Nabi Muhammad
s.a.w merupakan nabi paripurna yang menyempurnakan agama islam. Nabi
Muhammad dilahirkan dari rahim seorang wanita suci yang bernama Aminah binti Wahbin
dan ayahnya Abdulloh bin Abdul Mutholib.
Kedua orang tua
nabi hidup dimasa sebelum islam. Yaitu
suatu fase kekosangan dari dakwah nabi.
fase tersebut disebut FATROH, dan orang yang hidup dimasa itu disebut
Ahli Fatrah yaitu, orang-orang yang hidup diantara masa dua rasul, dan rasul
yang pertama tidak diutus untuk berdakwah kepada mereka, sedangkan mereka tidak
menemukan masanya rasul yang kedua. Ulama Ahli fiqh mengatakan bagwa yang
dimaksud dalam hal ini adalah orang Arab yang hidup setelah masa hidupnya Nabi
Isa AS dan belum bertemu masa Nabi Muhammad Saw.
Imam Suyuthi menjelaskan tentang Ahli Fatroh:
"Ketika dalil yang pasti dan tidak terbantahkan lagi telah menenjukkan
bahwasannya tiada penyiksaan (di akhirat) kecuali setelah datangnya hujjah
atau agama (di dunia), maka kami bisa mengetahui bahwa mereka Ahli Fatrah
tidak akan disiksa."
Para ulama
Maturidiyah berkata: "Orang yang mati sebelum melewati waktu yang
sekiranya bisa berangan-angan tentang agama, sedangkan dia belum sampai iman
atau kufur, maka tiada siksaan baginya (selamat). Berbeda jika dia telah
mempercayai kekufuran atau meninggal setelah melewati waktu sekira bisa
berangan-angan dan dia tidak mempercayai apa-apa, maka dia tidak selamat."
Maka dari itu Ahli Fatrah ada tiga Kriteria::
1.
orang yang
tidak bertauhid pada Allah dihatinya. Dan sebagian tidak mengikuti syariat
nabi-nabi, seperti Qis bin Saida dan Zaid bin Amr. Dan sebagiannya lagi ada
yang sampai mengikuti syari'at yang benar & berlaku, seperti Tubba'.
2.
orang yang
mengganti, merubah, menyekutukan, menciptakan syari'at sendiri, menghalalkan
yang haram dan mengharamkan yang halal. Contoh
seperti Amr bin Lahay. Yaitu, orang yang memprakarsai penyenbahan
berhala. Bukan hanya itu, dia juga membuat hukum-hukum syari'at sendiri, dan
mendakwahkan pada orang lain, dan orang orang menyembah jin, dan malaikat.
3.
Orang yang tidak
menyekekutukan dan tidak pula bertauhid serta tidak mengikuti syari'at nabi
siapapun, tidak membuat hukum syari'at, dan tetap dalam keadaan seperti itu.
biasanya mereka yang hidup di hutan pedalaman
Apabila
ada hadits-hadits yang mengatakan tentang siksaan kepada seseorang dari mereka
para Ahli Fatrah, maka dimasukkan ke bagian yang kedua. Adapun bagian yang
ketiga, adalah para Ahli Fatrah yang selamat dan tidak disiksa.
Hukum Kedua Orang Tua Rasulullah Saw.
Berkata imam
ibnu hajar dalam kitab Syarh Hamaziah karya Imam Bushiri:
لم تزل في الضمائر الكون تختا * ر لك الأمهات
والأباء
"Senantiasa
dalam rahasia alam ini*
engkau (nabi) selalu dipilihkan dari ibu ayah pilihan"
engkau (nabi) selalu dipilihkan dari ibu ayah pilihan"
Alloh
berfirman Allah ta'ala:
وتقلُّبَك فى السَّاجدين
"dan (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara
orang-orang yang sujud." (QS
Asy-Syuara' [26]: 219).
