Monday, January 18, 2016
Inilah Dalilnya : Tahlilan Bukan Warisan Hindhu
๐ธ Beberapa orang yg anti tahlilan seringkali menghakimi pelaksanaan tahlilan pada hari-hari tertentu sebagai warisan Hindhu. Padahal tidak ada satupun pelaku tahlilan yg mengharuskan atau mewajibkan tahlilan pada hari-hari tertentu tsb dan juga tidak ada satupun dari mereka yg meniru tradisi Hindhu. Setiap pengamal tahlilan mengerti dan menyadari bahwa sebuah kegiatan doa,tahlilan dapat dilakukan kapanpun,tidak terikat oleh waktu tertentu. Pelaksanaan tahlilan pada hari-hari tertentu seperti hari ketujuh dan keempat puluh hari berdasarkan pertimbangan syariat bukan meniru Hindhu.
๐ Bagaimana seseorang dapat dg keji menghakimi dan memberikan label"Hindhu" kepada pengamal tahlilan hanya karena tahlilan memiliki kemiripan dengan amalan agama lain. Cara berpikir seperti ini merupakan cara berpikir yg kaku dan tidak sesuai dengan Alquran dan Sunnah.
๐ฟ Bagaimana dengan puasa 10 Muharram,Puasa Asyura yg mirip dengan kebiasaan Yahudi,apakah puasa Asyura juga sesat?
Bagaimana dg majelis ilmu yg diselenggarakan setiap ahad pagi yg mirip dg kebaktian setiap ahad,apakah sesat pula? Tentu saja tidak karena semua yg tersebut diatas memiliki landasan sendiri didalam islam yg secara lahiriah mungkin ada kemiripan dg amalan agama lain,walaupun cara dan isinya tentunya sangat berbeda.
๐ต Adanya kemiripan waktu pelaksanaan sebuah amalan dengan amalan agama lain tentu tidak dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengkafirkan atau menyesatkan umat Islam melakukan amalan tsb. Demikian pula halnya dengan tahlilan selama 3 atau 7 hari yg mungkin dalam pelaksanaannya memiliki kesamaan dg kebiasaan yg terdapat dalam agama Hindhu,sebagaimana yg dilontarkan oleh mereka yg anti tahlilan.
๐ Puasa Asyura,atau puasa sunnah yg biasa kita kerjakan setiap tanggal 9 dan 10 Muharram merupakan salah satu contoh ibadah yg dikaitkan dengan waktu tertentu dan pada mulanya orang Yahudilah yg mengerjakannya pada tanggal 10. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika melewati orang-orang Yahudi yg sedang berpuasa di kota Madinah,Rasulullah bertanya kepada mereka:
"Puasa apa ini?"
Mereka menjawab:
ูุฐุง ููู ุตุงูุญ ูุฐุง ููู ูุฌู ุงููู ุจู ู ุงุณุฑุงุฆูู ู ู ุนุฏููู ูุตุง ู ู ู ูุณู
"Ini adalah hari yg baik,hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya,maka Musa berpuasa dihari ini."
๐ Dalam riwayat lain mereka berkata:
ูุฐุง ููู ุนุธูู ููู ููู ูุฌู ุงููู ููู ู ูุณู ูุฃุบุฑู ุขู ูุฑุนูู ูุตุงู ู ูุณู ุดูุฑุงููู
"Ini adalah hari yang agung,hari dimana Allah menyelamatkan Musa dan meneggelamkan keluarga Firaun. Musa berpuasa di hari ini sebagai rasa syukur kepada Allah."
Mendengar jawaban orang-orang Yahudi tsb,Rasulullah bersabda:
ูุฃูุง ุฃุญู ุจู ูุณู ู ููู
"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian."
Beliau kemudian berpuasa dan memerintahkan para sahabat berpuasa."(HR. Bukhori dan Muslim).
๐ Dalam hadits diatas tampak jelas bahwa Puasa Asyura memiliki kemiripan dan bahkan terinspirasi dari puasa yg dikerjakan oleh orang-orang Yahudi. Kendati demikian Rasulullah memerintahkan para sahabt berpuasa di hari Asyura.
