Monday, January 11, 2016
SEJARAH SALAWAT BADAR
Salawat Badar berisi pujian-pujian kepada Rasulullah saw dan Ahli Badar (para sahabat yang mati syahid sebagai pahlawan dalam Perang Badar). Bentuknya syair dan dinyanyikan dengan lagu yang khas.
Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya Karomah Para Kiai, Salawat Badar digubah oleh Kiai Ali Mansur, salah seorang cucu dari K.H. Muhammad Shiddiq, Jember pada 1960. Kiai Mansur saat itu menjabat kepala Kantor Kementerian Agama Banyuwangi, sekaligus menjadi ketua PCNU di tempat yang sama. Proses penciptaan salawat ini penuh dengan misteri dan teka-teki.
Konon pada suatu malam ia tidak bisa tidur. Hatinya merasa gelisah karena terus-menerus memikirkan situasi politik yang semakin tidak menguntungkan NU. Orang-orang PKI semakin leluasa mendominasi kekuasaan dan berani membunuh kiai-kiai di pedesaan. Karena kiailah penghalang utama bagi terlaksananya rencana PKI di tempat itu.
Sambil merenung, Kiai Ali terus memainkan penanya di atas kertas, menulis syair-syair dalam bahasa Arab. Dia memang dikenal mahir membuat syair sejak masih belajar di Pesantren Lirboyo, Kediri. Kegelisahan Ali berbaur dengan rasa heran, karena malam sebelumnya dia bermimpi didatangi para habib (=habaib) berjubah putih-hijau. Semakin mengherankannya lagi, karena pada saat yang sama istrinya bermimpi bertemu Rasulullah saw. Keesokan harinya mimpi itu ditanyakan pada Habib Hadi Al-Haddad Banyuwangi.
Habib Hadi menjawab, “Itu ahli Badar, ya akhi!”.
Kedua mimpi aneh dan terjadi bersamaan itulah yang mendorong dirinya menulis syair, yang kemudian dikenal dengan Salawat Badar. Keheranan muncul lagi karena keesokan harinya banyak tetangga yang datang kerumahnya sambil membawa beras, daging dan lain sebagainya, sebagaimana layaknya akan mendatangi orang yang akan punya hajat mantu. Mereka bercerita bahwa pada pagi-pagi buta pintu rumah mereka didatangi orang berjubah putih yang memberitahukan di rumah Kiai Ali Mansur akan ada kegiatan besar. Mereka meminta membantu. Maka merekapun membantu sesuai dengan kemampuannya.
“Siapakah orang berjubah putih itu?”
Pertanyaan terus mengiang dalam benak Kiai Ali tanpa jawaban.
Malam itu banyak orang bekerja di dapur untuk menyambut kedatangan tamu, yang mereka sendiri tidak tahu siapa, dari mana, dan untuk keperluan apa.
Menjelang matahari terbit, serombongan habib berjubah putih-hijau dipimpin Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi dari Kwitang, Jakarta, datang ke rumah Kiai Ali Mansur.
“Alhamdulillah …,” ucap Kiai Ali ketika melihat rombongan yang datang adalah para habib yang sangat dihormati keluarganya.
Setelah berbincang basa-basi sebagai pengantar, membahas perkembangan PKI dan kondisi politik nasional yang tidak semakin menguntungkan, Habib Ali menanyakan topik lain yang tidak diduga oleh Kiai Ali.
”Ya akhi! Mana syair yang engkau buat kemarin ? Tolong ente bacakan dan lagukan di hadapan kami-kami ini!”
Tentu saja Kiai Ali terkejut, dari mana Habib Ali tahu apa yang dikerjakannya semalam. Namun ia memaklumi, mungkin itulah karomah yang diberikanAllah kepadanya. Sebab dalam dunia kewalian, pemandangan seperti itu bukanlah perkara yang aneh dan perlu di curigai.
Segera saja Kiai Ali mengambil kertas yang berisi Salawat Badar hasil gubahannya semalam, lalu melagukannya di hadapan mereka. Secara kebetulan Kiai Ali juga memiliki suara yang bagus. Di tengah alunan suara Salawat Badar itu para habib mendengarkannya dengan khusyuk.Tak lama kemudian mereka meneteskan air mata karena terharu dengan bait-bait syair Salawat Badar.
Selesai mendengarkan Salawat Badar yang dikumandangkan Kiai Ali Mansur, Habib Ali segera bangkit!
”Ya akhi! Mari kita lawan ’Genjer-genjer’-nya PKI itu dengan Salawat Badar!” serunya dengan nada suara mantap.
Setelah Habib Ali memimpin doa, rombongan itu memohon diri . sejak saat itu, terkenallah Salawat Badar sebagai bacaaan warga NU. Untuk lebih mempopulerkan Salawat Badar, Habib Ali mengundang para habib dan ulama – termasuk Kiai Ali Mansur dan Kiai Ahmad Qusyairi, paman Kiai Ali Mansur – untuk datang ke Kwitang, Jakarta. Di forum istimewa itulah Salawat Badar dikumandangkan secara luas oleh Kiai Ali Mansur.
Sholatullah salamullah # ’Ala Thoha Rasulillah
Sholatullah salamullah # ’Ala Yasin Habibillah
Tawassalna bi bismillah # Wa bil Hadi Rasulillah
Wa kulli mujahidin lillah # Bi Ahlil Badri ya Allah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment