Tuesday, March 18, 2014

Arah Wajah Kita

Wacana SUFI ke-71

Orang Yahudi itu kalo shalat ke barat, orang Nashoro kalo sembahyang menghadap ke timur. Tidak bagus kalo kita mengarahkan wajah kita itu ke barat atau timur. 
--- Al-Birru itu sebuah kebajikan yang didalamnya mengandung kebenaran, keluhuran, keagungan. akhlak, adab. Salah satu nama Allah itu Al-Birru ---
Kenapa Allah menyebutkan ini soal wajah yang mengarah ? ini menggambarkan bahwa orang Yahudi dan Nashoro lebih banyak memandang kebenaran (al-birru) dari aspek lahiriah/dhohiriyah belaka. Soal dhohir itu soal arah, fisik, dimensi, penjuru, ruangan. Inilah yang dikonsentrasikan oleh dua agama tersebut. 
Bagi Islam, yang bagus bukan soal sekedar mengarah tempat, ruang, penjuru, dll tetapi man amana billah (beriman kepada Allah). Kemanapun engkau menghadapkan wajahmu, maka disanalah wajah Allah.
Apa yang dimaksud mengarahkan wajah disini ? dan apa pula yang dimaksud wajah Allah ?
Kemudian ada pertanyaan, “wajah Allah tidak kelihatan oleh mata kita, kok kita harus mengarahkan wajah, ini bagaimana ya ?”. 
Maksudnya wajhullah adalah arah ilahiyah atau kalo gambaran masa sekarang perspektif sebuah arah yang terdiri dari 2 yaitu arah yang dhohir dan arah yang bathin. 
Jadi yang dimaksud al-birru disini bahwa menghadapkan adalah wajah bathin kita. Kemanapun engkau menghadapkan wajah dhohir, anda harus memandang dengan wajah bathin. 
Wajah dhohir kita ini, di dalamnya ada banyak macam, ada lisan, ada hidung, ada mata, ada bentuk, ada alis, ada telinga. Wajah manusia tersebut banyak dan diwakili oleh apa ? 
Seluruh tubuh/diri diwakili oleh kepala. Seluruh badan diwakili oleh hati. Wajah diwakili oleh mata. Kalo wajahnya hati, diwakili oleh mata hati. 
Mata kepala kita selalu memandang yang tampak secara lahiriyah. Mata hati kita selalu memandang yang bersifat maknawiyah, hakikiyah. 
Karena yang dipandang oleh mata hati maknawiyah, maka Allah mengarahkan mata hatimu harus 'melek', yang bagus itu adalah man amana billah yaitu orang yang beriman kepada Allah, beriman kepada hari akhir, beriman kepada Malaikat dan kitab serta beriman kepada para Nabi. "
[DR. KHM. Luqman Hakim | Masjid Jami Baiturrohim, Beji Timur, Depok | 8 Maret 2014 - video menit ke 02:20]

*********

perhatian: Bagi yang ingin download, harus ijin terlebih dahulu, dengan cara meninggalkan jejaknya, klik tombol Like/Jempol/Tweet/g+ atau mengisi Komen. 


Monday, March 17, 2014

Menganiaya Diri Sendiri

Wacana SUFI ke-70

Ada sesuatu yang kadang-kadang menutup diri kita, itu semata karena kita tidak mengenal, dan dimana posisi kita sebenarnya. 
Tetapi bagi orang yang mengenal posisinya, jika ada pilihan misalnya antara permata yang posisinya ada di tengah-tengah binatang buas, atau harus memilih gandum yang ada di dekat dia. Pasti kalo orang tahu posisinya, dia akan memilih gandum tadi. 
Maka kalo kita harus bertobat, berarti kita memilih tergolong orang-orang yang al mahbubin, orang-orang yang dicinta oleh Allah swt. 
Yang mahal itu cintanya Allah swt, dan orang yang tobat itu, sebenarnya orang yang siap dicintai oleh Allah swt. Kalo belum tobat, berarti dia tidak siap meraih cinta. 
 
Begitu juga orang yang menyucikan hatinya, penyuciannya berarti dia akan menumbuhkan akhlak-akhlak dan adab yang mulia di dalam hatinya. Maka dia benar-benar menyiapkan diri untuk menjadi lembah cintanya Allah swt. 
Karena itu, kalo kita bertobat termasuk minal mahbubin, sebaliknya kalo tidak minal dzolimin, tergolong orang-orang yang dzolim, terutama dzolim pada diri sendiri. 
Kita ini menganiaya atau mendzolimi diri kita sendiri, dengan segala bentuk tindak yang tidak diridhoi oleh Allah swt, itu sebenarnya kita sedang mendzolimi diri sendiri.  "
[DR. KHM. Luqman Hakim | Masjid BANK INDONESIA Jakarta Pusat | 12 Maret 2014 - video menit ke 03:50]


*********

perhatian: Bagi yang ingin download, harus ijin terlebih dahulu, dengan cara meninggalkan jejaknya, klik tombol Like/Jempol/Tweet/g+ atau mengisi Komen. 


Friday, March 14, 2014

Jangan Putus Asa Bertobat

Wacana SUFI ke-69

" Orang yang tobat justru beruntung, dan sebaliknya yang tidak mau tobat tentu rugi. 
Dan jangan sampai kita putus asa, seperti ungkapan berikut “sampai kapan ya aku bertobat ini ? dan aku akan mengulang lagi dosaku, aku tidak bakal diampuni”.
 
Orang sakit saja sepanjang masih ada nyawanya, masih tetap berharap hidup. Kenapa orang itu ingin tobat ? karena dia ingin masih hidup hatinya, ingin hatinya kembali kepada Allah, harapannya seperti orang yang sakit tadi. 
Sebenarnya orang yang berdosa, ini kan seperti orang yang sakit. Dia sakit seberat apapun, tetap berharap sembuh dan hidup. 
Orang yang maksiat sebenarnya tetap memiliki harapan ingin bertobat. Tetapi karena sudah bertumpuk-tumpuk keputus-asaannya atas maksiat yang dilakukan, lalu dia benar-benar menjadi putus asa. "
[DR. KHM. Luqman Hakim | Masjid BANK INDONESIA Jakarta Pusat | 12 Maret 2014 - video menit ke 07:00]

*********

perhatian: Bagi yang ingin download, harus ijin terlebih dahulu, dengan cara meninggalkan jejaknya, klik tombol Like/Jempol/Tweet/g+ atau mengisi Komen. 


Thursday, March 13, 2014

Tidak Peduli dengan Bahagia dan Derita

Wacana SUFI ke-68

Dalam proses perjalanan ini, kadang-kadang rasanya kita tercekam dengan berbagai takdir, yang menurut kita sangat tidak enak. Dunia rasanya sempit sekali. Menengok sedikit rasanya sudah dihantam sesuatu.  
Itulah suasana ketika Allah menggenggam dalam keadaan mencekam hingga membuat dia sudah tidak bisa berkutik. “Ampun Ya Allah… ampun……. ampun….”, kira-kira seperti itu saja yang dapat dia lakukan. 
Kenapa Allah itu tidak menakdirkan yang enak-enak saja, tetapi diberi cobaan dan kesedihan ? agar anda jangan sampai merasa bersama Allah, hanya ketika dalam suasana tidak tercekam atau enak saja.  
Ketika nanti diberi peluang serba enak, rasanya bersama Allah. Tetapi ketika diberi cobaan, rasanya tidak bersama Allah. Maksudnya biar dia tidak berlaku seperti itu. 
Allah ketika membukakan peluang-peluang, kemudahan, enak, nyaman, indah, bahagia, supaya anda full tidak membiarkan bersama Allah hanya dalam kondisi tercekam. 
Kadang-kadang manusia ini, ketika diberi nikmat, dia benar-benar bisa beribadah. Tetapi ketika diberi penderitaan, dia tidak bisa beribadah, ibadahnya mulai tidak khusyuk.  
Kadang-kadang juga sebaliknya diberi penderitaan, dia beribadah sangat tekun, sedangkan diberi kebahagiaan dia lupa kepada Allah. Nah, karena itu oleh Allah dibikin fluktuatif sekalian -naik turun-, biar terlatih mental hati kita menghadapi kehidupan ini, supaya istiqomah bersama Allah.  
Kadang-kadang Allah mengeluarkan dari suasana baik mencekam maupun bahagia, artinya seorang hamba sudah tidak peduli dengan bahagia dan derita. Diberi enak juga rasanya bersama Allah, diberi tidak enak rasanya juga tetap bersama Allah.  
Kenapa Allah mengeluarkan orang tersebut dari kedua suasana seperti itu ? supaya seseorang tidak lagi memikir yang lain, tidak konsentrasi yang lain, kecuali hanya dengan Allah saja! "
[DR. KHM. Luqman Hakim | Masjid Baiturrohim, Beji Timur, Depok | 11 Maret 2014 - video menit ke 24:00]


*********

perhatian: Bagi yang ingin download, harus ijin terlebih dahulu, dengan cara meninggalkan jejaknya, klik tombol Like/Jempol/Tweet/g+ atau mengisi Komen. 


Saturday, March 8, 2014

Perbuatan yang lebih besar dosanya

Wacana SUFI ke-67

Merencanakan maksiat itu lebih besar dosanya daripada maksiatnya. 
Disebutkan oleh Syaikh Zarruq ada 5 hal perbuatan diluar dosa tapi lebih besar daripada dosanya.

  1. Orang yg semangat ketika mau maksiat. Semangat bermaksiat itu lebih besar dosanya dibanding maksiatnya.
  2. Membiayai maksiat. “apa kamu mau maksiat ? saya kasih duit padamu untuk bermaksiat”. Orang yang membiayai itu lebih besar dosanya daripada perbuatan dosanya. 
  3. Mendukung kemaksiatan. Ada tindakan maksiat justru didukung. Dukungan itu lebih besar dosanya daripada maksiatnya.
  4. Menyepelekan atau meremehkan dosa. “ah kecil itu berdosa, Tuhan lebih besar ampunanNya”. Menyepelekan itu lebih besar daripada dosanya.
  5. Terus menerus berdosa. Habis berdosa, terus bertobat, setelah itu berdosa lagi. Wah pokoknya berdosa sudah sampai menjadi hobi. Hobi berdosa itu lebih besar dosanya dibanding tindakan dosa. "
[DR. KHM. Luqman Hakim | Masjid BANK INDONESIA | 5 Maret 2014 - video menit ke 16:00]


*********

perhatian: Bagi yang ingin download, harus ijin terlebih dahulu, dengan cara meninggalkan jejaknya, klik tombol Like/Jempol/Tweet/g+ atau mengisi Komen.