Tuesday, April 8, 2014

Menepis Riya

Wacana SUFI ke-74

" Ada orang yang ibadahnya tekun, tapi tidak pernah paham hakikat ibadahnya. Rupanya memang bijinya tidak ditanam. Atau besar sekali pohonnya, tapi tidak ada buahnya. Dulu memang dilempar begitu saja. Buah mangga itu tumbuh sendiri, besar dan tidak berbuah. Atau belum sampai tumbuh sudah busuk. Ini adalah bahayanya riya.  
Hubungannya dengan Ikhlas, bagaimana menepis Riya ? harus disembunyikan hatinya. Anda tetap berbuat baik dengan siapapun, biarkan saja dilihat orang. Sedangkan hubungan hati anda dengan Allah, biar Allah saja yang tahu.  
Dawuhnya Syech Abdul Jalil almaghfurlah, “ Rahasiakan Allahmu, sebagaimana engkau merahasiakan cacat-cacatmu”. Artinya kualitas hubungan kita, kualitas imaniyah kita dengan Allah harus disembunyikan.  
Sebenarnya kita mengingat akherat saja, belum mengingat di hadapan Allah. Misalnya iman anda ini hebat, orang se-indonesia menyebut anda orang paling beriman. Anda punya nama besar karena anda paling beriman. Atau disebut orang paling makrifat misalnya. Bahkan disebut orang seluruh dunia sebagai paling hebat, apakah ada pengaruhnya di akherat ? khan tidak ada pengaruhnya di akherat. 
Malu juga, ternyata di akherat tidak ada artinya disebut orang paling hebat. Apalagi di depan Allah, tentu lebih malu lagi, “mana kehebatanmu hambaKu ? kamu khan tidak pernah membuat, itu ciptaanKu”.  
Dengan begitu orang menjadi “plong”, hidupnya jadi tulus. Kenapa aku sulit bisa tulus ? karena kita memang tidak “plong”. Banyak yang kita sembunyikan dan takuti, lalu kita berbuat baik pun untuk menutupi rasa takut kita. Takut kalo dikatakan begini, takut kalo tidak dikatakan begitu.  
Itu membuat jalan kita tersandung-sandung. Jalan hati atau jalan iman kita kepada Allah swt yang sebenarnya tersandung-sandung. "
[ DR KHM Luqman Hakim | Masjid Jami AlMunawwaroh, GUSDUR, Ciganjur Jaksel | 7 April 2014 ]

No comments:

Post a Comment