Saturday, December 19, 2015
Zero Mind Process
~Zero Mind Process~
Pertanyaan paling menggoda bagi seluruh ummat manusia adalah apakah Allah bisa di lihat di dunia? Atau adakah kemungkinan Allah bisa dilihat di dunia?
dalam hal melihat Allah ada 3 pendapat yaitu :
Allah bisa di lihat di dunia dan akhirat,
Allah Tidak bisa di dunia tapi bisa disaksikan di akhirat dan....
Allah Tidak bisa di lihat di dunia dan akhirat,
Hehee,, ke 3 pendapat itu sama-sama mempunyai mempunyai dalil yang kuat.
Kalau keyakinan bahwa Allah tidak bisa dilihat sama sekali di dunia ini maka tidak ada pertanyaan lebih lanjut,,,,
Allah pun akan menguatkan keyakinan tersebut. Tapi orang yang meyakini bahwa Allah ada kemungkinan bisa di lihat akan muncul pertanyaan berikut,
“Bagaimana cara melihat Allah?” atau “Apa rukun dan syarat yang harus dipenuhi agar saya bisa melihat Allah?” atau “Kemana saya berguru agar saya bisa menyaksikan wajah Allah yang Maha Agung?”.
Berikut ada sebuah pendapat yang perlu kita telaah bersama, pendapat yang memberikan keyakinan akan Melihat Allah di dunia dan alasan kenapa manusia pada umumnya tidak bisa melihat Allah:
Prof. Dr. Muhammad Tahir al-Qadri, ulama Pakistan pendiri Idarah Minhajul Qur’an di Lahore, memiliki kiat untuk bisa “melihat” Allah di dunia.
Beliau menguraikan makna ihsan secara berbeda dalam bukunya Islamic Philosophy of Human Life.
Ketika malaikat Jibril bertanya tentang Iman dan Islam kepada Rasulullah saw. lalu dijelaskan oleh beliau, Jibril berkata, “Kamu benar.”
Lalu Jibril bertanya lagi, “Apakah ihsan itu?”
Rasul menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat Dia, maka bila kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.”
Jadi, ihsan adalah beribadah dengan merefleksikan sifat Allah, al Bashir, Yang Maha Melihat.
Tetapi bagaimana kita bisa beribadah seolah-olah melihat Dia?
Menurut saya kalimat hadis tadi harusnya dipenggal secara berbeda, bukannya
fa in lam takun tarohu, tetapi.....
fa in lam takun,, tarohu.
Terjemahnya ialah, “Maka bila kamu tidak ada, kamu akan melihat Dia”.
Allohu Akbar.
Rupanya penghalang untuk bisa melihat Dia adalah sikap mendewakan diri. Ketika seseorang masih mempertahankan keberadaannya, masih mementingkan eksistensinya, masih mendahulukan kepentingannya, ia tidak akan bisa “melihat” Allah. Ia tidak akan bisa menghayati kebesaran-Nya.
Ia tidak akan bisa mengerti keadilan-Nya.
Ia tidak akan bisa menyaksikan keindahan-Nya.
Ia tidak akan bisa merasakan kehangatan kasih sayang-Nya.
Maka untuk bisa khusyu’ seolah-olah melihat Dia, kita harus meleburkan diri, menghancurkan diri, bagaikan gunung yang sirna mencair oleh tajalli, cahaya Allah. Semakin larut kita menghampakan diri dalam fana, semakin jelas wajah Allah bagi mata hati kita.
IHSAN adalah Zero Mind Process...
Lenyapkan dirimu, kamu akan “melihat” Allah. Wallohu A’lam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment