Friday, November 13, 2015
Terseret dunia materialistis karena tidak Kuat KAYA, tidak Kuat MISKIN
Nutrisi Ruhani pagi
Santun menyejukkan
Wacana SUFI ke-104
~Terseret dunia materialistis karena tidak Kuat KAYA, tidak Kuat MISKIN~
" Kehidupan saat ini sudah sangat didominasi tujuan duniawi, dan sangat materialistis.
Kita yang masih beragama untuk akherat.
Bagaimana itu, kita bisa melawan lingkungan duniawi yang sekian besarnya ?
Omong kosong.
Dunia yang dikuasai oleh materi.
Dikuasai oleh kehidupan duniawi.
Bagaimana orang yang berpikir tentang akherat, bisa hidup di tengah-tengah itu, tanpa terpengaruh ?
Omong kosong.
Seorang modin saja.
Modin itu akronim dari imamudin.
Pemimpinnya agama di desa itu namanya modin.
Dibawah alam sadarnya itu sudah materialistis.
Kalau dia diundang orang kaya, tahlilnya 1000 kali.
Kalau diundang orang melarat, cuma "kulhu" lalu berdoa.
Seorang mubaligh habis dakwah, mengajak fisabilillah, lalu tangannya dimasukan saku untuk melihat tipis tebalnya amplop.
Ngaku atau tidak ngaku, kita kalah.
Lihat saja sekarang, bagaimana keranjingannya santri-santri ketika ada tawaran menggiurkan.
Dulu ajaran Rasulullah SAW, yang masih dilanjutkan oleh pendahulu-pendahulu kita, itu KAYA dari dalam, bukan dari luar.
Tapi sekarang, coba sampeyan sebut siapa yang kaya dari dalam diantara kita ?
Siapa dari sekian banyak dari kita, termasuk kyai sekalipun, yang berani meniru doanya Kanjeng Rasul SAW ?
Berikut doanya Rasul SAW, tapi umatnya tidak berani meniru,
“ya Allah, berilah aku kehidupan miskin, mati miskin, kumpulkan aku bersama orang-orang miskin”.
Itu doanya Kanjeng Rasul, bukan ijasahnya Syech Abdul Qodir al Jaelany.
Apa berani berdoa begitu ?
Tidak ada yang berani, kenapa ?
karena kita tidak dalam posisi Rasulullah.
Rasulullah dalam posisi,
~KAYA KUAT - MISKIN KUAT~.
Karena Beliau kuat miskin dan kuat kaya, maka Beliau bisa memilih,
“saya memilih miskin saja”.
Tapi kalau kita, kaya tidak kuat, miskin terpaksa.
Tidak dalam posisi bisa memilih.
Karena kita tidak bisa dalam posisi memilih.
Jadinya, kita hidup sederhana tidak bisa.
Tawakal tidak kuat.
Sabar tidak mampu.
Sehingga harus jadi kaya sajalah.
Terutama ini santri-santri kalau sudah lulus, pulang di masyarakat.
Jangan cepat-cepat pasang nama.
Jangan cepat-cepat buka lapak.
Nanti cepat-cepat tutup juga.
Kata Sayyidina Umar,
“berbekalah dulu sebelum kalian dijadikan pemimpin”.
Sekarang banyak orang terpaksa, karena dijadikan pemimpin sebelum masanya.
Akhirnya tidak tahan lama.
Seperti buah karbitan.
Dipakasakan untuk matang, akhirnya tidak matang, mentah pun tidak.
Jadi, biarkan anak-anak kita siap dulu.
Siap dari segala macamnya.
Jangan sampai jadi benalu.
Jadilah orang kaya lebih dahulu.
Kalau tidak bisa kaya di luar.
Kaya dari dalam.
Sehingga kita tidak membutuhkan siapa pun, kecuali Allah Ta’ala.
Hanya orang yang tidak butuh kepada siapapun, kecuali Allah lah.
Hanya orang yang tidak mau ditindas oleh siapapun termasuk diri sendiri, kecuali oleh Allah lah.
Adalah orang yang MERDEKA.
Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah.
Jangan membutuhkan apapun, kecuali Allah.
Maka, kalian akan menjadi sangat kaya, sangat merdeka.
Hanya orang merdeka yang bisa kreatif.
Bisa berfikir jernih.
Bisa bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk orang yang lain.
Kalau seorang alim tidak bermanfaat pada sekelilingnya, maka apa bedanya dia dengan orang bodoh ?
tidak ada bedanya.
Yang membedakan orang yang alim dengan orang yang bodoh, adalah orang alim bermanfaat pada sekelilingnya. Dan orang bodoh hanya mencelakakan dirinya sendiri. "
[Mbah GusMus | Ponpes Salafy Terpadu, Ar-Risalah, Lirboyo, Kediri | 13 Juli 2004]
๐ท
SIRR✨SUFI Islam Ramah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment