Monday, February 22, 2016

Tahapan Proses Penciptaan Alam


Menurut Syeikh al-Akbar Muhyiddin Ibnu Araby dalam kitab Fusus Al-Hikam, bahwa terjadinya alam ini tidak bisa dipisahkan dengan ajarannya tentang Haqiqah Muhammadiyah atau Nur Muhammad. Ibn Arabi mengatakan bahwa Nur Muhammad adalah sesuatu yang pertama kali wujud (menitis) dariNur Illahi.

Dari Nur Muhammad lah terbitnya alam ini.

Juga diriwayatkan bahwa dari Haqiqah Muhammadiyah atauNur Muhammad ini dijadikan surga dan neraka, nikmat dan azab. Tegasnya, tidak ada yang maujud melainkan dari Haqiqah Muhammadiyah atau Nur Muhammad.

Tahapan-tahapan kejadian dalam proses penciptaan alam menurut Ibn Arabi :

1. Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak

yaitu zat yang mandiri tanpa disebabkan / berhajad wujud-Nya kepada sesuatu apapun.

2. Wujud Haqiqah Muhammadiyah atau Nur Muhammad

sebagai emanasi pertama dari wujud Tuhan dan dari padanya melimpah wujud-wujud lainnya.

3. Bentuk-bentuk al-a’yan al-sabithah (wujud-wujud yang ada pada ilmu Tuhan)

yang disebut dengan ‘Alam al-Ma’ani.

4. Realitas-realitas rohaniah (wujud-wujud rohani)

yang disebut dengan ‘Alam al-Arwah.

5. Realitas-realitas al-Nafisah (wujud-wujud jiwa)

yang disebut dengan ‘Alam al-Nufus al-Natiqah.

6. Bentuk-bentuk zat tanpa materi

yang disebut ‘Alam al-Misal.

7. Wujud-wujud jasad bermateri

yang disebut pula dengan Alam al-Ajsam al-Madiyah, atau yang disebut juga ‘Alam al-Hisbi atau ‘Alam al-Syahadah

Ibn Arabi menolak ajaran yang mengatakan bahwa alam ini berasal “dari tiada kepada ada, min al-‘adam ila al-maujud".

Menurut Ibn Arabi, asal segala yang ada (alam) ini adalah emanasi Tuhan yang terus-menerus. Dalam kitabnya al-Futuhat, dia mengatakan:
“Maha suci Dia yang menjadikan segala sesuatu dan Dialah ‘ain segala sesuatu.”

Dr. Ibrahim Hilal mengatakan:
”Teori emanasi telah mendasari ajaran tasawuf Ibn Arabi, yang menjelaskan bahwa alam ini bersumber dari Tuhan. Karena itu dapat dikatakan, sesungguhnya alam ini adalah Tuhan.
Esensi dari alam semesta ini adalah Tuhan, sedangkan lainya yang berupa materi hanyalah bayang-bayang saja."

wahdat al-wujud yang dipelopori Ibn Arabiy muncul dari sebuah hadits yang oleh sebagian pakar dinilai sebagai hadits qudsi yang menerangkan :

bahwa Allah ingin melihat diri-Nya diluar diri-Nya. Untuk itu dijadikan-Nya alam ini. Maka alam ini cermin bagi Allah. Dikala Dia ingin melihat diri-Nya, Ia melihat kepada alam, karena pada tiap-tiap benda yang ada di alam ini terdapat sifat ketuhanan.

Dari sinilah timbul paham kesatuan. Yang ada di alam ini kelihannya banyak, tetapi sebenarnya satu. Tak ubahnya seseorang yang melihat dirinya dalam beberapa cermin yang diletakkan di sekelilingnya.

Penggambaran di atas sejalan dengan penyatuan dua paradigma tasybih dan tanzih yang digunakan Ibn Arabi.

Dari segi tasybih Tuhan sama dengan alam, karena alam tidak lain adalah perwujudan dan aktualisasi sifat-sifat-Nya.

Dari segi tanzih Tuhan berbeda dengan alam, karena alam terikat oleh ruang dan waktu sedang Tuhan adalah absolut dan mutlak.

Secara tegas Ibn Arabi mengatakan ‘Huwa laa Huwa’ (Dia bukanlah Dia -yang kita bayangkan).
Sedekat-dekat manusia menyatu dengan-Nya, tetap tidak pernah benar-benar menyatu dengan Tuhan. Ia hanya menyatu dengan asma-asma-Nya, menyatu dengan bayang-banyang-Nya bukan dengan zat-Nya.

Dalam paham wahdat al-wujud, tiap sesuatu mempunyai dua aspek yaitu khalq dan haq.

Kata-kata khalq dan haq merupakan sinonim dari al-‘ard dan al-jawhar.

Menurut paham ini tiap-tiap yang ada mempunyai dua aspek.
1. Aspek luar yang merupakan ‘ard dan khalq yang mempunyai sifat kemakhlukan.
2. aspek dalam yang merupakan jawhar dan haq yang mempunyai sifat ketuhanan.

Dengan kata lain dalam tiap-tiap yang berwujud itu terdapat sifat "ketuhanan atau haq" dan "sifat kemakhlukan atau khalq".

Realitas alam secara keseluruhan menurut pandangan Ibn Arabi tidak akan terlepas dari keberadaan zat Tuhan yaitu maujud yang mutlak sebagai sumber dari segala sesuatu yang maujud.

Namun demikian tidak berarti dengan ketiadaan alam ini membuktikan ketiadaan zat Tuhan, sebab keberadaan alam semesta ini bukanlah menyebabkan adanya Tuhan, sebab DIA ada dengan sendiri-Nya, sedangkan alam semesta ini ada karena tajalli atau Tuhan menampakkan diri melalui proses penciptaan alam.

Meski ajaran wahdat Al-wujud memandang semua yang ada di alam ini terdiri dari dua aspek yakni aspek ketuhanan dan aspek kemakhlukan, sehingga semua yang wujud ini mempunyai wujud satu dengan Tuhan, namun ajaran ini berbeda dengan ajaran "panteisme" yang memandang semua alam semesta sebagai Tuhan (seperti yang disinyalir sementara pihak) sebab Ibn ‘Arabiy memandang ajarannya sebagai ajaran tauhid yang mensucikan zat Tuhan dari persamaan dan persekutuan dengan segala makhluk-Nya, tidak ada maujud yang hakiki kecuali zat Tuhan yang Maha Kuasa.

No comments:

Post a Comment