Friday, November 13, 2015

Terseret dunia materialistis karena tidak Kuat KAYA, tidak Kuat MISKIN



Nutrisi Ruhani pagi
Santun menyejukkan

Wacana SUFI ke-104

~Terseret dunia materialistis karena tidak Kuat KAYA, tidak Kuat MISKIN~

" Kehidupan saat ini sudah sangat didominasi tujuan duniawi, dan sangat materialistis.
Kita yang masih beragama untuk akherat.
Bagaimana itu, kita bisa melawan lingkungan duniawi yang sekian besarnya ?
Omong kosong.

Dunia yang dikuasai oleh materi.
Dikuasai oleh kehidupan duniawi.
Bagaimana orang yang berpikir tentang akherat, bisa hidup di tengah-tengah itu, tanpa terpengaruh ?
Omong kosong.

Seorang modin saja.
Modin itu akronim dari imamudin.
Pemimpinnya agama di desa itu namanya modin.
Dibawah alam sadarnya itu sudah materialistis.
Kalau dia diundang orang kaya, tahlilnya 1000 kali.
Kalau diundang orang melarat, cuma "kulhu" lalu berdoa.
Seorang mubaligh habis dakwah, mengajak fisabilillah, lalu tangannya dimasukan saku untuk melihat tipis tebalnya amplop.
Ngaku atau tidak ngaku, kita kalah.

Lihat saja sekarang, bagaimana keranjingannya santri-santri ketika ada tawaran menggiurkan.
Dulu ajaran Rasulullah SAW, yang masih dilanjutkan oleh pendahulu-pendahulu kita, itu KAYA dari dalam, bukan dari luar.

Tapi sekarang, coba sampeyan sebut siapa yang kaya dari dalam diantara kita ?
Siapa dari sekian banyak dari kita, termasuk kyai sekalipun, yang berani meniru doanya Kanjeng Rasul SAW ?

Berikut doanya Rasul SAW, tapi umatnya tidak berani meniru,
“ya Allah, berilah aku kehidupan miskin, mati miskin, kumpulkan aku bersama orang-orang miskin”.
Itu doanya Kanjeng Rasul, bukan ijasahnya Syech Abdul Qodir al Jaelany.

Apa berani berdoa begitu ?
Tidak ada yang berani, kenapa ?
karena kita tidak dalam posisi Rasulullah.
Rasulullah dalam posisi,
~KAYA KUAT - MISKIN KUAT~.

Karena Beliau kuat miskin dan kuat kaya, maka Beliau bisa memilih,
“saya memilih miskin saja”.

Tapi kalau kita, kaya tidak kuat, miskin terpaksa.
Tidak dalam posisi bisa memilih.
Karena kita tidak bisa dalam posisi memilih.
Jadinya, kita hidup sederhana tidak bisa.
Tawakal tidak kuat.
Sabar tidak mampu.
Sehingga harus jadi kaya sajalah.

Terutama ini santri-santri kalau sudah lulus, pulang di masyarakat.
Jangan cepat-cepat pasang nama.
Jangan cepat-cepat buka lapak.
Nanti cepat-cepat tutup juga.
Kata Sayyidina Umar,
“berbekalah dulu sebelum kalian dijadikan pemimpin”.
Sekarang banyak orang terpaksa, karena dijadikan pemimpin sebelum masanya.
Akhirnya tidak tahan lama.
Seperti buah karbitan.
Dipakasakan untuk matang, akhirnya tidak matang, mentah pun tidak.

Jadi, biarkan anak-anak kita siap dulu.
Siap dari segala macamnya.
Jangan sampai jadi benalu.
Jadilah orang kaya lebih dahulu.
Kalau tidak bisa kaya di luar.
Kaya dari dalam.
Sehingga kita tidak membutuhkan siapa pun, kecuali Allah Ta’ala.

Hanya orang yang tidak butuh kepada siapapun, kecuali Allah lah.
Hanya orang yang tidak mau ditindas oleh siapapun termasuk diri sendiri, kecuali oleh Allah lah.
Adalah orang yang MERDEKA.

Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah.
Jangan membutuhkan apapun, kecuali Allah.
Maka, kalian akan menjadi sangat kaya, sangat merdeka.

Hanya orang merdeka yang bisa kreatif.
Bisa berfikir jernih.
Bisa bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk orang yang lain.

Kalau seorang alim tidak bermanfaat pada sekelilingnya, maka apa bedanya dia dengan orang bodoh ?
tidak ada bedanya.

