Tuesday, February 4, 2014

Mengamalkan Menurut Kemampuan

Wacana SUFI ke-54

Ada sahabat Nabi Saw yang melakukan shalat tahajud sampai pagi, dan memakai tali di badannya supaya bisa tegak terus beribadah, Rasulullah mengetahuinya dan mengatakan “Jangan!  saya juga Nabi, perlu tidur, juga shalat malam, makan, puasa, dsb”. Hal ini supaya sahabat tersebut tidak memaksa diri berlebihan, walaupun dalam soal ibadah. 
Tetapi ada sahabat-sahabat yang diperintahkan oleh Beliau, “kamu tidurnya sedikit saja, banyak terjaga di malam hari, banyak ingat kepada Allah”. Terus bagaimana bisa seperti bertolak belakang? itulah Rasulullah saw, seperti yang diperintahkan oleh Allah swt dalam firmanNya, “katakanlah Muhammad, masing-masing mengamalkan menurut kemampuan”. 
Rasulullah Saw tahu, jika ada sahabat yang diperintahkan tetap terjaga ibadah malam hari, dia akan memaksa diri, nantinya mengeluh, tidak ikhlas, tidak bisa ridho, tidak pasrah, tidak bisa syukur saat ibadah. Sedangkan ada sahabat yang memang diperintahkan harus melakukan hal tersebut. 
Dulu saya punya seorang sahabat, dia mempunyai seorang teman yang dekat dengan almaghfurlah Mbah Yai Syech Abdul Djalil. Seringkali setiap malam orang tersebut diajak ngobrol oleh Mbah Yai, suatu ketika dia protes, “Pak Yai, saya ini bermajlis, bergaul dengan panjenengan, sama sekali tidak pernah dikasih dzikir dan wiridan, tidak seperti orang-orang banyak itu yang dikasih wirid”. 
Jawabnya Pak Kyai sederhana, “kamu kalo saya kasih, tetap tidak bakal kamu amalkan”, karena sebenarnya pak Kyai memang mengerti, ruang yang ada di dalam jiwanya. 
Ada lagi cerita dua orang Kyai, dulunya belajar bersama di pesantren dan tinggal dalam satu kamar. Begitu keluar, masing-masing menjadi Kyai, satu di jawa timur, dan satunya lagi di jawa tengah. Saat baiat bersamaan waktunya, Kyai yang satu di jawa timur harus mengamalkan wirid seperti aturannya, sedangkan Kyai yang satunya di jawa tengah tidak perlu wiridan seperti aturannya, hal ini karena Mursyid mengetahui ruang dan syakilah di dalam jiwanya. 
Oleh sebab itu, di dalam tradisi Thoriqoh pun menjadi kurang beradab, kalo kita mengajukan diri, “Pak Kyai, bagaimana kalo saya diberi wiridan yang begini, begini, begini….saya minta hizb ini, ini, ini…”. 
Meskipun dia akan tetap diberi oleh Pak Kyai, tetapi biasanya membuat dia menjadi kelimpungan, tidak bisa istiqomah. Berbeda seandainya menurut petunjuk Pak Kyai “ya sudah kamu amalkan ini saja”, biasanya justru bisa istiqomah. "
[DR. KHM. Luqman Hakim | Masjid GUSDUR Ciganjur, Jakarta Selatan | 3 Februari 2014 - video menit ke 16:40]

*********

perhatian: Bagi yang ingin download, harus ijin terlebih dahulu, dengan cara meninggalkan jejaknya, klik tombol Like/Jempol/Tweet/g+ atau mengisi Komen. 


No comments:

Post a Comment