Menurut salah
satu penafsiran ayat tersebut, bahwa yang dimaksud dari ayat tersebut adalah pindahnya
nur Muhammad dari orang yang sujud kepada orang yang sujud.. Ayat ini merupakan
legalisasi bahwa garis keturunan nabi Muhammad s.a.w diwariskan dan diturunkan
dengan jalur suci dari masing masing
individu yang dipilih alloh s.w.t dari nabi adam. Dan sabda Nabi Muhammad Saw:
(لمْ
أَزَلْ أُنْقَلُ مِن الأَصْلَابِ الطّاهراتِ إلى الأَرحام الزَّكِيَّات)
"Tiada henti-hentinya aku dipindah dari punggung-punggung
yang suci ke rahim-rahim yang bersih."
Hadits
ini merupakan pengejawantahan bahwasannya tidak ada sama sekali dari sekian
banyak utusan nabi yang menyekutukan Allah Swt. Dan garis keturunannya
merupakan garis keturunan yang terpilih. Dan tidak ada dari datuk nabi Muhammad
kecuali menjadi pemimpin di masanya seperti kata sebuah syair menyebutkan:
فألئك
السادة لم ترى مثلهم * عين على متتابع الاحقاب
زهر الوجوه
كريمة احسابهم * يعطون سائلهم بغسر حساب
Namun
masih banyak orang yang salah faham dan mengatakan bahwa kedua orang tua nabi
Muhammad s.a.w Ahli Neraka. Dengan dalih bahwa mereka tidak mengucapkan dua
kalimat syahadat selama hidupnya.
Al-Imam Abu Hanifah, ia mengutarakan bahwa
semua para nabi itu maksum (terpelihara) dari hakikat kekufuran begitu pula
segenap orang tuanya. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa kelahiran para nabi
harus dari kedua orang tua yang muslim atau matinya orang tua yang bukan muslim
sebelum kelahiran mereka. Akan tetapi yang kedua ini, sangatlah langka
ditemukan. Bahkan tidak mungkin dan tidak terjadi dikalangan orang tua
perempuan (karena ia yang melahirkan).
Dikisahkan
bahwa Nabiyulloh Adam dan Sayyidatuna Hawa melahirkan 40 anak dalam 20
kandungan (setiap lahir kembar) kecuali nabi "Tsis" karena Allah
ingin menunjukkan karomah bagi Nabi Muhammad s.a.w dan kemudian sesaat sebelum
wafat berpesan kepada anaknya agar tidak meletakkan Nur yang diwariskan ini
kepada wanita sembarangan kecuali kepada yang suci.
Sebenarnya
kalau kita kroscek ternyata
hadits-hadits dijadikan tendensi sebagian orang yang apatis terhadap kedua
orang tua Rasulullah, semuanya kurang relevan
dan kontradiktif. Haditsnya-pun
derajatnya 'ahad. Oleh karenanya, hadits tersebut tidak masuk
dalam hal akidah atau yang berhubungan dengan kepercayaan. sebab dalam hal
akidah atau kepercayaan yg dipakai adalah hadits mutawatir.
· Jika anda bertanya : "bukankah Azar ayah
nabi ibrohim juga masuk neraka???
jawabannya : adapun hadits tentang
"Azar"yang benar bahwa dia bukanlah ayahanda dari nabi Ibrahim A.S.
Tetapi dia adalah paman beliau. Sedangkan ayahanda beliau bernama Faruh.
Sedangkan orang arab jika memanggil paman dengan sebutan ayah. Sebab mereka
menganggap paman mereka seperti ayah sendiri. Bahkan Al-Qur'an sendiri
menyebutkan hal ini:
وَإِلَهَ ءَابَائِكَ إِبْرَاهِيْمَ
وَإِسْمَاعِيْلَ
"Dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail." (QS Al-Baqarah [1]: 133) Padahal yang dimaksud
adalah paman Ayyub as.
· Jika anda protes dengan bertanya : "lalu apa jawaban anda atas
pengakuan nabi bahwa ayahnya di neraka seperti yang disebutkan di hadits
muslim???
Jawabannya : Tentang hadits yang diriwayatkan
Muslim: Seorang laki-laki berkata, dimanakah ayahku wahai Rasulullah? beliau
menjawab: "Di Neraka." lalu setelah dia berpaling, Rasulullah
memanggil kembali seraya berkata: "Sesungguhnya, ayahku dan ayahmu
berada di Neraka."
