Friday, February 12, 2016
JANGAN SUKA MENGKAFIRKAN
Bismillah
JIKA memang tujuan berdakwah adalah mengajak umat manusia berbondong-bondong masuk surga, tentu saja caranya bukan dengan mendorong-dorong masuk neraka. Jika memang tujuan berdakwah adalah mengajak umat manusia beriman dan bertakwa, tentu saja caranya bukan dengan mengkafir-kafirkan orang lain. Jika memang tujuan berdakwah adalah mengajak umat manusia masuk Islam, tentu saja caranya bukan dengan menjelek-jelekkan agama-agama lain dan keyakinan-keyakinan yang berbeda.
POPULASI orang kafir semakin besar karena semakin banyak orang yang suka mengkafirkan orang lain. Mudah sekali menuding sesama muslim sebagai sesat. Seolah tidak perlu observasi dan verifikasi untuk menuduh pemahaman lain sebagai menyimpang. Semakin banyak yang suka membakar buku dan kitab yang berbeda, dan hanya membaca buku dan kitab dari yang segolongan. Cekatan mencoretkan spidol bid'ah pada yang berseberangan, namun menandai dengan stabilo toleransi jika itu dilakukan kelompoknya sendiri.
PADAHAL bahkan terhadap kaum yang menghalangi kita dari Masjidil Haram, dalam Q.S. Al Maidah:2 Allah melarang kita berbuat aniaya pada mereka. Allah memahami mengapa kelompok yang satu membenci kelompok yang lain -- dan memang sangat manusiawi memiliki kebencian terhadap sesuatu -- tapi Allah jelas-jelas melarang kita berbuat tidak adil. Dalam Q.S. Al Maidah:8 disebutkan," Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berbuat tidak adil." Boleh benci, tapi tetaplah adil.
SUBYEKTIVITAS rasa suka dan tidak suka sering membuat kita tidak obyektif lagi. Padahal, mustahil sesuatu mengandung keburukan saja tanpa kebaikan. Mesti sesuatu berisi semata-mata kebaikan yang tanpa cela. Ada kebaikan di dalam keburukan, pun ada keburukan di dalam kebaikan. Hanya jiwa yang tenang yang bisa menyelamatkan kebaikan di ceruk keburukan dan menyingkirkan keburukan dari selaput kebaikan, tanpa merusak. Jika dengan merusak, siapa pun bisa.
JIKa agama adalah kebenaran, maka berhentilah menyalahkan. Membenarkan bukan dengan cara menyalahkan. Amar ma'ruf nahi munkar harus dengan cara yang ma'ruf, bukan dengan cara yang munkar. Jika memberantas keburukan dengan perbuatan buruk pula, lantas apa bedanya? Berdakwah dan berperang itu berlainan. Berdakwah untuk mengajak, berperang untuk memaksa. Berdakwah untuk berbagi, berperang untuk berebut. Berdakwah untuk berkawan, berperang untuk berkuasa -- dengan saling lawan!
SEJARAH mencatat Muhammad SAW sebagai manusia luarbiasa yang tiada dua. Tidak hanya baik budi pekertinya, namun juga diyakini telah memberikan pengaruh sangat luhur sepanjang masa pada masyarakat dunia. Jika kemudian semakin hari semakin banyak ejekan, sindirian, dan bahkan cemoohan serta olok-olok terhadap Baginda Rasul, tentu bukan dia faktor pemicunya, melainkan kita! Kita umat Muhammad ini, yang seharusnya menjadi umat terbaik, justru kenyataannya berlomba-lomba berbuat keburukan.
KITA sendiri yang menodai agama Islam dengan perilaku bukan Islam dan tidak Islami. Kita sendiri yang mencoreng nama baik Muhammad Sang Teladan Terbaik (Uswatun Hasanah) dengan tindakan yang tidak layak dicontoh. Kita sendiri yang merobek harga diri umat terbaik dengan sibuk berbantah-bantahan, terus-menerus saling berdebat, tidak henti-hentinya mencaci-maki aliran lain, tidak suka dipelototi tapi tetap saja menatap curiga mahzab yang berbeda, berselisih paham, dan saling mengharamkan.
ALLAH adalah Rabb al 'Aalamiin, Tuhan semesta raya, Tuhan apa pun, Tuhan siapa pun. Allah bukan hanya Tuhan umat Islam, apalagi Tuhan segelintir golongan. Muhammad -- dan risalah Islam yang dibawanya -- adalah Rahmatan lil 'Aalamiin, anugerah bagi semesta raya, anugerah bagi apa pun, anugerah bagi siapa pun. Muhammad bukan semata Rahmatan lil Mu'miniin, anugerah bagi orang-orang beriman saja; bukan pula hanya Rahmatan lil Muslimiin, anugerah bagi orang-orang beragama Islam saja.
ISLAM adalah KEDAMAIAN.
Ajaran Islam adalah ajaran perdamaian. Muslim atau orang-orang Islam adalah orang-orang yang cinta damai; memperjuangkan perdamaian dengan menciptakan kedamaian itu sejak dari kediamannya sendiri. Dan, kediaman paling pribadi setiap manusia adalah hatinya sendiri. Jadi, disebut Muslim jika kita berdamai dengan diri sendiri dan damai sejak dari hati. Untuk berdamai, bisa dengan berhenti berperang, bisa pula dengan tidak mulai berperang. Mari berdakwah.
ISLAM itu INDAH...
ISLAM itu NIKMAT...
ISLAM itu DAMAI...
ISLAM itu CINTA...
ISLAM itu KASIH...
ISLAM itu SAYANG...
ISLAM itu RAHMAT...
ISLAM itu SILATURAHIM...
Wallahu a'lam;
Barakallah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment