Thursday, January 28, 2016
Kisah Wali dan Rokok
Dawuh Mbah Maimoen Zubair, riwayat Muhammad Nabiel Mustofa, kata beliau: "Kowe mandek rokok luweh apik timbang sholat sunnah nanging sek rokokan" (Kamu berhenti merokok lebih baik daripada istiqamah shalat sunnah tapi masih merokok).
Pernah suatu waktu KH. Abdul Hamid ingin sowan kepada Habib Jakfar bin Syaikhon Asseggaf Pasuruan, gurunya sendiri. Namun Mbah Hamid menunggu lama sekali dan tidak kunjung ditemui. Lalu Habib Jakfar berkata kepada salah satu khadimnya: "Aku tidak mau menemui karena bau rokok."
Akhirnya Mbah Hamid seketika menuju masjid dan berikrar di hadapan Allah untuk meninggalkan rokok seketika itu. Kemudian beliau kembali menuju ndalem sang habib. Tak sampai di depan pintu, Mbah Hamid sudah di"papak" (disambut) di depan pintu rumah oleh Habib Jakfar. Sejak itulah Mbah Hamid berhenti merokok, hingga beliau menjadi wali Allah dan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah Swt.
Lain cerita, riwayat Alex Alex Wafer MbaZaz, pernah Kiai Jamaluddin Jombang bersama seorang santrinya sowan kepada sang guru, yaitu Mbah Abdul Jalil Mustaqim Tulungagung. Ketika dalam perjalanan Kiai Jamaluddin dawuh pada santrinya: "Le (Nak), kamu saya ajak sowan ke Romo Kiai Abdul Jalil. Beliau termasuk bagian dari wali Allah. Nanti kalau di sana kamu tidak perlu banyak tanya, cukup dengarkan dawuh-dawuhnya." Jawab si santri, "Iya, Kiai."
Sesampai di kediaman Kiai Abdul Jalil, dan cukup lama berbincang-bincang, pada waktu itu pula Kiai Abdul Jalil menghisap rokok tanpa henti. Habis sebatang nyambung lagi dan terus begitu sampai habis banyak berbatang-batang rokok. Dalam hati si santri berperasangka dan bertanya seakan tidak percaya, "Katanya kiai ini seorang wali. Dari awal saya bertamu sampai sekarang rokoknya kok ngebut, habis satu langsung nyulut habis lagi nyulut lagi tanpa henti. Di mana letak kewalianya? Ah, kayaknya tidak mungkin!"
Dengan spontan Kiai Abdul Jalil berkata: "Kiai Jamal, lebih baik merokok tapi selalu ingat Allah daripada tidak merokok tapi suka ngurusin orang lain yang sedang menikmati rokok tapi hatinya lalai pada Allah." "Njih, leres Kiai" (Ya benar, Kiai), jawab Kiai Jamaluddin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment