Saturday, February 27, 2016

Syair Sufi Imam Syafi'i


Syakautu ila Waqi’in sua hifdzi, Fa arsyadani ila tarki al ma’ashi, Wa akhbaroni bi anna ‘ilmu nuurun, Wa Nuurullahi la yu’tha li aashi”

Aku mengadukan buruknya 'ingatanku' kepada syeikh waqi. Beliau berkata “tinggalkanlah maksiat, tinggalkanlah dosa. Ilmu adalah cahaya. Bukan sembarang cahaya. Ia adalah cahaya dari Allah SWT. Dan Cahaya Allah tak akan teranugerahkan kepada si Al ‘ashi (pelaku maksiat) atau pendosa”.

Syair populer ini dilantunkan oleh Imam Syafii. Orang lebih mengenal imam syafii sebagai imam mazhab fikih, tapi sesungguhnya beliau juga seorang pengembara ruhani. Secara sanad beliau berguru kepada imam malik dan imam malik berguru kepada imam Jafar As shadiq hingga bersambung sampai rasulallah.

Beliau gelisah karena terlempar dari mengingatNya. Memohon agar dibimbing untuk bs mengingatNya kembali. Sang guru menjawab di balik ilmu ada cahaya. Dan itu adalah cahaya Allah. Jika pengetahuan yang kita dapat tidak menerangi hati tetapi malah membuat kita bermaksiat kepada Allah dengan merasa paling benar, paling alim, paling tahu, paling pintar, paling bijak,  paling sufi, paling kenal Tuhan maka sesungguhnya ilmu yang kita dapat hanya kumpulan teori dan rumus rumus pemuas syahwat nalar kita. Karena yang terpenting bukan ilmu yang kita dapat tetapi sejauh mana 'NUR' yang Allah simpan dibalik pengetahuan atau bahkan dibalik huruf per huruf itu menyala nyala dalam hati kita untuk menerangi perjalanan kita menuju Allah.

Pertemuan, perkumpulan dan persahabatan  kaum sufi bukan untuk membahas dan memperdebatkan teori dan  konsep cahaya, tetapi justru untuk saling membantu setiap jiwa agar sanggup menyalakan cahaya dalam dirinya lalu bersimpuh di hadapan Allah dan menunggu 'waktu' dimana Allah membuka pintuNya untuk menerima kedatangan hambaNya.

Melepaskan kemelakatan atau keterikatan kepada dunia bukan dengan lari dari dunia. Tapi dengan berusaha menyalakan cahaya cinta di dalam hati kita agar hati kita sadar siapa Tuan bagi hati ini dan siapa penumpang gelap. setelah itu kita hadapi dan tundukan penumpang gelap yang bernama dunia itu sebagaimana Musa menundukkan ular untuk kembali menjadi tongkat.

Pelajaran terpenting dari kisah imam syafii adalah jangan pernah melihat ilmu dari kegagahannya (hawa nafsu) karena akan melahirkan kesombongan (maksiat). Saat sombong kita telah terlempar dari mengingatNya dan ilmu yang ada pada diri kita tidak memancarkan cahaya. Tidak menerangi diri sendiri apalagi orang lain. Justru pada akhirnya akan mendegradasi kualitas kemanusiaan kita.

Sekedar renungan untuk bercermin bagi diri sendiri yang masih membutuhkan bimbingan dan mohon maaf bila terkesan menggurui. Wallahu alam. Asnawi

No comments:

Post a Comment