Yang membedakan orang yang alim dengan orang yang bodoh, adalah orang alim bermanfaat pada sekelilingnya. Dan orang bodoh hanya mencelakakan dirinya sendiri. "

[Mbah GusMus | Ponpes Salafy Terpadu, Ar-Risalah, Lirboyo, Kediri | 13 Juli 2004]

🌷

SIRR✨SUFI Islam Ramah

Wednesday, November 11, 2015

Manusia SOLEH


Nutrisi Ruhani malam
Santun menyejukkan

Wacana SUFI ke-103

~Manusia SOLEH~

" Kita patut bersyukur panutan kita adalah Nabi Muhammad SAW.
Manusia yang paling manusia.
Manusia yang mengerti manusia.
Manusia yang memanusiakan manusia.

Kalau ada di antara kita yang merasa keberatan mengikuti ajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Yang patut dicurigai adalah badan kita sendiri.
“jangan-jangan saya ini sudah bukan manusia?”.

Ada orang ganteng sekali, dirasani sama cewek-cewek,
“hati-hati dia itu ganteng, tapi buaya darat”.
Lha kalau buaya darat, mana bisa mengikuti manusia ?
Pasti tidak bisa, sebab jalannya saja merayap di tanah.

Ada lagi wanita yang cantik sekali, tapi banyak yang mewanti-wanti,
“hati-hati sampeyan, dia cantik tapi ular”.
Lha kalau ular, untuk mengikuti manusia, itu juga pasti sulit.

Sebetulnya, tugas kita hanya menjaga agar kita tetap manusia.

Kita biasa mengatakan agar menjadi manusia yang soleh.
Kalau oleh ustad didoain,
"mudah-mudahan anak anda sekalian menjadi orang-orang yang soleh".
Itu jamaah jawab kencang sekali,
“aamiin…. Aamiin…. Aamiin….”.

Tetapi ustad tersebut tidak pernah menjelaskan soleh itu apa ?
Sebab dianggapnya sudah paham semua. Padahal jika ditanya, ustadnya juga belum tentu tahu, jamaahnya juga tidak tahu.

Kira-kira bayangan anda, soleh itu seperti apa ?
yang dimaksud soleh itu, mudahnya adalah yang pantas disebut sebagai "manusia".

Manusia yaitu dia menyadari sebagai hamba Allah sekaligus khalifahnya Allah.
Ingat bahwa dirinya adalah hamba Allah Ta’ala.
Berlaku baik kepada hamba Allah dan berlaku baik pula kepada Allah.

Ada cerita perbandingan 2 orang.
Cerita orang pertama.
Shalatnya luar biasa.
Haji jika tidak dibatasi, mungkin dia tiap tahun akan berangkat haji.
Puasanya rajin.
Tapi kalau ngetwit atau bikin status facebook, itu isinya fitnah dan gosip melulu.
Kira-kira orang ini soleh atau tidak ?

Cerita orang kedua.
Dia baik sekali.
Mulai dari kelakuannya sehari-hari. Maupun di twitter dan facebook, itu baik semua.
Di dunia maya kelakuannya bagus.
Di dunia nyata juga bagus.
Tetapi orang tersebut tidak shalat.

Kira-kira lebih baik mana, antara orang pertama dengan orang kedua ?
pasti bingung jawabnya, sebab seharusnya itu satu, tapi dijadikan dua.

Semestinya jadi satu.
Orang tersebut secara virtual kepada Allah itu baik.
Dan secara horizontal kepada hamba-hamba Allah juga baik.

Ibarat seperti orang ingin menyenangkan Allah. Tapi kok hambaNya disikuti, itu bagaimana ?

Jangankan Gusti Allah. Saya saja lho, sampeyan ingin menyenangkan saya, tapi anakku kamu sikuti, pasti kamu akan saya tempeleng.

Kadang-kadang orang mengira bahwa hamba Allah, itu dianggapnya bukan sebagai hamba Allah.
Padahal kita semua ini adalah hamba Allah.
Tidak boleh menyepelekan.
Atau bahkan menjahanam-jahanamkan.
Itu sangat tidak boleh.

Semua yang kita lakukan adalah Gusti Allah semua.
Kita ini cuma wayang.
Apalagi sampai menghina fisik orang, naudzubillah mindzalik.
Itu sama dengan menghina yang membikin manusia tersebut.
Yaitu menghina Gusti Allah yang menciptakan.

Jadi, kalau kita ingin menjadi orang soleh. Maka harus baik kepada Allah dan baik pula kepada sesama. "

[Mbah GusMus | Tabligh Akbar KMI Changwon, Korsel | 2 Okt 2015]

🌷

SIRR✨SUFI Islam Ramah

Monday, November 9, 2015

Jangan mengandalkan Amal


Nutrisi Ruhani malam
Santun menyejukkan

Wacana SUFI ke-102

~Jangan mengandalkan Amal~

" Saya teringat ayah saya, yaitu Kyai Bisri Musthofa. Ayah saya tersebut punya puluhan karangan kitab-kitab. Mulai dari Lughah, Nahwu, Sorof, sampai Hadits dan yang paling terkenal adalah Tafsir Beliau, Al-Ibriz.

Namun begitu, Beliau sering mengatakan bahwa Beliau tidak bisa mengandalkan dengan amaliyahnya.

Beliau setiap malam, biasanya mulai jam 2 malam. Setelah selesai sholat, beliau teriak sendiri. Teriak memanggil-manggil Rasulullah SAW.

Saya terngiang-ngiang saat Beliau teriak sendiri,
“Wahai semulia-mulianya makhluk Allah.
Aku tidak mempunyai siapa-siapa untuk aku mintai pertolongan. Untuk berlindung kecuali Engkau.
Nanti ketika peristiwa besar itu datang di hari kiamat.
Kedudukanmu luas sekali.
Ya Rasul, engkau begitu besar.
Begitu luas kedudukanmu.
Begitu luas pangkatmu.
Masak cuma saya, akan membuat sempit tempatmu?
Saya tidak bisa mengandalkan amalan shalat.
Kadang-kadang bahkan seringkali melamun.
Begitu Allahuakbar, pikiran sudah tidak ke Allah lagi.
Puasa saya, hanya puasa Ramadhan.
Itu saja jika pergi agak jauh sedikit, sudah batal.
Haji saya, haji yang dibiayai orang.
Zakat, itupun hanya zakat fitrah.
Saya menulis banyak kitab, tapi saya dapat honor.
Kadang-kadang yang saya pikirkan adalah honornya.
Jadi satu-satunya yang saya harapkan hanya Engkau, Ya Rasulullah SAW."

Ayah saya saja seperti itu, lalu bagaimana seperti saya ini ?
Imam Bushiri yang begitu hebat, juga tidak merasa cukup berani mengandalkan amalnya. Hanya bersandar kepada Rasulullah SAW.

Ayah saya menggambarkan, pada waktu nanti ada saatnya Allah Ta’ala itu tampil dalam asmanya Al-Muntaqim dan Al-‘Adl.

Sekarang ini Allah masih tampil dalam asmanya Ar-Rahman Ar-Rahiim. Sehingga maling duit rakyat milyard-an itu tidak diapa-apakan. Kita semua yang penuh dengan dosa, tetap dibiarkan hidup.

Coba jika Allah sekarang ini sudah tampil dengan asmanya Al-‘Adl dan Al-Muntaqim. Bisa payah kita.

Siapa diantara kita yang tidak berdosa ?
padahal kalau adil itu yang salah pasti dihukum.

Ayah saya menceritakan, nanti ketika Allah tampil dalam asma Al-Muntakim, akan memanggil raja-raja di dunia.
"Ya Fir’aun........
Ya Hitler.......
Ya Josh Bush.......
Ya Soeharto.......
Ya SBY…….."

"Mana raja-raja yang dulu adigang, adigung, adiguna ?
Yang sewenang-wenang ?
Semuanya menunduk.
Tidak ada yang berani mengangkat kepalanya.”

Saya kuatir nanti lama-lama akan memanggil nama saya, dan tiba-tiba,
"mana Bisri ?
yang tukang pidato,
menulis baik-baik,
tapi kelakuannya tidak seperti yang ditulis dan diomongkan”

“mana Bisri?
Tukang pidato yang mulia diomongannya saja,
tapi kelakuannya tidak seperti yang diomongkan”

“mana Bisri?
Menganjurkan baik-baik,
tapi dia sendiri tidak melakukan.”

"Saya hanya diam saja. Saya pegangi jubahnya Kanjeng Nabi, tanpa sama sekali berkata-kata."

Akhirnya Rasulullah SAW yang menjawab,
“ini Bisri, ada di dekat saya, Gusti”.

Kata Allah,
“oh, ya sudahlah kalau begitu”.

Saya pikir kok enak sekali. Nanti ikut begitu saja lah seperti ayah saya.

Tetapi saya khawatirnya, itu adalah ayah saya. Setiap malam bershalawat kepada Rasul SAW, dan shalat tahajud sampai subuh.
Lha, saya tahajud aja tidak pernah.

Nanti saat saya pegangan jubahnya Kanjeng Nabi, dijawabnya,
“ini siapa?”.
Bisa payah saya.
Jadi, kita harus kenal Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Contohnya, Kanjeng Nabi itu wajahnya tersenyum.
Kalau ada orang-orang yang mau curhat ke Rasulullah, karena mempunyai beban pikiran.
Belum curhat, itu sudah hilang semua kegalauannya.
Begitu melihat wajah yang cemerlang.

Tidak seperti banyak pemimpin sekarang.
Kita tidak galau, tapi begitu melihat wajahnya, malah jadi pening semua.

Jadi, anda boleh meniru pakaiannya Rasulullah SAW.
Tapi belajarlah berwajah tersenyum.
Jangan sampai sampeyan berpakaian Quraisy, tapi wajahnya sangar.
Itu adalah Abu Jahal, bukan Nabi Muhammad SAW. "

[Mbah GusMus | Majelis Maulid Watta’lim Riyadlul Jannah, Malang | 25 Mei 2

Saturday, November 7, 2015

Nasehat indah KH Musthofa Bisri, vol-2


Nutrisi Ruhani sore
Santun menyejukkan

Wacana SUFI ke-101

~ Nasehat indah KH Musthofa Bisri, vol-2 ~

1. Terimalah KEBENARAN dari siapa pun datangnya.
@21 nop 2014

2. Menasihati bukanlah memarahi. Mengajak bukanlah mendesak. Menasihati dan mengajak baik, sebaiknya dengan cara yang baik.
@14 nop 2015

3. Keangkuhan bukan menyembunyikan ketololan, malah menonjolkannya.
@23 nop 2015

4. Berpikir tentang MASA DEPAN yang baik, janganlah berhenti pada masa tua saja. Lanjutkan sampai kpd kehidupan abadi di akhirat.
@28 nop 2015

 احتقارك للمُذِنب ، لن يُدخلَكَ الجنة
5. Penghinaanmu terhadap orang yang berdosa, tidak membuatmu masuk sorga.
@30 nop 2015

6. Rendah-hatilah; tapi jangan rendah diri.
@28 des 2015

7. EMPATI hanya dipunyai manusia yang berbudi.
@4 jan 2015

8. Orang bijak ialah orang yang tahu KAPAN harus bicara, BAGAIMANA dan  DENGAN SIAPA dia bicara. (Hikmah).
@25 jan 2015

9. Nasihatilah dulu dirimu sebelum menasihati orang lain.(Dari Risalah Sufi).
@22 feb 2015

10. Sederhana saja. Jangan lakukan terhadap orang lain apa yang kamu tak ingin orang lain melakukannya terhadapmu.
@18 mar 2015

11. Hati-hati. CINTA dan BENCI itu bisa membutakan dan menulikan. Jangan biarkan cinta dan bencimu  membutakan dan menulikanmu.
@29 mar 2015

12. Gunakanlah agamamu yang indah untuk memperindah dirimu. Jangan justru memperburuknya dengan perilakumu.
@10 apr 2015

13. Orang yang beriman penyayang, tidak pendengki. Orang yang beriman pemurah, tidak kikir.
@3 jul 2015

14. Pergunakanlah jg alat elektronik atau gadgetmu utk menambah amal kebaikan. Minimal janganlah menggunakannya utk mencari dosa.
@18 sep 2015

15. Kata orang bijak, HUSNUZHZHAN (Baik sangka) yang keliru, lebih baik dari SUU-UZHZHAN (Buruk sangka) yang benar.
@9 okt 2015

16. Jangan biarkan masalah  pribadimu membuat masalah dalam lingkunganmu.
@6 nop 2015

17. Apakah kebutuhan kita akan pahalanya memberi
lebih kecil daripada kebutuhan orang yang mengharap pemberian kita?
@5 des 2014

[Mbah GusMus | Kumpulan twit]

🌷

SIRR - SUFI Islam Ramah

Friday, November 6, 2015

Ingat MATI


Nutrisi Ruhani sore
Santun menyejukkan

Wacana SUFI ke-100

~Ingat MATI~

" Acara Haul, walaupun ada yang mengatakan Bid'ah. Itu acara yang sangat penting. Sebab dengan adanya haul, bisa menjadikan orang untuk mengingat mati.

Haul itu peringatan hari wafat. Orang mengadakan atau menghadiri haul, itu seperti orang menggotong keranda mayat ke kuburan.

Kalau ada orang menggotong keranda mayat ke kuburan, kok cengengesan, itu berarti “udelnya” terbalik.

Apa dikira yang dipikul tetangganya saja, dia tidak ?

Ada pepatah yang mengatakan,
“kalau suatu saat engkau memikul keranda ke kuburan. Ingatlah bahwa suatu ketika engkau akan dipikul juga”.
Sebab dia tidak bisa merangkak sendiri.

“kalau suatu ketika engkau diserahi jabatan untuk urusan masyarakat. Ingatlah suatu ketika engkau akan lengser atau dilengserkan”.

Orang kalau ingat mati, insyaAllah apik.
Ada orang kemlinthi.
Ada orang sombong.
Ada orang korupsi.
Itu gara-gara lupa mati.

Kalau orang ingat mati, insyaAllah dengan sadaranya itu apik, dengan tetangganya juga apik.

Di tempat saya itu ada orang, diajak takziyah tidak mau.
“kang, iki kancamu Dul mati. Ayok podo takziyah mrono”

“ora sudi”

“Lho, takziyah kok ora sudi ?”

“dulu semasa hidupnya, saya hutang 10.000, itu tidak diberi, malah dihina. Sekarang ogah disuruh takziyah, biarkan dikerubuti semut”.

Ini gara-gara dulu semasa hidupnya, lupa mati. Dengan tetangganya galak sekali.

Sama dengan orang yang memiliki jabatan, kok lupa bakal lengser.

Kalau ada pejabat yang ingat bakal lengser, insyaAllah apik. "

[Mbah GusMus | Haul Ponpes Syafi’I Akrom, Pekalongan | 11 April 2015]

🌷

SIRR - SUFI Islam Ramah

Merasa diri sebagai personifikasi Tuhan




Nutrisi Ruhani malam
Santun menyejukkan

Wacana SUFI ke-99

~Merasa diri sebagai personifikasi Tuhan~

“ Hamba yang soleh adalah hamba yang baik kepada Tuhannya, juga baik kepada alam semesta dan hamba-hambaNya.

Sekarang ini ada yang mengerikan. Ada yang merasa dia itu sebagai personifikasi dari Gusti Allah. Jadi, kalau dia gregetan sama orang, tandanya berarti Gusti Allah gregetan.

Bagaimana kok bisa seperti itu ?
apa kira-kira kitab pedomannya ?

Jadi saya pikir, orang tersebut ngakunya seperti orang Islam, tapi kok lucu. Kok berani-beraninya menganggap dirinya seperti Tuhan. Kalau dia marah kepada anda, berarti Gusti Allah marah, lalu anda dimaki habis-habisan, “jahanam sampean”.

Saya kira orang ini tidak mengenal Gusti Allah. Bersemangat saja, tapi tidak mengenal Gusti Allah.

Coba anda membayangkan Gusti Allah itu seperti apa ?

Anda tidak kenal Gusti Allah, tapi mencari ridhonya Gusti Allah, itu bagaimana caranya ?

Gusti Allah kok marah dengan hambanya, itu tidak masuk akal.
Gusti Allah itu salah satu asmanya adalah As-Syakur.

Saya belum menemukan Bahasa Indonesia yang pas untuk As-Syakur, tapi kalau bahasa jawa masih bisa. As-Syakur jika diibaratkan orang, itu artinya orang yang banyak berterima kasih, banyak bersyukur.

Tetapi kalau Gusti Allah, As-Syakur itu apa ? yaitu Maha “Nrima-ake”.

Kalau anda diperintahkan oleh Allah, misalnya untuk membaca AlQur’an. Padahal anda sudah berusaha, tapi tetap saja bunyinya “ngalaihim”, seharusnya “alaihim”. Itu mungkin akan ada ustad yang marah-marah, dan menyalah-nyalahkan. “bacaan fatihahmu keliru”.

Kalau Gusti Allah tidak marah, sebab As-Syakur. Logatnya orang tegal “ngalaihim”, itu sudah lumayan. Orang jogja itu lebih dekat dengan Borobudur, dibanding kakbah, tapi masih mau ngaji, itu sudah bagus sekali, jaminan surga. Seperti itulah Gusti Allah.

Orang banyak keliru, dianggapnya agama itu buat Gusti Allah. Padahal Gusti Allah tidak membutuhkan apa-apa. Di dunia ini kira-kira hanya berjumlah 7 milyar manusia. Jika mereka semua membangkang, Gusti Allah sama sekali tidak rugi. Ada trilyunan malaikat yang taat sembahyang. Jadi, sesungguhnya agama itu untuk kita sebagai manusia. “

[Mbah GusMus | Ponpes Rohmatul Umam, Tegalsari, Donotirto, Kretek, Bantul | 4 Sep 2015]

🌷

SIRR - SUFI Islam Ramah

Tuesday, November 3, 2015

Ciri-ciri WALI




Nutrisi Ruhani
Santun menyejukkan

Wacana SUFI ke-98

~Ciri-ciri WALI~

" Siapakah Wali itu ?

GusMus dalam canda pengajiannya,
"Anda tinggal di Indonesia yang merupakan negara wali. Kabarnya di Jawa Timur saja ada sekitar 200 wali. Kalau di jawa tengah ada sekitar 57 wali. Entah itu termasuk saya atau tidak. Issunya seperti itu."

Wali menurut tafsir konvensional, ada yang maknanya kekasih, ada yang mengartikan penolong.

Dalam AlQur’an disebutkan, “penolong-penolong atau kekasih-kekasih Gusti Allah”.

Saya memiliki makna sendiri terhadap kata wali, ini asli dari saya. Menurut keyakinan saya, makna inilah yang paling tepat, daripada tafsir-tafsir lainnya. Menurut saya, kata wali itu maknanya “bolo”.

Bolo itu maknanya bukan teman, melainkan idiom peperangan, bolo atau musuh. Kalau tidak bolo, ya musuh. Jika bolo jangan ditembak, kalau musuh ditembak.

Tidak ada bolo kok nembak bolo. Tetapi pernah terjadi bolo nembak bolo, waktu zaman perang Teluk. Amerika dengan inggris itu bolo, melawan Saddam Husein. Suatu ketika tentara Amerika, tiba-tiba nembak tentara Inggris, itu namanya kecelakaan.

Jadi, kalau ada bolo bertengkar dengan bolo, itu kecelakaan. Kata AlQur'an,
"orang mukmin-mukmin laki-laki, orang mukmin-mukmin perempuan, itu sama lain adalah bolo".

Kalau ada orang Islam bertengkar dengan orang Islam, itu namanya kecelakaan. Bisa jadi salah satu atau salah keduanya, tidak pernah mengaji AlQur’an, atau pernah mengaji tapi tidak paham.

Kenapa saya bilang makna wali itu artinya bolo, yang paling pas ?
sebab ada hadis,
“barang siapa yang berani dengan Auliya-KU, Aku mengumumkan perang kepadanya”.

Siapa saja yang berani dengan bolonya Gusti Allah, bakal merasakan sakit semua. Menjadi bolone gubernur saja sudah sakti, apalagi bolone Gusti Allah. Kalau jadi bolone Gusti Allah, malaikat akan ikut jadi bolone.

Menjadi wali itu mudah sebenarnya kalau berdasarkan AlQur’an. Posisi kita itu hanya tinggal tambah sedikit saja, sudah jadi wali. Ciri-cirinya Wali menurut AlQur’an,
“Wali itu tidak punya takut dan rasa susah”.

Jadi kalau dengar kabar di jombang ada wali cilik ponari, itu tidak perlu dites, sudah pasti ngawur. Atau ada kyai yang bisa mengundang burung yang sedang terbang atau bisa berjalan diatas air. Trus kita ragu-ragu dia wali atau bukan. Coba saja dites dengan diberitahu,
“mbah, infonya meski sekarang bbm turun sedikit, sebentar lagi akan naik tinggi”.

“lho, apa benar mau naik lagi? masyaAllah.....”.

Itu tandanya bukan wali, sebab perkara bbm saja lho kok susah. Wali itu berhadapan dengan malaikat Munkar Nakir saja tidak takut. Syech Abdul Qodir al Jailany pernah mengatakan, kalaupun dibolehkan dan dimungkinkan, Beliau ingin mendampingi kita saat meninggal. Nanti pas saat malaikat Munkar Nakir bertanya, biar Beliau saja yang menjawab, kita ga perlu repot menjawab pertanyaan malaikat.

Kalau anda masih susah, masih takut, jangan melamun jadi wali.

Tadi sudah saya sampaikan bahwa kalau anda ingin jadi wali, itu tinggal sedikit saja. Sebab syaratnya menjadi wali itu cuma 2 yaitu

💦 tidak menyembah selain Gusti Allah.
Di Indonesia sudah berpancasila, ada ketuhanan yang Maha Esa, yaitu Gusti Allah, jadi semua orang Indonesia ini sudah Rabbunallah.

💦 Tinggal satu syarat yaitu anda tetap istiqomah mempertahankan Rabbunallah.
Itu sudah menjadi wali.

Dalam AlQur’an disebutkan,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita."
(QS. Al Ahqaf 13).

Walinya Gusti Allah itu tidak takut dan susah. Jadi, kalau orang ingin menjadi wali, dia harus tidak takut dan tidak susah.

Dan kalau ingin tidak takut dan tidak susah, dia harus menyembah hanya kepada Gusti Allah dan istiqomah dalam Rabbunallah. "

[Mbah GusMus | Pasuruan | 7 Maret 2009]

🌷

SUFI Islam Ramah

Monday, November 2, 2015

Kunci Istiqomah dengan tidak berlebihan



Nutrisi Ruhani
Santun Menyejukkan

Wacana SUFI ke-97

~Kunci Istiqomah dengan tidak berlebihan~

" Bagaimana caranya supaya kita bisa ISTIQOMAH ?

yaitu hendaknya dalam melakukan segala hal, yang sedang-sedang saja. Jangan berlebih-lebihan.

Contohnya :
💦 kalau nyambel jangan kebanyakan garam, biar tidak darah tinggi.

💦Sambelnya jangan kebanyakan lomboknya, biar tidak diare.

💦Makan juga yang sedang saja, jangan terlalu sedikit, juga jangan kebanyakan.

💦Senang yang sedang saja. Benci juga sedang saja.

💦Kalaupun terpaksa benci dikarenakan manusiawi, itu juga yang sedang-sedang saja. Jangan gara-gara cuma tersentuh saja, sampai dikibas-kibaskan. Itu berlebihan.

💦Anda suka dan gemar melukis, silahkan memuji lukisannya sendiri. Namun, kalau sampai menghina lukisannya orang lain, itu namanya sudah berlebihan.

Termasuk dalam hal ibadah, yang sedang-sedang saja. Jangan berlebih-lebihan.

Contohnya,
🚩Ketika berpuasa, saat maghrib harus berbuka.
Puasa kok tidak saur dan berbuka, itu berlebih-lebihan.

🚩Waktunya ke pasar, ya berangkat ke pasar. Waktunya ke masjid, ya berangkat ke masjid.
Jika di pasar terus itu jelek, sebab nanti disangka sebagai juru kunci pasar.
Dan di masjid terus juga tidak baik, sebab nanti tidak ada yang belanja untuk masak orang yang dirumah.
Jadi kadang di sawah, kadang di pasar, kadang di masjid.

Menjalani hidup cukup begitu saja, tidak perlu yang neko-neko.

Sekarang itu banyak orang yang neko-neko.
🌀Contohnya di tempat saya, ada seorang kapolres, kerjaannya ngaji iktikaf terus, selalu pecian haji.
Terus saya tegur,
“polisi kok pecian haji, anda tidak perlu begitu”.

🌀Menjadi polisi dan bupati, itu tidak perlu wiridan banyak-banyak. Tidak perlu ngaji terlalu banyak. Tidak perlu shalat sunnah berlebihan.
Cukup dia berlaku ADIL saja, itu sudah jaminan surga.

Dia rajin ngaji, rutin wiridan. Tapi tidak bisa adil dengan rakyatnya, itu bisa ditempeleng malaikat.

Jadi, anda yang sederhana saja, tidak perlu berlebih-lebihan.

🌀Kalau malam tidak bisa tidur, lakukanlah shalat malam. Kalau anda tidak punya makanan, berpuasa lah.

Dulu zaman Kanjeng Nabi ada orang yang bangga diri. Mereka ingin mencocokan ibadahnya dengan Kanjeng Nabi. Kemudian berangkat ke Madinah. Hati kecilnya berkata,
“aku saja seperti ini, bagaimanakah dengan Kanjeng Nabi”.

Mereka berjumlah 3 orang:
🔮 yang pertama kalau siang tidak pernah tidak puasa, terus menerus berpuasa.
🔮 Yang kedua, kalau malam tidak pernah tidur, shalat terus.
🔮 Yang ketiga, tidak pernah menyentuh wanita.
Disangkanya tidak menyentuh wanita itu suci sekali, sebab pikirnya seorang wanita itu kotor.

Kanjeng Nabi mendengar hal ini, dipanggilah orang tersebut ke masjid Nabawi,
“kamu kalau siang, tidak pernah tidak puasa ya ?”

"Betul"

“kamu katanya tidak pernah tidur, shalat terus ?”

"Ya, Kanjeng Nabi“

"kamu katanya yang tidak pernah menyentuh wanita sama sekali?”

"Benar"

“kalian dengarkan ya. aku kasih tahu.
sehebat apapun amalmu, tidak akan bisa melebihi aku.
Aku yang paling takwa, sebab utusannya Gusti Allah.
Orang yang paling takwa kepada Gusti Allah, adalah yang paling kenal Gusti Allah.
Lha, aku yang paling kenal, sebab aku utusannya Gusti Allah. Pernah mi’raj.
Tapi meskipun aku lebih takwa dari kalian, aku ini kadang-kadang puasa, kadang-kadang tidak.
Aku kalau malam ngantuk, trus tidur.
Kadang-kadang tidur, kadang-kadang shalat malam.
Aku tidak membenci wanita, justru menikahinya.
Barangsiapa tidak cocok dengan yang aku lakukan, dia tidak termasuk golonganku”.

Jadi, yang biasa-biasa saja.
Tidak usah berlebihan.
Jangan merasa suci.
Mencontoh Kanjeng Nabi, menjadi manusia biasa saja. "

[GusMus | Bawang Salaman, Magelang | 9 Des 2012]

Nasihat indah KH. Musthafa Bisri, vol-1




Nutrisi Ruhani siang
Santun menyejukkan

Wacana SUFI ke-96

~Nasihat indah  KH. Musthafa Bisri, vol-1~

1.Kebenaran kita berkemungkinan salah, kesalahan orang lain berkemungkinan benar. Hanya kebenaran Tuhan yang benar-benar benar.

2. Kalau Anda boleh meyakini pendapat Anda, mengapa orang lain tidak boleh.

3. Jangan banyak mencari banyak, carilah berkah. Banyak bisa didapat dengan hanya meminta. Tapi memberi akan mendatangkan banyak dan berkah.

4. Tidak ada alasan untuk tak bersedekah kepada sesama. Karena sedekah tidak harus berupa harta. Bisa berupa ilmu, tenaga, bahkan senyum.

5. Apa yang kita makan, habis. Apa yang kita simpan, belum tentu kita nikmati. Apa yang kita infakkan justru menjadi rizki yang paling kita perlukan kelak.

6. Abadikan kebaikanmu dengan melupakannya.

7. Tawakkal mengiringi upaya. Doa menyertai usaha.

8. “Berkata baik atau diam” adalah pesan Nabi yang sederhana tapi sungguh penting dan berguna untuk diamalkan dan disosialisasikan.

9. Janganlah setan terang-terangan engkau laknati dan diam-diam engkau ikuti.

10.Mau mencari aib orang? Mulailah dari dirimu !

11. Hati yang bersih dan pikiran yang jernih adalah suatu anugerah yang sungguh istimewa. Berbahagialah mereka yang mendapatkannya.

12.Meski sudah tahu bahwa memakai kaca mata hitam pekat membuat dunia terlihat gelap, tetap saja banyak yang tak mau melepaskannya.

13. Awalilah usahamu dengan menyebut nama Tuhanmu dan sempurnakanlah dengan berdoa kepadaNya.

14.Ada pertanyaan yang ‘tidak bertanya’; maka ada jawaban yang ‘tidak menjawab’. Begitu.

15. Sambutlah pagi dengan menyalami mentari, menyapa burung-burung, menyenyumi bunga-bunga, atau mendoakan kekasih.
Jangan awali harimu dengan melaknati langit.

16.  Wajah terindahmu ialah saat engkau tersenyum. Dan senyum terindahmu ialah yang terpantul dari hatimu yang damai dan tulus...

[GusMus | Kumpulan twit]