Tuesday, March 1, 2016

Petuah ke-57 : Menghormati para Wali Kekasih Allah


Petuah Singkat SUFI Agung

Petuah harian ke-57

๐Ÿฌ

~Menghormati para Wali Kekasih Allah~

๐ŸŒ™ Syeikh Abu Madyan al-Maghribi r.a berkata:

"Jika kau tak menghormati para wali, kau akan dimurkai makhluk-Nya"

☄Hormatilah para wali dan tunjukkanlah sikap baikmu kepada mereka.
☄Jadilah tanah untuk mereka sehingga dalam dirimu tumbuh aneka kekayaan ruhani yang mereka tanam sehingga rerumputannya tumbuh menghijau di sekelilingmu.

☄Jangan sampai kau menjauhi sikap hormat, karena akan dimurkai dan dijauhkan dari tingkatan orang mulia.

๐ŸŒ™Perhatikanlah firman Allah Ta'ala dalam sebuah hadis qudsi:

"Barang siapa yang memusuhi wali-Ku, kunyatakan perang kepadanya".
(HR al-Bukhari, Ibnu Hibban, dan al-Thabari dalam al-Kabir)

☄Maksudnya, Kuberitahukan kepadanya bahwa Aku akan memeranginya.

☄Lalu siapakah yang mampu berperang melawan Sang Raja Diraja?!
☄Karena itu, apa yang menghalangimu untuk tunduk dan merendah kepada orang yang berada dalam perlindungan Tuhannya, orang yang berlindung di benteng "La ilaha illallah", serta meraih kekayaan "la hawla wa la quwwata illa billah".

☄Wali Allah telah keluar dari daya dan kekuatan mereka menuju daya dan kekuatan Allah.
☄Mereka keluar dari perbuatan, sifat dan wujud mereka menuju perbuatan, sifat dan wujud Allah.
☄Barang siapa yang bersikap buruk, menyakiti dan tidak menghormati para wali Allah, berarti ia bersikap buruk kepada Allah, menyakiti zat yang telah memberinya berbagai karunia.
☄Karena itulah ia layak mendapat murka besar dari Allah Ta'ala serta dijauhkan dari perlindungan-Nya.

☄Jadi, jika kau ingin mencapai tingkatan kekasih, kau harus setia dan menunjukkan adab yang baik.


๐Ÿ“š Syarh al-Hikam al-Ghawtsiyyah Syekh Sayyid Abu Madyan al-Tilmisani al-Maghribi (w. 594 H), karangan Ahmad Ibn Ibrahim Ibn Ilan al-Shiddiqi al-Syafi'i al-Naqsyabandi


๐Ÿ

SIRR✨SUFI Islam Ramah

Ini adl Group Khusus
SIRR ONLINE๐ŸŒ™247

#Jaga HATI online dengan Allah, nonstop 24 jam, 7 hari


ุฃَู„ู„ู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ูˆَ ุณَู„ِّู…ْ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَ ุนَู„َู‰ ุขู„ِู‡ِ ูˆَ ุตَุญْุจِู‡ِ ุฃَุฌْู…َุนِูŠْู†َ ๐ŸŒณ๐Ÿƒ๐ŸŒด

Inilah Dalilnya : Mengirimkan Pahala Bacaan Alquran


๐Ÿ‚ Dalam kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi diceritakan bahwa Imam Syafi'i berkata:
ู‚ุงู„ ุงู„ุดุงูุนูŠ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡:ูˆูŠุณุชุญุจ ุฃู† ูŠู‚ุฑุฃ ุนู†ุฏู‡ ุดูŠุก ู…ู† ุงู„ู‚ุฑุขู† ูˆุฅู† ุฎุชู…ูˆุง ุงู„ู‚ุฑุขู† ูƒู„ู‡ ูƒุงู† ุญุณู†ุง
Syafi'i RHM berkata,"Dianjurkan di makam seseorang untuk dibacakan sebagaian dari Alquran dan jika mereka mengkhatamkan Alquran secara keseluruhan,maka itu lebih bagus.
Maka bagaimana jika pembacaan Alquran tsb tidak dilakukan sekitar makam?

๐ŸŒด Dalam permasalahan ini terdapat perbedaan pendapat dikalangan 4 madzhab. Meski demikian,TIDAK ADA SATUPUN IMAM MADZHAB YG MENYATAKAN MENGIRIMKAN PAHALA BACAAN ALQURAN SEBAGAI PERBUATAN BID'AH DAN HARAM. Mereka mengkaji dan mencari solusi agar saudara muslim tertolong dg bacaan Alquran. Perbedaan diantara mereka hanya terletak sebatas SAMPAI ATAU TIDAK. Sebab pembacaan Alquran merupakan ranah ijtihad.

๐Ÿ‘ณ๐Ÿป Imam Nawawi dalan kitab Al-Adzkar menyebutkan:

ูˆุงุฎู†ู„ู ุงู„ุนู„ู…ุงุก ููŠ ูˆุตูˆู„ ุซูˆุงุจ ู‚ุฑุงุกุฉ ุงู„ู‚ุฑุขู†،ูุงู„ู…ุดู‡ูˆ ู…ู† ู…ุฐู‡ุจ ุงู„ุดุงูุนูŠ ูˆุฌู…ุงุนุฉ،ุฃู†ู‡ ู„ุงูŠุตู„. ูˆุฐู‡ุจ ุฃุญู…ุฏุจู† ุญู†ุจู„ ูˆุฌู…ุงุนุฉ ู…ู† ุงู„ุนู„ู…ุงุก،ูˆุฌู…ุงุนุฉ ู…ู† ุฃุตุญุงุจ ุงู„ุดุงูุนูŠ،ุฅู„ู‰ ุฃู†ู‡ ูŠุตู„،ูุงู„ุงุฎุชูŠุงุฑ ุฃู† ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ู‚ุงุฑู‰ุก ุจุนุฏ ูุฑุง ุบู‡: ุงู„ู„ู‡ู… ุฃูˆุตู„ ุซูˆุงุจ ู…ุง ู‚ุฑุฃุชู‡ ุฅู„ู‰ ูู„ุงู†،ูˆุงู„ู„ู‡ ุงุนู„ู…
Para Ulama berbeda pendapat terkait sampainya pahala bacaan Alquran,pendapat yg masyhur dari madzhab Safi'i dan sejumlah ulama Syafi'i adalah tidak sampai. Sedangkan Iman Ahmad bin Hanbal dan sejumlah ulama lainnya dan juga sahabat (ulama) Syafi'i berpendapat bahwa pahalanya sampai. Pendapat yg terpilih adalah agar setelah pembacaan Alquran, dia yg membaca Alquran mengucapkan doa:"Ya Allah sampaikanlah pahala dari apa yg telah kubaca kepada Fulan."Hanya Allah yang Maha Mengetahui.

๐ŸŒพ Perhatikan dengan baik ungkapan Imam Nawawi diatas karena tidak sedikit orang yg mengutip ungkapan beliau dg niat bathil dan tidak mengutipnya dengan lengkap. Dalam menyikapi apa yg telah diungkapkan Imam Nawawi diatas,ada 3 pokok yg harus dijelaskan dan ditegaskan.

1⃣ Pertama,mayoritas Ulama menyatakan sampainya pahala bacaab Alquran untuk yg meninggal dunia.
2⃣ Kedua, Imam Syafii tidak pernah melarang seseorang membaca Alquran dengan niat untuk yg meninggal dunia,beliau hanya menyatakan jika Alquran itu dibacakan tidak dihadapan mayit atau makam maka tidak akan sampai manfaat atau pahalanya. Akan tetapi jika dibacakan di depan mayit atau makam akan sampai dan bermanfaat. Terbukti didalam kesempatan yg lain,beliau selalu menganjurkan membaca Alquran sampai khatam di makam seseorang.
3⃣ Ketiga,para Ulama selalu memilihi pendapat yg bisa diterima semua golongan,keluar dari perbedaan pendapat,mencari titik kesamaan. Itulah yg dilakukan Imam Nawawi. Semua Ulama sepakat bahwa doa seseorang akan sampai dan bermanfaat bagi yg meninggal dunia ,karena itulah Imam Nawawi dan para Ulama lainnya bahkan Ibnu Taimiyyah sekalipun mengajarkan untuk mengirimkan pahala bacaan Alquran atau dzikir melalaui doa. Imam Nawawi mencontohkan bahwa hendaknya setelah selesai pembacaab Alquran,orang yg ingin mengirimkan pahala bacaannya mengucapkan:
ุงู„ู„ู‡ู… ุฃูˆุตู„ ุซูˆุงุจ ู…ุง ู‚ุฑุฃุชู‡ ุฅู„ู‰ ูู„ุงู†
"Ya Allah sampaikan pahala apa yg telah kubaca kepada Fulan."

ูˆุงู„ู„ู‡ ุงุนู„ู…....
Dinukil dari buku "Inilah Dalilnya" oleh Habib Novel Alaydrus.
๐Ÿ“š๐ŸŽ‹๐ŸŽ‹๐ŸŽ‹๐ŸŽ‹======๐ŸŽ‹๐ŸŽ‹๐ŸŽ‹๐ŸŽ‹๐Ÿ“š

Dor! Meletuslah balon azab itu


LGBT… Heran? Gak perlu. Itu sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Tepatnya jaman nabi Luth.

Kenapa bisa terjadi dan apa akibatnya bagi peradaban mungkin lebih enak dipahami sambil ngopi.

Pertama, yang perlu kita kaji dan mungkin penting bahwa azab itu turunnya selalu di tengah kemakmuran, bahasa tepatnya di kemodernan peradaban. Bukan di keterbelakangan peradaban

Kenapa penting untuk dipahami? Karena masih banyak ulama kita memakai kata azab yang diletakkan di waktu dan kondisi yang tidak tepat. Misalnya, ketika Tsunami atau letusan gunung, tiba-tiba banyak da’i langsung memvonis bahwa itu azab Alloh. Padahal itu siklus bencana.

Negara kita, sejak jutaan tahun, sebelum ada penghuni  sudah menjadi tempat bencana. Bahasan geologi dan katastropi menjelaskan bahwa Nusantara adalah tempat lempengan, patahan, tumbukan dan pusat gunung berapi.

Ada atau tidak manusia, tanah negara kita tetap selalu berproses yang  pastinya menimbulkan gempa, Tsunami dan letusan.
Tiga hal ini ( gempa, Tsunami dan meletusnya gunung ) adalah metode keseimbangan sunatullah agar bumi tetap subur, bersih udara dan air. Dan efek dari itu ya kita sendiri yang menikmati. 

Ketiganya bisa diprediksi dan ditanggulangi dengan mitigasi siaga bencana.

Jadi, mari belajar membedakan mana bencana alam, mana azab. Bencana alam adalah siklus hidup bumi. Sedang azab adalah ulah manusia. Datangnya azab juga tak bisa diprediksi. Sebenarnya sih bisa diprediksi. Tetapi karena nafsu manusia sudah meninggi, maka sistem peringatan-peringatan azab itu menjadi abai.

Balik lagi, azab kaum  Luth terjadi di puncak kemakmuran. Kenapa begitu? Quran sendiri sudah menjelaskan bahwa kemakmuran sering membuat orang lalai, sedang keterhimpitan dan keterbelakangan malah membuat orang merintih pada Tuhannya.

Dengan kemakmuran orang merasa bahwa apa yang dinikmati adalah hasil jerih payahnya, bukan karunia Alloh. Dampak anggapan cara berfikir ini, manusia akan berbuat yang paling disukai, pastinya pada titik puncaknya akan menjadi penumpukan-penumpukan perlawanan pada sunatullah.

Nah, ketika “wadah” tumpukan pelanggaran sunatullah ini tak kuat menampung, meletuslah wadah itu.

Meletus balon hijau, dor! Hatiku sangat kacau. Letusan azab itu terjadi tiba2. Persis seperti anak kecil yang girang meniup balon tanpa peduli akibat berlebihannya. Padahal orang2 tua sudah mengingatkan. Seperti itulah azab. Seakan cicilan tiupan2 perlawanan sunatullah itu tak berdampak. Padahal  saat titik klimaks wadah itu tak kuat menahan, hmmm…tak ada yang siap. Karena datangnya sangat tiba-tiba.

Ah….intronya terlalu panjang. Mari kita rinci azab Luth secara teknis.

LGBT itu terjadi karena kejenuhan, kebosanan dan ketakutan. Jenuh dan bosan karena tak punya tujuan akhirat. Lha kalau dunia sudah terengkuh semua, terus ngapain ya? Akhirnya bingung sendiri karena gak ada tujuan. Padahal usia masih panjang.

Ketakutan juga karena ketiadaan sistem keyakinan. Karena tak adanya keyakinan mengarungi sunatullah hidup, akhirnya cari cara aman dan nyaman yang aneh-aneh.
Teknis detailnya lagi, LGBT itu terjadi karena komplikasi antara kejenuhan pengumbaran sex dan ketakutan “sakit hati” dengan lawan jenis.

Kalau sudah bolak-balik free sex dengan mudah, maka  secara sunatullah seseorang akan bosan dengan lawan jenis. Dicobalah dengan yang sejenis. Kalau bolak-balik sakit hati dengan lawan jenis, maka muncullah ketakutan dengan lawan jenis dan cari aman bahagia dengan sesama jenis.

Apa akibatnya?

Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Ketika kita melakukan LGBT, maka kita sedang melakukan sesuatu yang tidak visioner, tidak memaknai khalifah fil ardh. Yang tidak visioner berarti kehancuran.

Yang perlu kita ingat, pikiran manusia bekerja dengan energi listrik dan frekwensi. Ketika  manusia tidak menjalankan misi sunatullah, maka ia sedang melakukan deviasi energi dan frekwensi . Akan menjadi kekacauan medan magnet dan gelombang pikiran.

Bayangkan bila penyimpangan  ini dilakukan dalam skala besar. Baik secara besar kualitatif personal maupun komunal. Maka di ruang atmosfer ini akan terbentuk energi baru yang tidak cocok dengan energi hidup bumi.

Energi itu akan mengacaukan sistem kerja peradaban yang sudah susah-susah dibangun oleh kaum ulama, alias kaum berilmu. Secara teknisnya disebut RFI, Radio Frequency interference atau EMI electro Magnet Interference.

Kerja pikiran berjamaah penganut LGBT ini akan bertahap mengintervensi kerja tehnologi yang suatu saat,,, Dor! Meletuslah balon azab itu.

Simulasi sederhana, bayangkan bila segala penjuru dunia saat ini yang frekwensi kerja listriknya antar 50-60Hz tiba2 kena interferensi gelombang mendadak yang menyimpangkan  frekwensi tersebut. Voltase ada, tapi frekwensi berubah.

Akibatnya, seluruh listrik mati. Genset pun tak bisa bekerja. Hanya ada voltase tapi frekwensi tersebut sudah dilock. Artinya, samasaja tak ada energi listrik samasekali.
Lampu mati, segala yang berhubungan dengan kerja motor langsung mati. Mobil, kereta api, mesin pabrik, komputer, HP,GPS, Satelit, trasnreciever BTS, pompa air  bendungan, reaktor nuklir dll semuanya kompak mati mendadak dalam jam, waktu dan detik yang sama. Bagaimana hancurnya transportasi ✈๐Ÿš€๐ŸŽก๐Ÿญ๐Ÿ—ผ๐Ÿš‚๐Ÿš๐ŸšŠ๐Ÿš†๐Ÿš„dan data komunikasi ๐Ÿ“€๐Ÿ’ฟ๐Ÿ’พ๐Ÿ“ก๐Ÿ“ž๐Ÿ“Ÿ๐Ÿ“ ☎๐Ÿ“ฑ hanya butuh satu kedipan mata.

Kemudian tumpukan voltase ini  yang tak bisa bekerja ini menjadi kekuatan bersama seluruh muka bumi, yang kemudian mengundang petir dari langit. Persis kalau kita nyalain televisi waktu hujan. Tapi ini terjadi di seluruh bumi, jauuuuh lebih dahsyat.

Diam, pejamkan mata dan bayangkan sejenak. Blaarrrr!!!!⚡⚡⚡⚡ Detik itu juga kita semua wassalam tersambar petir wis….

Jadi, petir yang menyambar suatu kaum seperti yang dijelaskan Quran itu samasekali bukan tinjauan mitos, legenda atau klenik. Tapi benar-benar tinjauan fisika murni yang luput dari analisa kita.

Ini hanya tulisan singkat dan sangat mengandung be’e lho yo. Lebih baik urusan gini dikonfirm ilmuwan fisika langsung aja.

Kalau buat kita sih sederhana kok,  sering2 tafakur istighfar. Karena itu adalah jalan menetralisir  pengaruh EMI & RFI energi LGBT.

Perkara orang bilang LGBT itu HAM, ya dimaafkan aja. Kalau perlu dikuliahkan ke Massachusett๐Ÿ˜‚ biar sedikit melek tehnologi. Agar membahas prilaku manusia gak cuma mandeg bahasan hak atau tinjauan sosio-psikologi aja.

Apabila Malaikat Harut Dan Marut Diberikan Sifat Manusia Dan Ditarik Sifat Malaikatnya


" Daripada Tafsir Ibnu Kathir, Riwayat Sohih, Riwayat Al Imam Ahmad bahawasanya, setelah Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ Berfirman kepada Malaikat Nya, Sesungguhnya Aku menciptakan manusia di atas muka bumi ini sebagai Khalifah. Malaikat berkata, Ya Allah kenapa nak menciptakan satu lagi makhluk sedangkan kami sentiasa Bertahmid dan Bertasbih kepada Mu, tidak perlu Ya Allah, adakah kau nak menciptakan seorang yang boleh merosakkan bumi dunia?

Firman Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰, Sesungguhnya aku tau apa yang kamu tidak tau. Kata Malaikat, Ya Allah tidak perlu menciptakan sesiapa, kita sudah sentiasa beribadah kepada kau, ambillah pengajaran daripada apa yang sudah berlaku. Malaikat Allah nak menegur Allah kerana sebelum ini Jin sudah merosakkan bumi.

Kemudian Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ Berfirman, Sesungguhnya Aku tau apa yang kamu tidak tahu. Tidak perlu Ya Allah. Lalu Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ Berfirman kepada Malaikat Nya, Pilih lah dua daripada kalangan kamu semua, berikan dua malaikat kepada Aku. Kemudian mereka memilih Malaikat Harut dan Marut.

Setelah itu Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ mengambil daripada Harut dan Marut sifat Malaikatnya dan memberikan kepada mereka dan menciptakan di dalam diri mereka sifat manusia. Kemudian Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ Perintahkan mereka untuk turun ke bumi. Lalu Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ menguji mereka dengan satu ujian yang sangat berat .

Ujian mereka Harut dan Marut sangat berat apabila Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ menjadikan Zuhro yakni satu bintang dari langit itu kepada makhluk yang cantik, perempuan yang sangat cantik. Kemudian Zuhro ini bertemu dengan Harut dan Marut. Sifat Malaikat yang ada pada mereka berdua sudah ditarik Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ .

Apabila mereka melihat Zuhro ini, mereka mahukan dirinya kerana sangat cantik. Kemudian Zuhro itu berkata, Tidak boleh, sehingga kamu melakukan satu perkara. Apakah perkara itu ? Syiriklah kepada Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ , buatlah satu perkara yang menjadikan kamu musyrik kepada Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰. Mereka kata, tidak boleh. Zuhro pun pergi tinggalkan mereka.

Kemudian esoknya mereka bertemu lagi, tapi kali ini Zuhro membawa bayi bersamanya. kecantikan Zuhro MashaAllah sehingga mereka minta perkara yang sama daripada Zuhro. Bila sifat Malaikat sudah takda, maka syahwat dan nafsulah yang ada di dalam diri mereka. Zuhro pun berkata, Saya tidak akan beri apa yang kamu minta sehingga kamu buat apa yang saya minta. Nak kami buat apa? Bunuhlah bayi ini. Mereka pun kata, tidak boleh, barangsiapa yang bunuh seseorang seakan-akan dia membunuh semua manusia,haram. Zuhro pun pergi.

Kali ketiga, esoknya mereka bertemu lagi. Harut dan Marut masih meminta perkara yang sama daripada Zuhro. Zuhro pun berkata, tidak boleh sehingga kamu berdua minum khamar (arak) ini. Mereka pun berkata, ini tidak ada masalah, kita boleh minum khamar ini kemudian bertaubat kepada Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰.

Setelah mereka minum, Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ berikan kepada mereka dua pilihan yakni mahu Azab Dunia atau Azab di Akhirat. Mereka pilih Azab Dunia. Maka Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ kekalkan mereka dengan sifat manusia dan kekalkan mereka di atas muka bumi ini sehingga hari Akhirah.

Ada seorang bertanya, bagaimana mereka boleh jadi seperti ini, sedangkan mereka ini Malaikat Allah, yang dijaga oleh Allah? Al Imam Ibnu Hajar berkata, inilah Kuasa Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ .

Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ nak menerangkan bagaimana keadaan seseorang kalau dia berada di atas muka bumi dunia ini dan bagaimana keadaan seseorang itu yang tidak ikut apa yang Allah suruh dan tidak tahan dengan ujian daripada Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰. Inilah ujian buat Harut dan Marut yang akan kekal di atas bumi sehingga hari Akhirah. Mereka berada di Babil, satu tempat yang tidak ada sesiapa boleh berjumpa dengan mereka."

- Murobbi Ad Da'ie IlaAllah Sheikh Abdullah Bin Muhammad Bin Salim Al Jahaf ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ -

HumOr Hikmah : KELAKAR POLITIK ALA GUS MIEK & GUS DUR


Dialog ini terjadi ketika pemerintahan/rezim Orde Baru

-Gus Dur : “Wah.., gimana Gus, ini pemerintah kok makin seenaknya saja?“
-Gus Miek : “Sae niku (bagus itu) !”
-Gus Dur : “Politik, ekonomi makin ‘morat-marit’(amburadul)”
-Gus Miek : “Sae, …sae (bagus, …bagus) !”
-Gus Dur : “KKN makin merajalela !”
-Gus Miek : “Niku ‘nggih tasi’ sae (itu juga masih bagus) !”
-Gus Dur : “Lho, pripun toh (gimana sih) Gus ?”
-Gus Miek : “Lha ‘nggih toh Gus, ingkang mboten sae niku NAMUNG KALEH (Lha iya khan Gus, yang tidak bagus itu HANYA DUA) !”
-Gus Dur : “Nopo niku Gus (apa itu Gus) ?”
-Gus Miek : “KULO kalehan ‘NJENENGAN ! Iso’e mung ngomongne wong tho’ (SAYA sama SAMPEYAN ! Bisanya cuma ‘ngomongin’ orang saja) he... he... he...”
-Gus Dur : “Astaghfirullaah ... ‘nggih-nggih Gus ! He... he... he...”
Ini menunjukkan sikapTa’zhim dan Tawaddlu’ beliau berdua dengan cara menertawakan kekurangan diri sendiri, lebih berhati-hati serta mawas diri

Pahala Melimpah bagi Muslimah yg tinggal dirumah



Diantara perintah Allah kepada Muslimah adalah perintah untuk tinggal dan menetap di rumah-rumah mereka. Sebuah perintah yang banyak mengandung hikmah dan maslahat. Tidak hanya bagi wanita itu sendiri, namun juga mengandung kemaslahatan bagi umat.

Perintah dari Dzat Yang Maha Hikmah

Wahai saudariku muslimah, renungkanlah firman dari Rabbmu berikut ini. Rabb yang telah menciptakanmu, yang paling tahu tentang kemaslahatan bagimu. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al Ahzab: 33).

bahwa makna dari ayat {ูˆَู‚َุฑْู†َ ูِูŠ ุจُูŠُูˆุชِูƒُู†َّ} yaitu menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian. Sedangkan makna ayat { ูˆَู„ุง ุชَุจَุฑَّุฌْู†َ ุชَุจَุฑُّุฌَ ุงู„ْุฌَุงู‡ِู„ِูŠَّุฉِ ุงู„ุฃูˆู„َู‰ }  yaitu  janganlah banyak keluar dengan bersolek atau memakai parfum sebagaimana kebiasaan orang-orang  jahiliyah sebelum Islam yang tidak memiliki ilmu dan agama. Perintah tersebut bertujuan untuk mencegah munculnya kejahatan dan sebab-sebabnya. (Lihat  Tafsir surat Al Ahzab 33).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah  menjelaskan bahwa makna ayat di atas artinya tetaplah di rumah-rumah kalian dan janganlah keluar tanpa ada kebutuhan. Termasuk kebutuhan syar’i yang membolehkan wanita keluar rumah adalah untuk shalat di masjid dengan syarat-syarat tertentu, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :‘Janganlah kalian melarang istri-istri dan anak-anak kalian dari masjid Allah. Namun, hendaklah mereka keluar dalam keadaan berjilbab.’ Dan dalam riwayat lain disebutkan : ‘Dan rumah mereka adalah lebih baik bagi mereka.” (TafsirAl Qur’an Al Adzim tafsir surat Al Ahzab ayat 33)

Yang perlu dipahami bahwa perintah dalam ayat di atas tidak hanya terbatas pada istri-istri nabi saja, tetapi juga berlaku untuk seluruh kaum wanita muslimah. Imam Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan : “Semua ini merupakan adab dan tata krama yang Allah Ta’ala perintahkan kepada para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun kaum wanita umat ini seluruhnya sama juga dengan mereka dalam hukum masalah ini.” (Tafsir Al Qur’an Al Adzim surat Al Ahzab 33).

