Friday, February 5, 2016

Suami sebagai tulang punggung keluarga, bukan malah istri yg diandalkannya


Assalaamu 'alaikum wr wb.
Al-hamdu lillah wa syukru lillah

Salah satu permasalahan yg sering kali muncul dalam kehidupan berumah tangga adalah masalah ekonomi keluarga. Tulisan saya hari ini berusaha menjelaskan posisi suami sebagai tulang punggung  keluarga, bukan malah istri yg diandalkannya.
Semoga dari tulisan ini, bisa diambil manfaatnya.

PELAJARAN DARI TRUK
YANG SARAT MUATAN
---------------------------------------
Ada banyak truk yg seringkali berlalu lalang di jalan raya. Lazimnya sebuah truk, maka wajar kalau dia digunakan utk mengangkut aneka barang dalam jumlah yang besar. Ada truk yg biasa  digunakan mengangkut pasir, batu kali, bata merah, genting, kayu, semen, betoneser, dan aneka bahan bangunan lainnya. Ada truk yg digunakan untuk mengangkut beras, gula, minyak, kelapa, pisang, dan aneka kebutuhan. Ada juga truk tangki yg mengangkut air, bensin,  solar, dan aneka zat kimia. Bahkan ada juga truk yang biasa digunakan untuk mengangkut sampah dan aneka limbah.

Mengapa truk digunakan utk mengangkut barang2 seperti itu. Sementara mobil jenis sedan tidak. Hal itu karena truk adalah kendaraan yang kekuatannya luar biasa. Dari mulai mesin, gardan, body, dan ban yg dipasang, memang  didesain utk mengangkut barang2 yang berat itu. Sementara jenis sedan didesain utk mengangkut beban biasa sesuai dengan karakternya. Sedan sebagai kendaraan yang ringan, halus dan nyaman. Sehingga semua haruslah sesuai dengan peruntukannya

Saudaraku...
Dalam kehidupan kita, walaupun tidak mesti sama, laki-laki bisa diibaratkan seperti truk itu. Sedangkan perempuan ibarat sedannya. Dalam hal tanggung jawab 'mengangkut' barang,  memang laki-laki punya tanggung jawab yg sangat besar. Muatan truk ibarat beban nafkah yg mesti  ditanggung oleh para suami. Apa saja gak masalah, yg penting halal. Seberat apapun, akan terasa  ringan. Sebab bagi kendaraan truk, hal itu sudah sesuai kodrat dan kegunaan saat truk itu baru dirancang. Demikian juga dengan para lelaki.

Hanya saja sekarang ini banyak laki-laki yg tidak menyadari bahwa dirinya telah didesain 'kokoh' seperti truk itu. Banyak suami yg tidak mengerti tugas utamanya. Akibatnya banyak para istri yang 'terpaksa' menggantikan tugas beratnya tersebut. Anehnya para suami tidak merasa risih apalagi merasa  bersalah kalau istrinya bekerja seberat itu, sementara dirinya 'nganggur' menunggu nasib mujur.

Tidak apa-apa jika seorang istri bekerja di luar rumah sesusai  keputusan keluarga. Tentu saja dengan beberapa konsekwensi dan tanggung jawab yg harus dijaga dan diembannya. Tapi apapun alasannya, jangan sampai hanya istri yang bekerja, sedangkan suami 'nganggur' di rumah, padahal bukan pensiunan.  Kecuali jika suami sudah betul-betul renta tak berdaya.

Saudaraku...
Dalam hal truk, hanya truk yg rusak yg tidak lagi digunakan. Selama onderdil masih lengkap, bodi masih menempel, mesin masih bisa berputar, dan ban masih genap, truk akan terus berjalan walau dengan beban yg menyesuaikan.

Dan seperti itulah harusnya laki-laki. Seorang lelaki menjadi mulia karena tanggung jawabnya, bukan karena ijazahnya. Sejak dia berani menikah maka tanggung jawab seberat apapun termasuk tanggung jawab nafkah ada dipundaknya.

Tugas 'mencari' nafkah bagi suami adalah tugas mulia. Tugas itu merupakan bagian dari ibadah kita. Bahkan dalam hadits disebutkan tugas cari nafkah juga bagian dari jihad fi sabilillah kita. Mari kita sambut tugas ini dengan penuh semangat. Jangan merasa berat, anggap itu rekreasi kita. Jangan pernah kalah dengan kuda yg berlari membawa delman dengan segala muatannya.

Saudaraku....
Betapa dalam urusan ini kita semua akan ditanya. Rasululullah (SAW) diriwayatkan pernah bersabda:
إن الله سائل كل راع عما استرعاه : أحفظ أم ضيع
Allah akan bertanya pada setiap pemimpin atas apa yang ia pimpin, apakah ia memperhatikan atau melalaikannya,” (H.R. Ibnu Hibban).

Setiap bentuk amanah dan tanggung jawab kelak akan dipertanyakan. Bagi seorang suami, amanah dan tanggung jawabnya dalam urusan keluarga termasuk  masalah nafkah. Semua itu juga akan dipertanyakan. Apakah suami termasuk memperhatikan urusan nafkah dengan baik, atau justru melalaikannya.

Kembali ke perumpamaan truk di atas. Sekali lagi diingatkan bahwa truk itu simbol laki-laki, sedan itu simbol perempuan. Semoga posisi ini tak lagi pernah tertukar.  Malu sama Allah yg telah menciptakan kita, malu juga sama mertua.
Jika ada truk yg bermuatan sedan, maka itu sudah sewajarnya. Tetapi jika ada sedan bermuatan truk, itu pasti truk-trukan alias truk mainan.

Tetap bersemangat, saudaraku.... Mumpung Allah masih memberi kita kesempatan. Mumpung Allah masih memberi kita kekuatan. Mari bersungguh-sungguh dalam menyambut hari-hari bersama tugas mulia kita. Mari bersungguh-sungguh berikhtiyar menjemput setiap butiran rizki kita. Betapa Allah menyertai orang yg memiliki kesungguhan.

Wallahu a'lam bish-shawab
Semoga Allah SWT memudahkan kita dalam segala urusan.
---------------------------------------
Malang, 5 Februari 2016
(Vinan)

No comments:

Post a Comment