Friday, February 26, 2016

Wacana SUFI ke-107 : Menjadi Muslim adalah Pilihan Allah SWT, Bersyukurlah!


Nutrisi Ruhani sore
Santun Menyejukkan

Wacana SUFI ke-107

๐ŸŒ๐Ÿ๐Ÿ‰

~Menjadi Muslim adalah Pilihan Allah SWT, Bersyukurlah!~

" Bobot pahala buat kaum muslimin sekarang jauh lebih besar dibanding zaman sahabat, karena tantangannya lebih berat, dan Anda juga tidak menjumpai secara langsung Rasulullah SAW. Pada waktu sahabat itu enak sekali, sampai saya melamun seandainya ditakdirkan Allah hidup pada zaman Nabi. Wah, mungkin saya ga perlu repot-repot baca Qur’an. Ada Qur’an berjalan, sebab yang yang pertama kali mengamalkan semua perintah dan larangan dalam AlQur’an adalah Rasulullah SAW.

Namun dalam lamunan saya, lama-kelamaan jadi ketakutan sendiri. Iya, kalau saya ditakdirkan zaman itu, terus ikut Nabi, bagaimana kalau ikut Abu Jahal?
Ya sudah, kita syukuri saja.
Lebih baik kita ditakdirkan hidup jauh dari zamannya Rasulullah SAW, di akhir zaman dekat dengan hari kiamat, tetapi dipilih oleh Allah SWT menjadi orang beriman.

Kalau dipikir, kita ini siapa, kok bisa ikut Rasulullah SAW ?
Kita bukan famili dan saudara dari Rasulullah SAW, bukan pula tetangga, tempat tinggalnya jauh dari mekkah medinah, masih harus melewati samudera, jika naik pesawat butuh sekitar 8-9 jam.
Dilihat dari sisi jarak, dari darah, atau dari segi bahasa itu jauh sekali.
Kulit juga tidak mirip sama sekali, Rasulullah SAW itu kulitnya putih kemerah-merahan kalau terkena sinar matahari, sedangkan kulit kita sawo busuk.
Jadi, kalau di nalar bahwa kita ikut Rasulullah SAW itu muskil (sulit).

Apalagi, kalau kita ingat ada orang yang rumahnya dekat mepet rumah Rasulullah, paman langsung saudara ayahnya Rasulullah SAW, tatkala Rasulullah SAW lahir, kemudian dia diberitahu oleh budaknya, dan budak tersebut langsung dimerdekakan, karena begitu gembiranya.
Bahkan bukan sekedar paman saja, tapi besanan dengan 2 anaknya Rasulullah SAW.
Dia punya 2 anak laki-laki, dikawinkan dengan 2 putrinya Rasulullah yaitu Sayyidatina Ruqoyah dan Sayyidatina Ummi Kulsum.

Jadi kedekatannya sudah luar biasa, secara tetangga, darah, besanan, namun orang tersebut bukan hanya tidak ikut Rasulullah, bahkan saat diajak oleh Rasulullah SAW justru mencaci makinya. Orang itu adalah Abu Lahab.

Ketika Rasulullah SAW mengumpulkan banyak orang di Safa, kemudian beliau bertanya,
“kalau saya ngomong begini……. anda percaya tidak ?
kalau saya menggambarkan begini…….. percaya tidak ?”
Semua mengatakan percaya, karena Rasulullah SAW tidak pernah sekalipun diketahui orang, berbohong.
Tetapi, ketika sampai pada pengenalan kepada Allah SWT Yang Maha Esa, Abu Lahab sebagai orang yang pertama kali teriak memaki-maki Rasulullah SAW.

“Kurang ajar kamu Muhammad!
orang-orang tua kamu kumpulkan dan diberitahu begitu. Sekarang khan sudah bagus, ada banyak Tuhan, kok kamu jadikan satu saja!”.

Orang yang begitu dekatnya dengan Rasulullah dari segala sisi tidak beriman, sedangkan kita yang tidak ada hubungan apa-apa, justru beriman kepada Rasulullah SAW.
Coba anda tanyakan kepada para professor seluruh dunia, mereka tidak akan bisa menjawab, sebab akalnya tidak sampai. Tetapi, kalau anda tanyakan ke saya, itu jawabnya mudah, ya itulah kehendak Allah SWT!

Jadi, Allah itu kalau bahasa betawinya, Maha “Semau Gue”.
Makanya, nanti Abu Lahab tidak bisa protes.
Misal protes kenapa orang Indonesia yang jauh sekali, mestinya kiblatnya di Borobudur, justru berkiblat ke kakbah? Sedangkan saya yang dekat sekali dengan Muhammad, kenapa tidak diberi hidayah?

Jawab Allah, “biarin....Semau Gue”.

Ini adalah hak prerogratifnya Allah SWT. Itulah sebabnya, para ulama-ulama menyatakan bahwa kita harus bersyukur sekali bahwa kita dipilih Allah SWT dari sekian banyak milyar manusia.

Itu adalah pilihan dari Allah SWT, yang harus kita syukuri. Kadang-kadang anda mengira bahwa anda ikut Rasulullah SAW, dan menjadi seorang muslim itu gara-gara kehebatan muballigh, dai……..sama sekali bukan!

Apakah ada muballigh yang lebih fasih dari Rasulullah SAW ?
Rasulullah itu sebelum berbicara saja sudah menarik hati, apalagi kalau bicara.
Berbicara dengan pamannya sendiri, malah dimaki-maki, itu khan tidak masuk akal.

Makanya, jadi muballigh jangan suka menepuk dada, “orang sini jika tidak kedatangan saya, sudahlaahhh….”.
Padahal, itu semua atas kehendak Allah SWT, hak prerogratif-Nya. Bahkan Rasulullah SAW pun juga tidak bisa.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

ุฅِู†َّูƒَ ู„َุง ุชَู‡ْุฏِูŠ ู…َู†ْ ุฃَุญْุจَุจْุชَ ูˆَู„َٰูƒِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูŠَู‡ْุฏِูŠ ู…َู† ูŠَุดَุงุกُ ۚ ูˆَู‡ُูˆَ ุฃَุนْู„َู…ُ ุจِุงู„ْู…ُู‡ْุชَุฏِูŠู†َ ูจ:ูฅูฆ

"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk".
[Al Qashash/28 : 56]

Oleh karena itu, baru dipilih saja kita harus bersyukur, apalagi kalau kita bisa sholat, hingga bisa pengajian seperti ini.
MasyaAlloh……...

Saya kadang agak gregetan dengan orang-orang yang suka memberi penghakiman masuk neraka pada orang lain. Padahal orang tersebut itu dipilih oleh Gusti Allah.
“kok kamu neraka-nerakakan, apa dia punya kamu? kamu sama sekali tidak punya saham neraka, tidak pula punya saham surga”.
Itu milik Allah SWT dan Allah lah yang memilihnya. "

[Mbah Yai GusMus | Masjid Raya Bintaro Jaya | 29 Jan 2016]


๐Ÿ‡๐Ÿ‰๐Ÿ

SIRR✨SUFI Islam Ramah

Ini adl Group Khusus
SIRR ONLINE๐ŸŒ™247

#Jaga HATI online dengan Allah, nonstop 24 jam, 7 hari


ุฃَู„ู„ู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ูˆَ ุณَู„ِّู…ْ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَ ุนَู„َู‰ ุขู„ِู‡ِ ูˆَ ุตَุญْุจِู‡ِ ุฃَุฌْู…َุนِูŠْู†َ ๐ŸŒณ๐Ÿƒ๐ŸŒด

No comments:

Post a Comment