Thursday, February 4, 2016
Petuah ke-44 : Kemurahan dan berbaik hatilah kepada sahabat
Petuah Singkat SUFI Agung
Petuah harian ke-44
๐ฌ
~Kemurahan dan berbaik hatilah kepada sahabat~
Syeikh Abu Madyan berkata,
"Ketika saudaramu berbuat cacat dan kesalahan,
Berbaik hatilah kepadanya, langsung maupun tidak"
Syeikh Ibnu 'Athaillah al-Sakandary mengulas syair di atas dalam kitab Unwan al-Tawfiq fi Adab al-Thariq :
Tunjukkan kemurahan kepada saudara-saudaramu. Biasakan dirimu memberi dan mengasihi. Memberi secara langsung adalah mengeluarkan harta dan menyerahkannya kepada mereka. Sementara, memberi secara tidak langsung adalah menunjukkan perhatian. Jangan pelit dan menahan apa pun yang bisa kauberikan kepada mereka. Sebab, keramahan, kemurahan, dan kelapangan merupakan inti perjalanan.
Siapa saja yang menjaga sifat-sifat itu dalam hidupnya, niscaya seluruh rintangan yang menghalangi dan mengotori hati akan sirna.
Syeikh Abdul Qadir r.a. berkata,
"wahai saudaraku, tidaklah aku sampai kepada Allah lewat shalat malam. Juga tidak dengan puasa di siang hari dan menuntut ilmu. Aku sampai kepada Allah lewat kemurahan, tawaduk dan lapang dada."
Ucapan ini menunjukkan bahwa kemurahan merupakan landasan dan kerendahan hati menyempurnakannya. Jika kedua sifat itu mewujud dalam diri seseorang, niscaya hatinya selamat dari semua rintangan dan lepas dari semua hijab yang menghalangi perjalanan menuju Allah.
Karena itu, Rasulullah SAW bersabda,
"Dalam surga terdapat sejumlah kamar yang bagian luarnya tampak dari dalam dan bagian dalamnya tampak dari luar. Allah mempersiapkan kamar itu bagi orang yang berkata lembut, memberi makan dan shalat malam di saat orang-orang tidur."
Wahai Saudaraku, perhatikanlah hadis itu. Nabi SAW menyebutkan perkataan lembut sebagai sifat pertama orang yang berhak atas kamar surga itu. Kelembutan dalam ucapan dan tindakan merupakan wujud kerendahan hati. Sementara, kebiasaan memberi dan menyerahkan merupakan gambaran kemurahan. Selanjutnya adalah shalat dan puasa sebagaimana disebutkan oleh Syeikh Abdul Qadir.
Wahai Saudaraku, peliharalah sifat-sifat mulia itu. Hiasi semua perilakumu dengan akhlak yang mulia. Tutuplah matamu sehingga tak memperhatikan keburukan saudaramu ketika mereka jatuh terpeleset. Perhatikanlah kebaikan mereka.
"Melihat kebaikan hamba dan tidak memperhatikan keburukan mereka merupakan bentuk kesempurnaan tauhid".
(Syeikh Ibnu 'Athaillah al-Sakandary dalam kitabnya al-Hikam al-Futuhiyyah)
"Jika kau dapat melihat Allah sebagai penentu segala hal,
Kau pasti menyaksikan seluruh semesta indah tiada tara"
(Syeikh Abu Madyan)
๐
SIRR✨SUFI Islam Ramah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment