"Kenalilah Rasulullah
SAW Dan Leluhurnya"
Oleh : Imam Abdullah
El-Rashied
Mahasiswa Fakultas
Syariah – Imam Shafie College, Hadhramaut – Yaman.
Syeikh Muhammad
Ba'athiyah – Rektor Imam Shafie College – dalam Kitab "Mujazul
Kalam" penjelasan "Nadzom Aqidatul Awam" karya Sayyid
Ahmad Al-Marzuqi halaman 136-142 menguraikan biografi singkat tentang
Rasulullah SAW dan para leluhur beliau sebagai berikut:
Pasal : Nasab Nabi
Muhammad SAW
أَبُوْهُ عَبْدُ اللهِ عَبْدُ الْمُطَّلِبْ - وَهَاشِمٌ عَبْدُ مَنَافٍ يَنْتَسِبْ
"Ayahnya
adalah Abdullah, Abdul Muththalib,
Dan
Hasyim, Abdu Manaf (kepada merekalah)
beliau bernasab".
Di antara hal yang
wajib diketahui oleh seorang yang Mukallaf adalah Nama dan Nasab Nabi Muhammad
SAW. Namanya adalah Muhammad (arti kata Muhammad adalah orang yang paling
banyak dipuji/mendapatkan pujian), dinamai demikian karena banyaknya hal-hal
yang terpuji dalam diri beliau. Allah telah menentukan nama beliau semenjak
Zaman Azali[1],
sedangkan setelah 7 hari beliau dilahirkan, kakek beliau yaitu Abdul Muththalib
memberikan nama Muhammad namun ada yang mengatakan bahwa yang memberikan nama
adalah Ibunya.
Rasulullah SAW
dilahirkan pada tahun gajah, hari senin tanggal 12 Rabiul Awal menjelang
terbitnya Fajar. Ayah beliau wafat ketika beliau baru berusia 2 bulan bahkan
ada yang menyatakan ketika beliau masih dalam kandungan. Kemudian disusui oleh
Halimah Binti Dzuaib As-Sa'diyah. Rasulullah SAW tinggal bersamanya di
perkampungan Bani Sa'ad selama 4 tahun hingga akhirnya dikembalikan kepada ibunya
setelah kejadian pembelahan dadanya.
Setelah beberapa
lama menetap bersama ibunya, Rasulullah SAW dibawa oleh ibunya ke Madinah untuk
mengunjungi paman-pamannya. Akan tetapi dalam perjalanan pulang dari Makkah ke
Madinah tepatnya di Daerah Abwa' ibu Rasulullah SAW wafat, sedangkan usia
Rasulullah SAW kala itu baru 6 tahun 3 bulan 10 hari. Kubur ibu beliau berada
di Abwa' dan sangat masyhur di sana. Setelah 5 hari dari pemakaman ibunya, Ummu
Aiman[2] membawa Rasulullah SAW
kembali ke Makkah.
Dalam usia yang ke
8 tahun, kakeknya yaitu Abdul Muththalib wafat. Sebelum wafatnya beliau
berwasiat kepada anaknya yaitu Abu Thalib yang tak lain adalah paman Rasulullah
SAW. Ketika berusia 10 tahun Rasulullah SAW bersama Abu Thalib mengikuti perang
Fijar, bahkan dikatakan lebih kecil dari 10 tahun. Pada usia 12 tahun beliau
dibawa Abu Thalib ke Syam untuk ikut berdagang.
Kemudian
Rasulullah SAW keluar ke Syam untuk kedua kalinya dalam rangka sebagai utusan
dagang Khadijah r.a., sedangkan umur Rasulullah kala itu adalah 25 tahun,
kemudian Rasulullah SAW menikah dengannya setelah 2 bulan lebih kepulangannya
dari Syam. Pada usia ke 35 tahun, Ka'bah yang telah mengalami kerusakan yang
parah akibat terjangan banjir dibangun lagi oleh Suku Quraisy, sedangkan Suku
Quraisy yang saat itu bersengketa dalam peletakan Hajar Aswad rela dengan
Rasulullah sebagai peletaknya.
Pada usia ke 40
tahun beliau diangkat sebagai Nabi, kemudian paman beliau yaitu Abu Thalib
wafat saat usia Nabi mencapai 50 tahun, sedangkan Khadijah r.a. wafat setelah 3
hari wafatnya Abu Thalib. Maka pada tahun wafatnya Paman dan istri beliau
dinamakan sebagai tahun kesedihan, karena Abu Thalib adalah orang yang
bersikukuh melindungi Rasulullah SAW dari siksaan kaumnya, begitu pula Khadijah
yang menemaninya tatkala kembali ke rumah, menghiburnya dari apa yang menimpa
dan menginfakkan seluruh hartanya untuk Allah dan Rasulnya. Di antara yang
diucapkan Khadijah sebagai dukungan kepada suaminya adalah : "Sesungguhnya
engkau adalah utusan Allah yang benar…", dan lain sebagainya.
Setelah 3 bulan
wafatnya Khadijah r.a Rasulullah SAW pergi ke Thaif, kemudian setelah kembali
lagi ke Makkah beliau mengalami sebuah Mu'jizat yang agung yaitu peristiwa
Isra' dan Mi'raj, yaitu peristiwa perjalanan pada malam hari ke Baitul Maqdis
menggunakan Buraq[3]
kemudian Mi'raj (dinaikkan) ke langit dengan jasad dan ruhnya dalam keadaan
terjaga (sadar) pada malam hari.
Kemudian pada usia
ke 53 tahun Rasulullah SAW hijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq beserta Amir
Bin Fuhairah[4]
ra. dan Abdullah Bin Uraiqith[5]. Sedangkan Rasulullah SAW
meninggalkan Ali Bin Abi Thalib yang tidur di kasurnya Rasulullah SAW dan
ditugaskan pula untuk mengembalikan barang titipan orang-orang Kafir yang
dititipkan kepada Rasulullah SAW serta membayar hutang dan agar menyusul kelak.
Rasulullah SAW tiba di Madinah pada hari senin 12 Rabiul Awal, inilah awal mula
perhitungan Kalender Hijriyah[6] akan tetapi kemudian
dipindah permulaannya pada bulan Muharram, dan insya Allah akan kami jelaskan
secara terperinci tentang hal ini pada pembahasan khusus.
Pada usia ke 63
tahun 3 bulan Rasulullah SAW wafat di Madinah setelah sekitar 10 tahun 2 bulan
menetap di situ dan 13 tahun di Makkah setelah diutus. Beliau wafat pada hari
senin 12 Rabiul Awal tahun ke 64 pada Tahun Gajah[7] . Kemudian Rasulullah SAW
dimakamkan di rumah Aisyah r.a., tempat di mana ruh beliau dicabut.
Adapun yang
memandikan beliau adalah Ali Bin Abi Thalib, Abbas bin Abi Thalib, Fadel Bin
Abbas, Qutsam Bin Abbas, Usamah Bin Zaid dan Syaqran budak milik Rasulullah
SAW. Di saat pemandian beliau, Aus Bin Khauli meminta izin kepada Ali Bin Abi
Thalib untuk turut hadir dalam pemandian Rasulullah SAW, kemudian Ali
mengizinkannya. Ali bin Abi Thalib menyandarkan Rasulullah SAW ke dadanya
kemudian mengurus pemandiannya, kemudian Abbas, Fadel dan Qutsam yang
memeganginya dari depan kemudian Usamah Bin Zaid dan Syaqran menuangkan air
perlahan demi perlahan, sedangkan baju yang dikenakan oleh Rasulullah SAW saat
beliau wafat tidak dilepas. Setelah selesai dimandikan, Malaikat Jibril a.s.
bersama para Malaikat lainnya menyolati Rasulullah SAW, kemudian Ahli Bait
Rasulullah SAW kemudian orang-orang secara bergelombang serta sendiri-sendiri.
Rasulullah SAW
telah berperang setidaknya sekitar 19 kali bahkan ada yang mengatakan 26 kali.
Sedangkan Rasulullah SAW tidak bertempur melainkan hanya dalam 9 peperangan
saja. Beliau tidak pernah menunaikan Haji selama di Madinah selain Haji Wada'[8] pada tahun ke 10 dari
peristiwa Hijrah.
Rasulullah SAW
dimakamkan pada malam rabu, di hari ketiga beliau wafat yaitu hari senin.
Kemudian Abbas dan Ali menyolati beliau (sebagai perwakilan) dari Bani Hasyim,
kemudian masuklah orang Muhajirin dan Anshar, kemudian orang-orang menyolati
beliau tanpa seorangpun yang mengimaminya, kemudia para wanita kemudian
anak-anak. Hari di mana beliau wafat seolah-olah adalah hari Kiamat di mana
kesedihan, nestapa dan tangisan orang-orang (begitu dahsyatnya) karena
kepergian Rasulullah SAW.
Ayah Rasulullah
SAW adalah Abdullah Bin Abdul Muththalib, dilahirkan 25 tahun sebelum tahun
gajah. Sedangkan Abu Thalib dan Zubair adalah saudara kandungnya, begitu juga
semua saudara perempuannya adalah saudari kandung selain Shafiyah Binti Abdul
Muththalib. Beliau wafat saat Rasulullah SAW berusia 2 bulan bahkan ada yang menyatakan
masih dalam masa kandungan.
Ayah dari Abdullah
yakni Abdul Muththalib sangat mencintainya karena dia termasuk anak yang paling
baik, paling menjaga harga diri dan paling pandai jika dibanding dengan
anak-anaknya yang lain. Abdul Muththalib mengutusnya untuk berdagang, ketika
melalui Kota Yatsrib[9] kemudian beliau sakit dan
wafat di situ. Beliau dimakamkan di rumah milik An-Nabighah yang namanya adalah
Al-Harits Bin Ibrahim Bin Suraqah Al-Udzri dari Suku Bani An-Najjar di mana
Bani An-Najjar adalah kerabat dari Abdul Muththalib.
Abdul Muththalib
Bin Hasyim adalah kakek Rasulullah SAW, namanya adalah Syaibah[10] Al-Hamd. Disebutkan
bahwasannya dinamai demikian karena saat dilahirkan beliau mempunyai sehelai
Uban pada rambutnya. Beliau dijuluki dengan Abdul Muththalib (Hamba Sahaya
milik Muththalib) karena suatu ketika paman beliau yang bernama Muththalib Bin
Abdi Manaf membawanya dari Kerabatnya di Bani Najjar[11] ke Mekkah sedangkan
beliau mengenakan pakaian yang sudah usang, kemudian orang-orang Quraisy bertanya:
"Siapa ini?", maka Muththalib menjawab: "Dia budakku", dari
peristiwa inilah beliau dikenal sebagai budaknya Muththalib (Abdul Muththalib).
Beliau wafat saat usia Rasulullah SAW 8 tahun, bahkan beliau sempat meminta
hujan kepada Allah dengan bertawassul kepada Rasulullah SAW saat terjadi
kekeringan yang dahsyat di Mekkah. Menjelang wafatnya beliau berpesan kepada
Abu Thalib untuk menjaga dan merawat Rasulullah SAW.
Hasyim Bin Abdi
Manaf (Ayah dari Abdul Muththalib), nama asli beliau adalah Amar Al-'Ula
(Al-'Ula : Tinggi) dinamakan demikian karena tingginya pangkat beliau. Kemudian
dijuluki Hasyim[12]
karena kedermawanan beliau memberi Tsarid[13] kepada orang-orang karena
kelaparan yang menimpa mereka. Ayah beliau adalah Abdi Manaf yang nama aslinya
adalah Al-Mughirah, sedangkan Manaf berasal dari kata Manat yang merupakan
salah satu Berhala yang paling besar yang disembah oleh orang Arab pada waktu
itu, sedangkan ibu beliau menjadikannya sebagai pelayan bagi berhala tersebut.
Nasab Nabi
Muhammad SAW sampai ke kakeknya yang bernama Adnan wajib dihafal oleh segenap
orang Mukallaf, ini Nasab beliau dari sisi ayahnya. Sedangkan dari sisi ibunya
cukup menghafal sampai Kilab, sebab nasab ayah dan ibu Nabi SAW bertemu pada
kakek beliau yang bernama Kilab[14]. Sedangkan Nasab yang
wajib dihafal ialah : Muhammad Bin Abdullah Bin Abdul Muththalib Bin Hasyim Bin
Abdi Manaf Bin Qushoi Bin Kilab Bin Murrah Bin Ka'ab Bin Lu'ay Bin Gholib Bin
Fihir Bin Malik Bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah Bin Mudrikah Bin Ilyas Bin
Mudhar Bin Nizar Bin Ma'ad Bin Adnan.
Qushoi Bin Kilab,
nama aslinya adalah Zaid, tapi ada yang menyebutkan namanya adalah Yazid atau
Mujammi'. Dinamakan Qushoi (Jauh) karena beliau jauh dari keluarganya dan
dinamankana Mujammi' (Pengumpul) karena beliau dahulu mengumpulkan kaumnya pada
hari Jum'at dan mengingatkan mereka agar menghormati Masjidil Haram serta
mengabarkan kelak disitu (Mekkah) akan diutus seorang Nabi. Dan sebab beliau
pula lah, Allah mengumpulkan Bani Fihir setelah sekian lama mereka terpisah di
berbagai negeri.
Kilab Bin Murrah,
nama aslinya adalah Hakim, dinamakan Kilab[15] karena kesenangan beliau
dalam berburu, sedangkan ketika berburu kebanyakan beliau menggunakan Anjing
Pemburu.
Fihir Bin Malik,
dari keturunan beliaulah lahirlah Bangsa Quraisy. Fihir adalah nama aslinya,
sedangkan julukannya adalah Quraisy[16] dijuluki Quraisy karena
kebiasaan beliau memeriksa keperluan seseorang yang membutuhkan kemudian
memenuhinya. Nadhar, nama aslinya adalah Qais dan dijuluki Nadhar[17] karena kebugaran dan
ketampanannya.
Mudrikah Bin
Ilyas, nama aslinya adalah Amar dan dijuluki Mudrikah[18] karena beliau telah
menggapai segala jenis kemuliaan dan hal-hal yang patut dibanggakan yang ada
pada Nenek Moyang beliau, sedangkan cahaya Nabi Muhammad SAW telah Nampak pada
diri beliau.
Ilyas Bin Mudhar,
nama aslinya adalah Husein, dijuluki Ilyas karena beliau dilahirkan setelah
orang tuanya mencapai usia yang sangat tua. Sedangkan Mudhar nama aslinya
adalah Amar, sedangkan panggilannya adalah Abu Ilyas (Ayahnya Ilyas). Dijuluki Mudhar
karena beliau suka meminum susu yang asam[19].
Nizar bin Ma'ad,
nama aslinya adalah Khaldzan. Dinamakan demikian karena ayah beliau telah
melihat cahaya Nabi Muhammad SAW di antara kedua matanya, karena hal ini beliau
sangat gembira sehingga menyembelih sembelihan kemudian membagikannya ke
orang-orang seraya berkata: "Ini adalah Nazr[20] (sedikit) yang menyertai
anak ini".
Ma'ad Bin Adnan,
panggilannya adalah Abu Qodho'ah, dijuluki Ma'ad[21] karena kebersediaan
beliau untuk berperang. Kemudian ayahnya Adnan, kata Adnan berasal dari kata
Aden yang artinya adalah Iqomah yakni Kokoh, dinamakan demikian agar beliau
kokoh dan terselamatkan dari penyakit 'Ain yang disebabkan oleh Jin
maupun Manusia, sedangkan betapa banyak orang mati karena terkena penyakit 'Ain.
وَأُمُّهُ آمِنَةُ الزُّهْرِيَّةْ - ................
"Ibu beliau adalah Aminah Az-Zuhriyah,
.........................".
Sebagaimana halnya wajib bagi orang
yang Mukallaf untuk mengetahui Nasab Rasulullah SAW dari jalur ayahnya maka
wajib pula baginya untuk mengetahui Nasab beliau dari jalur ibunya. Ibu beliau
adalah Aminah Az-Zuhriyah yang dinisbatkan pada kakeknya yaitu Zuhrah, nama
lengkap beliau adalah Aminah Binti Wahab Bin Abdi Manaf Bin Zuhrah Bin Kilab,
nah pada Kakek Rasulullah yang bernama Kilab inilah kedua Nasab ayah dan ibu
beliau bertemu.
Disadur
dari Kitab "Mujazul Kalam" karya Syeikh Muhammad Ba'athiyah,
Cet. Th. 2001, Distribusi Dar Al-Faqih – Abu Dabi, Maktabah Tarim Al-Haditsah –
Hadhramaut.
Ditulis
di Hadhramaut, Rabu 9 Desember 2015.
[2] Ummu Aiman adalah budak milik Abdullah Bin
Abdul Muththalib yang turut menemani Aminah ke Madinah, beliau dimerdekakan
oleh Rasulullah Saw ketika menikah dengan Khadijah dan dikemudian hari beliau
oleh Rasulullah dinikahkan dengan Zaid Bin Haritsah hingga dikaruniai seorang putra yang bernama
Usamah Bin Zaid Bin Haritsah. (Pen)
[3] Buraq adalah binatang tunggangan sejenis Kuda
yang besarnya antara Baghal dan Keledai yang menempuh perjalanan secepat kilat.
(Pen)
[4] Amir bin Fuhairah adalah budak milik Abu Bakar
yang mengembala kambing untuk menghilangkan jejak kaki Rasulullah SAW dan Abu
Bakar ketika menuju ke Gua Tsaur. (Pen)
[5] Abdullah bin Uraiqith adalah
penunjuk jalan yang mahir yang disewa oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar selama
perjalan Hijrah, sedangkan pada waktu itu beliau masih kafir dan tidak
diketahui apakah setelah itu beliau masuk Islam atau tidak. (Pen)
[6] Awal mula penggunaan Kalender Hijriyah dengan
menetapkan bulan pertamanya adalah Bulan Muharram itu terjadi pada masa
pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab. (Pen)
[7] Tahun Gajah adalah peristiwa penyerangan
Ka'bah oleh Pasukan yang menunggangi Gajah yang dipimpin oleh Abrahah, yaitu
Raja Habasyah (Ethiopia) yang mengusai Son'a (Ibu Kota Yaman saat ini). (Pen)
[11] Bani Najjar adalah salah satu Suku
yang menempati Kota Madinah yang masih memiliki hubungan kerabat dengan
keluarga besar Rasulullah SAW. (Pen)
[20] Nazr atau Nizar adalah pemberian yang
terbilang sedikit jumlahnya menurut mereka, hal ini dilakukan sebagai ungkapan
rasa syukurnya atas kelahiran anaknya yang membawa cahaya Nabi Muhammad SAW. (Pen)
No comments:
Post a Comment