita. Belum lagi faktor penyeimbang dari semua anggota tubuh kita lainnya. Semuanya bekerja sama dengan sebaik-baiknya. Semua saling mendukung. Semua saling menjaga. Agar seberat apapun beban yang dibawanya, kita tetap setimbang, tidak mudah terpeleset, lebih-lebih sampai jatuh tersungkur.

Perihal kanan dan kiri, jika posisinya sebagai kaki kanan ataupun kaki kiri, jadilah kaki kanan atau kaki kiri yg baik, kokoh, dan kuat. Masing2 jangan pernah ada yang melemahkan. Jangan ada yg berusaha mendahului biar tidak 'kesrimpet' saat berjalan. Jangan juga saling berebutan posisi. Melangkahlah dengan kedudukan dan posisi masing-masing. Melangkahlah dengan  langkah terbaik yang bisa dilakukan.

Bila ibaratnya harus mengenakan sepatu, maka keduanya juga harus pakai sepatu. Jangan hanya yang kanan saja yang pakai sepatu, sementara yang kiri dibiarkan telanjang berlumuran tanah, kotor,  dan berdebu. Demikian pula sebaliknya. Kasihan, selain tidak nyaman untuk berjalan juga akan ditertawakan banyak orang. Pakai sepatupun, antara kaki kanan dan kiri, nomornya harus sama. Jangan ada yang kekecilan atau kebesaran.  Kekecilan atau kebesaran di salah satunya, juga tidak nyaman. Apalagi kekecilan atau kebesaran di kedua-duanya. Sepatu yang paling nyaman dipakai adalah sepatu yang sesuai ukuran kaki kita masing2. Jangan gampang tergoda dengan ukuran sepatu tetangga yg lebih besar. Sebab jika kita berusaha menyamakan dengan orang lain yg memang ukurannya tidak sama,  kita sendiri yang kerepotan saat berjalan. Masing-masing ada ukurannya, masing-masing ada bagiannya. Demikian pula dengan hidup kita.

Saudaraku....
Dalam masalah hak dan kewajiban, sepasang suami-istri yang ideal adalah seperti   gambaran kaki normal dengan segala atribut yg dikenakannya secara serasi sebagaimana yg telah dijelaskan diatas. Namun adakalanya  pernikahan itu berjalan tidak normal. Ibaratnya kaki tersebut, ada kaki yang sehat ada kaki yang sakit. Bahkan ada pula kaki yang lumpuh karena stroke. Bila kelumpuhan kaki secara fisik sangat kita takutkan, apa lagi rumah tangga yg lumpuh pasti sangat menyedihkan.

Bagi siapapun yg rumah tangganya mengalami  masalah, termasuk masalah 'stroke mental' sehingga salah satu pasangan atau kedua-duanya tidak berfungsi dengan baik, maka semangat utk melanjutkan perjalananan  harus tetap dipertahankan. Semua bagian  yang masih bisa berfungsi, harus dikerahkan untuk membantu menopang. Ibarat orang yang stroke jangan malu menggunakan 'tongkat', jangan malu menggunakan 'kursi roda'. Sebab jika tidak, maka semuanya akan ikut berhenti dalam kelumpuhan total.  Bila demikian, sungguh akan banyak sekali yang dikorbankan, termasuk masa depan anak2, bila sudah punya anak. Yakinlah kepada Allah, bahwa Allah akan senantiasa memberikan kekuatan dan juga pertolongan.

Saudaraku.....
Jika ada syurga di dunia ini, maka  kemungkinan besar  syurga di dunia itu adalah pernikahan yg langgeng penuh bahagia. Sebaliknya jika ada neraka di dunia ini, maka kemungkinan besar neraka di dunia itu adalah rumah tangga  yang gagal  penuh derita.
Bagi kita yang sudah berumah tangga, mari kita berkomitmen dengan rumah tangga yang bahagia.

Semoga Allah SWT menyelamatkan kita. Semoga Allah SWT melindungi kita, menjadikan rumah tangga kita, rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Rumah tangga yang damai penuh berkah.

Wallahu a'lam bish-shawab
-------------------------------------------
Malang, 9 Februari 2016
(Vinan)

No comments:

Post a Comment