๐ฅ Islam adalah agama terbuka dan bisa menerima kebudayaan dan cara orang lain selama ia tidak bertentangan dg ketentuan yg berlaku didalam Islam dan masih bisa diterima kebenarannya oleh Islam. Contohnya setelah Rasulullah membuat surat-surat kepada para Raja dan penguasa dunia untuk mengajak mereka memeluk Islam,salah seorang sahabat mengatakan bahwa orang-orang kafir tsb tidak mau menerima surat tanpa distempel terlebih dahulu,maka Nabi memerintahkan para Sahabat untuk membuatkan stempel. Kemudian dibuatlah stempel berupa cincin yg berukir kalimat "Muhammad Rasulullah". Stempel ini dikenakan Rasulullah ditangan kanan beliau hingga beliau wafat. Sebagaimana disebutkan sahabat Anas Bin Malik:
ุฃู ุงููุจู ุฃุฑุงุฏ ุฃู ููุชุจ ุฅูู ูุณุฑู ูููุตุฑ ูุงููุฌุงุดู.ูููู: ุฅููู ูุงูููููู ูุชุงุจุง ุงูุง ูุฎุงุชู .ูุตุงุบ ุฑุณูู ุงููู ุฎุงุชู ุง ุฎููุฉ ูุถุฉ.ูููุด ููู-ู ุญู ุฏ ุฑุณูู ุงููู
"Sesungguhnya Nabi SAW berkehendak untuk menulis surat kepada Kisra,kaisar dan Najasyi,maka salah seorang sahabat berkata kepada beliau,"Mereka tidak akan menerima surat kecuali surat yg diberi stempel." Maka Rasulullah membuat stempel beruapa cincin dan mengukirkannya kalimat Muhammadur Rasulullah padanya."(HR. Muslim).
Maka apabila sesuatu itu baik dan tidak bertentangan dg ketentuan yg terdapat di dalam Islam,maka Islam terbuka menerimanya. Apalagi jika sesuatu itu berasal dari Islam itu sendiri.
๐ฟ Tahlilan selama tujuh hari berturut-turut bukanlah warisan Hindhu,akan tetapi warisan Para Sahabat dan Tabi'in yg diamalkan dari generasi ke generasi berikutnya hingga hari ini. Ulama-ulama tersohor seperti:
1. Imam Ibnu Hajar Al-Haitsami dalam fatwanya, kitab Fatawi Ibnu Hajar Al-Haitsami,juz 2, hal 2, Darul Fikr,1993.
2. Abu Nu'aim Al-Ashbahani dalam kitab Hilyatul Auliya,juz 4,hal 3.
3. Imam Suyuthi dalam kitabnya Al-Hawi Lil Fatawi, Al-Maktabah Al-Ashriyah,1990.
Menyebutkan bahwa seorang Sahabat atau Tabi'in yg bernama Thawus berkata:
ุฅู ุงูู ูุชู ููุชููู ูู ูุจูุฑูู ุณุจุนุง ููุงููุง ูุณุชุญุจูู ุฃู ูุทุนู ูุง ุนููู ุชูู ุงูุฃูุงู
"Sesungguhnya orang-orang yg telah meninggal dunia mengalami fitnah didalam kuburnya selama tujuh hari. Oleh karena itulah dahulu para Sahabat menghidangkan makanan mewakili mereka yg telah meninggal dunia pada hari-hari tsb."
Mereka juga menyebutkan bahwa Ubaid bin Umair berkata:
ููุชู ุฑุฌูุงู ู ุคู ู ูู ูุงูู،ูุฃู ุง ุงูู ุคู ููู ูููุชู ุณุจุนุง ูุฃู ุง ุงูู ูุงูู ูููุชู ุฃุฑุจุนูู ุตุจุงุญุง
"Ada dua orang yg mengalami fitnah kubur(pertanyaan kubur), yaitu seorang mukmin dan seorang munafik. Adapun seorang mukmin,ia mengalami fitnah kubur tsb selama tujuh hari,sedangkan orang munafik mengalami fitnah kubur selama 40 hari."
๐ณ๐ป Dalam menjelaskan atsar diatas Imam Suyuthi mengatakan bahwa dari sisi riwayat,para perawi atsar yg disampaikan Thawus termasuk didalam kategori perawi hadits-hadits shahih. Sedangkan Thawus sendiri merupakan salah seorang Tabi'in yg ternama dan termasuk kategori generasi pertama Ulama Yaman yg sempat menjumpai 50 orang Sahabat Nabi SAW. Sedangkan Ubaid bin Umair Al-Laitsi seorang penceramah pertama di Mekkah yg suka menyampaikan ceramahnya dg banyak bercerita. Menurut Imam Muslim, Ubaid bin Umair lahir dizaman Nabi. Menurut versi lain bahkan disebutkan bahwa beliau pernah melihat Nabi,sehingga berdasarkan hal ini beliau termasuk seorang sahabat Nabi SAW.
๐ Berdasarkan atsar diatas maka jelaslan bahwa kebiasaan sebagaian besar umat Islam untuk menyelenggarakan tahlilan selama 7 hari atau 40 hari sesudah kematian bukanlah warisan agama atau kepercayaan lain,akan tetapi warisan amal para Sahabat dan Tabi'in.
ูุงููู ุงุนูู ...
Dinukil dari buku "Inilah Dalilnya" oleh Habib Novel Alaydrus
๐๐๐๐๐======๐๐๐๐๐
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment