Tuesday, December 15, 2015

Mencontoh shalatnya seorang Ulama Ahli Ibadah



Mencontoh shalatnya seorang Ulama Ahli Ibadah

Diceritakan ada seorang ahli ibadah bernama Isham ibn Yusuf, beliau sangat wara’ dan khusyuk dalam shalatnya. Meski demikian, beliau ini selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya (masih) kurang khusyuk dan beliau selalu bertanya kepada seseorang yang dianggapnya lebih dalam soal ibadah. Hal itu dilakukan, semata-mata untuk memperbaiki dirinya sendiri yang selalu dirasa kurang khusyuk tersebut.

Nah, suatu ketika Isham ibn Yusuf menghadiri majelisnya seorang abid (atau ahli Ibadah) yang bernama Hatim al-Asham, lalu ia bertanya, “Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan shalat?” Kemudian Hatim berkata, “Apabila masuk waktu shalat aku berwudhu zhahir dan batin.” Isham pun bertanya lagi, “Bagaimana wudhu zhahir dan batin itu?” Maka Hatim al-Asham pun menjawab, “Wudhu zhahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh semua anggota wudhu dengan air. Sementara wudhu batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara, yaitu:

1) Bertaubat
 2) Menyesali dosa yang telah dilakukan
 3) Tidak tergila-gilan akan dunia
 4) Tidak mencari/mengharap pujian orang (riya’)
5) Tinggalkan sifat bangga
 6) Tinggalkan sifat khianat dan menipu
 7) Meninggalkan sifat dengki.”

Selanjutnya Hatim al-Asham menjelaskan lagi, “Kemudian aku pergi ke masjid, aku persiapkan semua anggota badanku untuk menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan. Dan aku rasakan dalam diriku perkara berikut:

1) Aku sedang berhadapan dengan Allah
 2) Surga di sebelah kananku
 3) Neraka di sebelah kiriku
 4) Malaikat maut berada di belakangku
 5) Dan aku bayangkan pula, bahwa aku seolah-olah di atas titian “Sirathal-mustaqim” dan menganggap shalatku kali ini adalah shalat terakhir bagiku, kemudian barulah aku berniat dan bertakbir dengan baik.”

Hatim pun melanjutkan, “Setiap bacaan dari doa di dalam shalat, aku faham maknanya kemudian aku rukuk dan sujud dengan tawadhu, aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bershalat selama 30 tahun.”

Masyallah Tabarakallah!! (Akhirnya Isham ibn Yusuf pun tersiak menangis mendengar hal itu semua, karena ia membayangkan ibadahnya yang memang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim al-Asham).

No comments:

Post a Comment