Ada dua opsi untuk menjawabnya yang pertama
kita Wajib melakukan penakwilan. Paling jelasnya pentakwilan menurut kami,
yaitu Rasulullah Saw. bermaksud dengan ucapan 'ayah' adalah paman beliau sesuai
adat Arab yang memanggil paman dengan panggilan ayah. Inilah yang dinamakan majaz. Adapun tanda
adanya majaz dalam hal ini, yaitu ayat yang akan datang penyebutannya, yang
menunjukkan kebalikan dari redaksi ayat menurut yg diakui madzhab Ahlus Sunnah
pada pendapat yang paling shahih (benar). sedangkan paman beliau Nabi menanggung dan merawat nabi
setelah kakeknya Abdul Muthallib.
Yang kedua
maksud dari jawaban beliau Nabi dalam hadits tersebut yaitu demi
menyenangkan hati pemuda tersebut agar tidak murtad. Karena yang didengar
pertama kali oleh dia adalah, ayahnya berada di Neraka. Jawaban ini diperkuat
dengan Argument, bahwa beliau Nabi berkata yang kedua kalinya, setelah dia
berpaling untuk pergi. Atau, jawaban beliau tersebut sebelum turunnya ayat
kepada beliau:
وَمَاكُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتَّى نَبْعَثَ
رَسُوْلًا
"tetapi
Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul." (QS Al-Isra' [17]: 15). Seperti kejadian
ketika beliau ditanya tentang anak-anak orang musyrik, beliau menjawab bahwa
mereka bersama ayah-ayahnya (di Neraka). lalu ketika ditanya kembali masalah
itu, beliau menjawab mereka di Surga
Diriwayatkan
ibnu Mardawaih saat memaknai ayat
لقد جاءكم رسول من انفسكم بفتح الفاء انا انفسكم
نسبا وصهرا وحسبا ليس في ابائي نت لدن ادم سفاح كلها نكاح
Beliau
mengatakan bahwa nabi berkata aku paling mulia diantara kalian nasab,
keturunan, dan keluarga tidak ada diantara ayahku yang terjerumus perzinahan
semuanya menikah.
· Kalau anda protes dengan berkata :
"Bukankah Imam Abu Hanifah
mengatakan bahwa orang tua nabi di neraka??
Jawabannya : Kita perlu Kritis disini sebab
tidak semudah itu sekaliber Imam Abu Hanifah mengkafirkan orang mulia. sebagian
naskah ternyata mengatakan begini:
ووالدا رسول الله صلى الله عليه وسلم ماتا على
الكفر, وأبو طالب مات كافرا
Artinya
"Dan kedua orang tua Rasulullah Saw. meninggal dalam kekufuran sedangkan
paman beliau meninggal dalam keadaan kafir."
Dan ini jelas tidak serasi. Karena, jika beliau
Abu Hanifah bermaksud berkata begitu, maka dia akan menyebutkan semua dalam
satu lafazh. Yang benar adalah bahwa ada kebohongan dari oknum yang tidak bertanggung
jawab yang merubah dari naskah aslinya. Mereka
menyangka, bahwa huruf mim
adalah mim zaidah(tambahan). Mereka
ceroboh dan membuang mim itu. Karena
yang benar naskahnya adalah:
ووالدا رسول الله ما ماتا على الكفر وأبو طالب
عمه مات كافرا
Artinya
"Dan kedua orang tua Rasulullah Saw. tidak meninggal dalam kekufuran
sedangkan paman beliau meninggal dalam keadaan kafir."
Dalam
hal ini Imam Ibnu Hajar menuturkan dalam kaitabnya Al fatawa, mengutib
dari kitab Saddaduddin: "Apa
yang dikutib dari Abu Hanifah, beliau berkata dalam kitabnya al fiqhul akbar,
bahwasannya kedua orang tua Nabi meninggal dalam keadaan kafir itu tidak
benar. Karena naskah yang dapat dipercaya dalam kitab tersebut, tidak
disebutkan hal seperti itu. Yang benar naskah tersebut, adalah karangan Abu
Hanifah Muhammad bin Yusuf Al-Bukhari bukan Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsabit
Al-Kufi. Kami sebutkan hal itu agar supaya, orang yang berfikir tentang
kutibannya selalu berfikir dan berhati-hati dalam menulis. Wallahu A'lam.
·
Jika anda bertanya; "Bukankah
yang mengatakan selamatnya orang tua nabi hanya Syiah Rofidloh seperti ucapan
Abi Hayyan??"
Jawabannya
: Ibnu Hajar mengatakan bahwa banyak kerancauan pada pendapat Abi Hayyan yang
mengatakan; "Sesungguhnya hanya penganut Syiah Rafidlah yang mengatakan
bahwa kedua orang tua Nabi Muhammad Saw termasuk orang-orang mukmin yang tidak
disiksa. Dengan berargumen menggunakan firman Allah ta'ala: "dan
(melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud."
(QS Asy-Syuara' [26]: 219)."
Kita
menolak pendapat ini Dengan Dua alasan. Pertama
sebab Abi Hayyan merupakan Pakar Gramatika Nahwu Shorrof saja. sementara
untuk masalah akidah dan usul, dia tidak memiliki kapasitas di dalamnya.
Kedua disini
terjadi kontradiksi dengan realita yang ada Karena Ulama madzhab Asy'ari, juga
mengatakan bahwa mereka Para Ahli Fatrah termasuk orang mukmin. Penisbatan yang
dilakukan Abi Hayyan hanya kepada syiah Rafidlah sedangkan disana sebegitu
banyaknya para Imam Ahlus Sunnah yang mengatakan seperti itu merupakan sikap
yang sangat mengentengkan dan menyepelekan."
Sudah banyak
kisah mukjizat nabi yang diberikan kepada beliau seperti mengembalikan matahari
saat beliau akan tertinggal sholat asar, begitu juga membelah bulan yang satu
bagian di atas jabal Abi Qubais dan yang separuhnya di jabal Qoiqo'an. Segala
sesuatu yang dikehandaki nabi akan dituruti oleh alloh s.w.t termasuk juga
permohonan untuk menghidupkan ayah ibunya.
Imam suyuti
mempunyai sepuluh karya kitab yang
menekankan kewajiban menjaga Etika kepada Rasulullah & bagi orang
yang menyakiti beliau, maka ia telah menyakiti Allah ta'ala. Dan satu kitab khusus membahasa secara eksplisit
mengenai kedua orang tua nabi diberi nama abaway rosul.
Suatu ketika seorang qodli bernama AlFaqih
AlMuhaddits Ibnul Araby AlMaliki pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang
berkata, bahwa kedua orang tua Rasulullah Saw. telah masuk Neraka. beliau
menjawab: Dia telah dilaknat, karena Allah Swt. telah berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
لَعَنَهُمُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالأَخِرَة
"Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah
dan Rasul-Nya, Allah akan melaknat di dunia dan di akhirat, dan menyediakan
adzab yang menghinakan bagi mereka."
(QS Al-Ahzab [33]: 57).
Dan
tiada yang lebih menyayat hati dari pada dari ucapan yang mengatakan bahwa
kedua orang tua Rasulullah Saw. masuk Neraka. As-Suhaili telah meriwayatkan
hadits Ibnu Mas'ud ra. Ketika itu, ia (Ibnu Mas'ud) bertanya kepada Rasulullah
Saw. tentang kedua orang tuanya. Beliau menjawab: "Aku senantiasa
meminta kepada Tuhanku, Dia telah mengabulkan permintaanku. Akulah yang
nantinya akan menolong mereka (kedua orang tuaku) menuju tempat yang terpuji
(Surga)." Hadits ini memberikan isyarat, bahwa Rasulullah Saw. akan
memberi syafa'at kepada kedua orang tuanya di tempat tersebut, agar supaya
kedua orang tuanya mendapatkan taufik berupa keta'atan ketika adanya cobaan
besar yang terjadi di hari kiamat nanti. Seperti yang diterangkan dalam
beberapa hadits pula.
Imam
Qurtubi dalam tafsirnya berkata: "Secara akal dan syara', tidak ada yang
mustahil dan ketidak mungkinan tentang menghidupkan kedua orang tua Rasulullah
lalu mewafatkan kembali. Karena hal seperti itu, juga diterangkan dalam
Al-Qur'an Al-Karim tentang menghidupkan orang yang dibunuh dari Bani Israil,
hingga dia memberi kabar tentang siapa pembunuhnya.
Al
habib umar bin sumaith berkata dalam kitab hidayatul ikhwan: banyak orang
berpendapat dari kalangan ahli hadits bahwa nabi menghidupkan dan mengislamkan
orang tuanya dengan dalil hadits aisyah yaitu
Dari Sayidah Aisyah ra.: "Rasulullah Saw. turun dari bukit Al-Hajun
(bukit di Makkah, berupa pemakaman) dalam keadaan sangat duka cita dan
bersedih. Lalu, mendaki kembali dengan kehendak Allah Azza wa Jalla.
Setelah itu, keluar dengan keadaan sangat senang dan gembira. Kemudian dia
berkata: "Aku telah meminta kepada Tuhanku –Azza wa Jalla-, Lalu, Dia
menghidupkan ibundaku untukku. Setelah ibundaku beriman kepadaku, Dia
mengembalikan lagi."
walaupun hadits ini dikatakan lemah menurut
sebagian tapi menurut ahli haqiqat tidak.
ulama berkata dalam syairnya:
[] ناصر الحق: ايقنت ان ابى النبي وامه
* احياهما الرب الكريم الباري
[ ناصر الحق: حتى له شهدا بصدق رسالة حقا
وتلك كرامة المختار
[] ناصر الحق: هذا الحديث ومن يقول بضعفه
* فهو الضعيف عن الحقيقة عاري
*
Jika anda protes dengan berkata "kalau anda katakana ahlil fatroh
bukan ahli neraka lantas untuk apa orang tua nabi dihidupkan??
Jawabannya:
faidahnya agar orang tua nabi mendapat keutamaan atas apa yang tidak didapatkan
ahli fatroh karena Endingnya orang tua nabi harus berkumpul dengan muslimin
agar selamat dari siksa. Begitu pula tingkatan derajat orang yang meyakini
alloh dan islam seutuhnya lebih mulia daripada yang tidak sempat meyakini.
Al Imam nashiruddin addimsyiqi mengatakan dalam
gubahan sya'ir nya:
Karena cinta Allah kepada Nabi
dengan menambah keutamaan-Nya
Atas keutamaan (yang sudah
diberikan) dan Dialah Maha Menyantuni
Lalu menghidupkan ibundanya begitu
pula ayahandanya
Demi beriman kepadanya dari
keutamaan dan kebaikan-Nya
Terimalah kabar itu, karena Allah
Maha Kuasa atas segalanya
Meskipun
hadits yang mengatakan itu dlo'if adanya
Dan Hadits yang
diriwayatkan At-Tirmidzi derajat hasan:
(إنّ
الله خلَق الخَلْقَ فجعلني من خيرِ فِرَقِهِمْ ثمّ تَخَيَّر القبائلَ فجعلني من
خير قبيلةٍ، ثمّ تخيّر البيوتَ وجعلني في خير بيوتهم، فأنا خيرُهم نفسًا –أي روحا
وذاتا- وخيرهم بيتا –أي أصلا-)
"Sungguh,
Allah telah menciptakan makhluk lalu menjadikanku dari sebaik-baiknya golongan
dari mereka. Kemudian memilih dari beberapa kabilah dan menjadikanku dari
sebaik-baiknya kabilah. Kemudian memilih dari beberapa rumah dan menjadikanku
dari sebaik-baiknya rumah. Akulah sebaik-baiknya diri (ruh dan dzat) dari
mereka dan sebaik-baiknya rumah (garis keturunan)."
· Jika anda kembali protes dengan berkata:
"Mengapa anda bersikukuh bahwa kedua orang tua nabi tidak disebut Kafir???
Jawabannya : Karena, orang kafir tidak berhak
dikatakan 'orang pilihan', 'orang mulia, 'orang suci'. Bahkan alquran
menyebutnya Najis. Seperti dalam ayat:
"Sesungguhnya
orang-orang musyrik terhukumi najis."
Sedangkan
Doktrin hadist secara eksplisit menjelaskan bahwa semua orang tua Rasulullah
adalah terpilih, mulia, suci. Dan juga, Dan juga Allah Swt. berfirman: "dan
(melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud."
(QS Asy-Syuara' [26]: 219).
· Jika anda protes dengan bertanya;
"Bukankah Imam Nawawi berkata bahwa
Ahli fatroh menjalani rutinitas sesuai adat arab yang percaya berhala masuk
neraka???
Jawabannya
: "Mengenai perkataan Imam Nawawi dalam mengomentari hadits Muslim:
"Orang yang meninggal dalam masa fatroh dengan menjalani rutinitas
sesuai adat Arab yaitu menyembah
berhala, dia akan masuk Neraka yang dimaksud adalah karena mereka menyembah
berhala sedangkan sebelumnya sudah ada dakwah ismail dan nabi ibrohim. Dan
mengetahui bahwa itu (ajaran ibrohim) ajaran yang benar. Dan bisa saja ucapan imam
Nawawi tersebut ditakwil (tafsir) dengan membawakan ucapan itu
bagi orang-orang yang menyembah berhala yang sudah diriwayatkan dalam
hadits-hadits bahwa mereka akan masuk Neraka.
Berhati
hatilah dalam menyebutkan kekurangan
kedua orang tua Rasulullah Saw. tentusaja itu
akan menyakiti beliau. Karena menyakiti
beliau, akibatnya akan fatal dengan adanya hadits yang diriwayatkan
Ath-Thabari: "Janganlah kalian semua menyakiti orang-orang hidup dengan
memaki orang-orang yang sudah meninggal." .
orang
tua nabi bukan orang sembarangan, ayahnya Abdulloh Bin Abdul Mutholib lelaki
tampan yang jauh dari pergaulan jahiliyah,.beliau juga saat bayi tidak jadi
disembelih dan diganti dengan fidyah 100 ekor unta. hal ini senada dengan syair
pujian atas Ayahanda Nabi yang dilantunkan ibundanya menjelang wafat dan pengakuan
ibundanya atas kenabiannya. Sambil menangis Aminah berkata:
بارك
الله فيك من غلام * يابن الذي من حومة الحمام
نجا
بعون الملك المنعام * فودي غدات الضرب بالسهام
بمائة
من ابل سوام * ان صح ما ابصرت في المنام
فأنت مبعوث الى الانام * من عند ذي الجلال والاكرام
تبعث
في الحل وفي الحرام * تبعث بالتحقيق
والاسلام
دين ابيك البر
ابراهاما * فالله انهاك عن الاصنام
Sementara
ibundanya sendiri merupakan wanita cantik, suci yang jauh dari pergaulan
jahiliyah. bahkan disaat wafatnya segenap Jin menangis dan melantunkan syair:
تبكي
الفتات البرة الامينة * ذات الجمال العفة الرزينة
زوجة
عبد الله والفرينة * أم نبي الله ذي
السكينة
وصاحب المنبر في
الندينة * صارت لدى حفرتها رهينة
Kesimpulannya
bahwa Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah bersepakat bahwa orang tua nabi termasuk
Ahli surga atas dua kemungkinan yaitu keimanannya setelah di bangkitkan atau
karena mereka berada pada masa Fatroh. Sementara yang bersikukuh mengatakan
bahwa orang tua Nabi kafir adalah muktazilah dan pengikutnya.
kita
harus mengindari agar tidak mengingkari
kejadian ini. Sebab jika kita mengingkari maka kita bertentangan dengan
Al-Qur'an dan Ijma', selain itu kejadian bangkitnya orang tua nabi ini sangat
mungkin terjadi secara akal dan syara' atas dasar kemulyaan dan kehususan yang
tidak tertolak oleh Al-Qur'an dan Ijma'. Adapun perkataan yang mengatakan bahwa
tidak berguna iman setelah wafat dikecualikan bagi yang mendapat kehususan dan
kemulyaan..
*Moh
Nasirul Haq
Santri Rubat Syafi'i Yaman
Tarim
04-02-2016
Referensi :
- Kitab Mujizul Kalam Syarah Aqidatul Awam
karya Syidi Syeh Muhammad Ba'atiyah Cet. Maktabah Tarim Haditsah Tarim. Hal.37-
42
- Kitab Ghoyatul Muna Syarh Safinatun Najah
karya Syidi Syeh Muhammad Ba'atiyah Cet. Maktabah Tarim Haditsah Tarim.
Hal.47-53
- Kitab Abaway
Rosul karya imam suyuthi Cet. Darul Jawamik. Hal.10-15
No comments:
Post a Comment