Saudariku muslimah, perhatikanlah. Perintah untuk tinggal di dalam rumah ini datang dari Dzat Yang Maha Memiliki Hikmah, Dzat yang lebih tahu tentang perkara yang memberikan maslahat bagi hamba-hamba-Nya. Ketika Dia menetapkan wanita harus berdiam dan tinggal di rumahnya, Dia sama sekali tidak berbuat zalim kepada wanita, bahkan ketetapan-Nya itu sebagai tanda akan kasih sayang-Nya kepada para hamba-Nya.

Tanggung Jawab Terbesar bagi Wanita adalah Rumah Tangganya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829).

Yang dimaksud dengan  (ุฑَุงุนٍ ) adalah seseorang yang dikenai tanggung jawab untuk menjaga sesuatu perbuatan, dan diberi amanah atas perbuatan tersebut, serta diperintahkan untuk melakukannya secara adil . Seorang istri merupakan pemimpin yang menjaga  di rumah suaminya dan akan ditanya tentang penjagaanya. Maka wajib baginya untuk mengurusi rumah dengan baik, Tidak boleh melampaui batas dalam apa yang tidak sepantasnya. Istri juga memiliki tanggung jawab terhadap anak-anaknya dalam mengurus dan memperbaiki urusan mereka, Setiap wanita akan ditanya tentang semua itu.
Dengan demikian, tugas seorang istri selaku pendamping suami dan ibu bagi anak-anaknya adalah memegang amanah sebagai pengatur urusan dalam rumah suaminya serta anak-anaknya. Dia kelak akan ditanya tentang kewajibannya tersebut. Inilah peran penting seorang wanita, sebagai pengatur rumah tangganya. Wanita sudah memiliki amanah dan tugas tersendiri yang harus dipikulnya dengan sebaik-baiknya. Yang menetapkan amanah dan tugas tersebut adalah manusia yang paling mulia, paling berilmu, dan paling bertakwa kepada Allah, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidaklah menetapkan syariat dari hawa nafsunya, semuanya adalah wahyu yang Allah wahyukan kepada beliau.

Tinggal di Rumah adalah Fitrah Muslimah

Islam adalah agama yang adil. Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria. Kaum pria diberikan kelebihan oleh Allah Ta’ala baik fisik maupun mental dibandingkan kaum wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas kaum wanita. Allah Ta’ala berfirman:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An Nisa’: 34)

Pada asalnya, kewajiban mencari nafkah bagi keluarga merupakan tanggung jawab kaum lelaki. Islam menetapkan masing-masing dari suami dan istri memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya masing-masing  sehingga sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui dan mengasuh mereka, serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya seperti mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dalam rumahnya, berarti ia telah menyia-nyiakan rumah serta para penghuninya. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dalam keluarga baik secara hakiki maupun maknawi.

Para wanita muslimah hendaknya jangan tertipu dengan teriakan orang-orang yang menggembar-gemborkan isu kesetaraan gender sehingga timbul rasa minder terhadap wanita-wanita karir dan merasa rendah diri dengan menganggur di rumah. Padahal banyak pekerjaan mulia yang bisa dilakukan di rumah.  Di rumah ada suami yang harus dilayani dan ditaati. Ada juga  anak-anak yang harus ditarbiyah dengan baik. Ada harta suami yang harus diatur dan dijaga sebaik-baiknya. Ada pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang butuh penanganan dan pengaturan. Semua ini pekerjaan yang mulia dan berpahala di sisi Allah Ta’ala. Para wanita muslimah harus ingat bahwa kelak  pada hari kiamat mereka akan ditanya tentang amanah tersebut yang dibebankan kepadanya.

Namun demikian, jika dalam kondisi tertentu menuntut wanita untuk mencari nafkah, diperbolehkan baginya keluar rumah untuk bekerja, namun harus memperhatikan adab-adab keluar rumah sehingga tetap terjaga kemuliaan serta kesucian harga dirinya.

Mendidik Generasi Shalih dan Shalihah

Tugas besar seorang wanita yang juga penting adalah mendidik anak-anak. Minimnya perhatian dan kelembutan seorang ibu yang tersita waktunya untuk aktifitas di luar rumah, sangat berpengaruh besar pada perkembangan jiwa dan pendidkan mereka. Terlebih jika keperluan anak dan suaminya justru diserahkan kepada pembantu. Jika demikian, lalu bagaimanakah tanggung jawab wanita untuk menjadikan rumah sebagai madrasah bagi anak-anak mereka?

Sebagian orang juga mendengung-dengungkan bahwa wanita jangan dikungkung dalam rumahnya, karena membiarkan wanita berada di dalam rumah berarti membuang separuh dari potensi sumber daya manusia. Biarkan wanita berperan dalam masyarakatnya, keluar rumah bekerja sama dengan para lelaki untuk membangun negerinya dalam berbagai bidang kehidupan. Demikian ucapan yang mereka lontarkan.

Ketahuilah saudariku, Islam agama yang datang untuk kemaslahatan umat justru memberi pekerjaan yang mulia kepada wanita muslimah. Mereka  di antaranya diberi tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka. Sebuah tanggung jawab yang tidak ringan, sumbangsih yang besar bagi perbaikan umat. Betapa banyak generasi shalih dan shalihah muncul dari tarbiyah yang dilakukan oleh para wanita. Melalui tarbiyah yang baik mereka mencetak generasi umat Islam yang shalih dan shalilah. Hal itu bisa terwujud jika mereka langsung terjun untuk mendidik anak-anak mereka. Namun kita saksikan pula, betapa banyak anak-anak yang berakhlak bejat yang tidak pernah mendapat pendidikan di rumahnya. Hal itu disebabkan orang tua tidak mendidik mereka secara langsung. Peran orangtua yang dominan dalam mendidik anak berada di pundak para wanita, karena laki laki mempunyai tugas lain yaitu untuk mencari nafkah.  Dengan demikian, pendidikan di rumah  merupakan salah satu tanggung  jawab yang besar bagi seorang muslimah.

Peran Besar Wanita Walaupun Tetap Tinggal di Rumahnya

Dengan tetap tinggal di rumah , bukan berarti wanita tidak bisa ikut andil dalam perbaikan umat. Posisi wanita sebagai sang istri atau ibu rumah tangga memilki arti yang sangat penting bagi perbaikan masyarakatnya. bahwa perbaikan masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara:

Pertama: Perbaikan secara dhahir. Hal ini bisa di lakukan di pasar-pasar, di masjid-masjid dan selainnya dari perkara-perkara yang nampak.  Ini didominasi oleh kaum laki-laki karena merekalah yang bisa keluar untuk melakukannya.

Kedua: Perbaikan masyarakat yang dilakukan dari dalam rumah. Hal ini dilakukan di dalam rumah dan merupakan tugas kaum wanita. Karena merekalah yang sangat berperan sebagai pengatur dalam rumahnya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

“Tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj (berpenampilan) sebagaimana penampilannya orang-orang jahiliyah yang pertama.” (Al Ahzab: 33)

Oleh karena itu  peran dalam  perbaikan masyarakat separuhnya atau bahkan mayoritasnya tergantung kepada wanita. Hal ini disebabkan dua alasan:

1. Jumlah kaum wanita sama dengan laki-laki, bahkan lebih banyak kaum wanita.  Keturunan Adam mayoritasnya adalah wanita sebagamana hal ini ditunjukkan oleh As Sunnah An Nabawiyah. Akan tetapi hal ini tentunya berbeda antara satu negeri dengan negeri lain, satu jaman dengan jaman lain. Terkadang di suatu negeri jumlah kaum wanita lebih dominan dari pada jumlah lelaki atau sebaliknya.  Intinya, wanita memiliki peran yang sangat besar dalam perbaikan masyarakat.

2. Tumbuh dan berkembangnya satu generasi pada awalnya berada dibawah asuhan wanita. Sehingga sangat jelaslah peran wanita dalam perbaikan masyarakat.

Ibadah Wanita di Dalam Rumah

Dengan berdiam di rumah, bukan berarti wanita tidak  bisa melaksanakan aktifitas ibadah. Banyak ibadah yang bisa dilakukan di rumah seperti shalat, puasa, membaca Al Qur’an, berdizkir, dan ibadah-ibadah lainnya. Bahkan Sebaik-baik shalat bagi wanita adalah di rumahnya. Dari Ummu Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ุฎَูŠْุฑُ ู…َุณَุงุฌِุฏِ ุงู„ู†ِّุณَุงุกِ ู‚َุนْุฑُ ุจُูŠُูˆุชِู‡ِู†َّ

“Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah diam di rumah-rumah mereka.” (HR. Ahmad 6/297. hadits hasan).

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalatnya di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada di bagian lain di rumahnya” (HR. Abu Dawud 570. hadits shahih).

Shalat wanita di rumah adalah pengamalan dari perintah Allah agar wanita diam di rumah. Namun demikian, jika wanita ingin melaksanakan shalat berjamaah di masjid selama memperhatikan aturan seperti menutupi aurat dan tidak memakai harum-haruman, maka janganlah dilarang. Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin ‘Umar berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian maka izinkanlah dia” (HR. Muslim 442).

Bahkan dengan tetap tinggal di rumahnya, wanita bisa mendapatkan pahala yang banyak Aktifitas hariannya di dalam rumah bisa bernilai pahala. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia mengatakan :

“Seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata : “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda : “ Brangsiapa di antara kalian yang tinggal di rumahnya  maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah.”

Adab Keluar Rumah bagi Muslimah

Saudariku muslimah, walaupun syariat menetapkan engkau harus tinggal di rumah, namun bila ada kebutuhan, dibolehkan bagi wanita untuk keluar rumah dengan memperhatikan adab-adab berikut ini:

Pertama. Memakai hijab syar’i yang menutup aurat.

Allah Ta’ala berfirman:

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanitanya kaum mukminin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) sehingga mereka tidak diganggu” (Al Ahzab: 59)

Kedua. Jangan memakai wangi-wangian.

Dilarang memakai wewangian ketika keluar rumah. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka janganlah dia menghadiri shalat Isya’ bersama kami” (HR. Muslim 444).

Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang wanita pezina” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad.)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

“Setiap mata itu berzina. Bila seorang wanita memakai wewangian kemudian ia melewati kumpulan laki-laki laki-laki (yang bukan mahramnya) maka wanita itu begini dan begitu.” (HR. Tirmidzi  2937)

“Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian ia melewati satu kaum agar mereka mencium wanginya, maka wanita itu pezina.” (HR Ahmad 4/414)

Ketiga. Berjalan dengan sopan

Ketika berjalan, tidak dengan menggesek-gesekkan sandal/sepatu dengan sengaja dan jangan pula menghentak-hentakkan kaki agar terdengar suara gelang kaki, karena Allah Ta’ala berfirman:

“Dan janganlah mereka (para wanita) memukulkan kaki-kaki mereka ketika berjalan agar diketahui apa yang disembunyikan dari perhiasan mereka.” (An Nur: 31)

Jangan pula engkau berlenggak lenggok ketika berjalan sehingga mengundang pandangan lelaki karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan:

“Wanita itu aurat maka bila ia keluar rumah syaitan menyambutnya.” (HR. Tirmidzi 1183)

Keempat. Hendaklah keluar rumah dengan seizin suami.

Apabila telah menikah, wanita harus minta izin kepada suami ketika keluar rumah , termasuk ketika pergi ke masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Apabila istri salah seorang dari kalian minta izin ke masjid maka janganlah ia melarangnya.” (HR. Bukhari 873 dan Muslim 442)

Kelima. Jika bepergian jauh harus bersama mahram.

Bila jarak perjalanan yang ditempuh adalah jarak safar maka wanita harus didampingi mahram karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak boleh seorang wanita safar kecuali bersama mahramnya.” (HR. Muslim 1341)

Keenam. Menjaga pandangan dan merendahkan suara

Hendaklah pandangan mata, jangan mengarahkan pandangan ke kiri dan ke kanan kecuali bila ada kebutuhan, karena Allah Ta’ala berfirman:

“Dan katakanlah kepada wanita-wanita mukminat: Hendaklah mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka…” (An Nur: 31)

Apabila berjalan bersama sesama wanita sementara di sana ada lelaki, hendaklah jangan berbicara yang mengundang fitnah.  Demikianlah yang Allah Ta’ala perintahkan dalam firman-Nya:

“Maka janganlah kalian melembut-lembutkan suara ketika berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al Ahzab: 32)

Saudariku muslimah, demikianlah beberapa adab Islami yang sepatutnya diperhatikan saat keluar dari rumah. Sungguh kemuliaan akan diraih bila senantiasa berpegang dengan adab yang diajarkan agama Islam. Sebaliknya kehinaan akan terjadi ketika ajaran agama telah jauh ditinggalkan.

Penutup

Wahai saudariku muslimah, renungkanlah! Betapa banyak pahala yang melimpah meskipun kalian tetap tinggal di rumah. Betapa banyak pula tugas-tugas mulia yang bisa dilakukan di dalam rumah. Melaksanakan ibadah di rumah, mengurus rumah tangga, mendidik anak menjadi genarasi shalihah, dan kegiatan lain yang bernilai pahala. Tidak ada profesi yang lebih mulia bagi wanita selain tinggal di rumahnya untuk menjadi ibu rumah tangga.

Wallahu a’lam.

ADA ANAK GADIS BERTANYA PADA IBUNYA YANG CANTIX...

 

“Ibu..,
ibu selalu terlihat cantik.
Aku ingin seperti ibu, beritahulah aku caranya.”

Dengan tatapan lembut & senyum haru, sang ibu menjawab:

“Untuk bibir yang menarik,
ucapkanlah perkataan yang baik”

“Untuk pipi yang lesung,
tebarkanlah senyum ikhlas kepada siapapun…”

“Untuk mata yang indah menawan,
lihatlah selalu kebaikan orang lain…”

“Untuk tubuh yang langsing,
sisihkanlah makanan untuk fakir miskin…”

“Untuk jemari tangan yang lentik menawan, hitunglah kebajikan yang telah diperbuat orang kepadamu…”

“Untuk wajah putih bercahaya,
bersihkanlah kekotoran batin…”

Anakku..
Janganlah sombong akan kecantikan fisik karena itu akan pudar oleh waktu.

Kecantikan perilaku tidak akan pudar walau oleh kematian..

Jika kamu BENAR,
maka kamu tidak perlu marah.

Jika kamu SALAH,
maka kamu wajib minta maaf.

Kesabaran dengan keluarga
adalah KASIH.

Kesabaran dengan orang lain
adalah HORMAT.

Kesabaran dengan diri sendiri
adalah KEYAKINAN.

Kesabaran dengan ALLAH
adalah IMAN.

Jangan terlalu mengingat masa lalu,
karena hal itu akan membawa AIR MATA.

Jangan terlalu memikirkan masa depan, karena hal itu akan membawa KETAKUTAN.

Jalankan saat ini dengan senyuman,
karena hal itu akan membawa KECERIAAN!

Setiap ujian dalam hidup ini
bisa membuat kamu pedih atau lebih baik.

Setiap masalah yang timbul
bisa menguatkan atau menghancurkan.

Pilihan ada padamu,
apakah kamu akan memilih menjadi korban atau pemenang.

Carilah hati yang indah
dan bukan wajah yang cantik.

Hal-hal yang indah tidak selalu baik,
tapi hal-hal yang baik akan selalu indah...