" Tak ada yang membuat seseorang runtuh dibanding kesombongan.
Ketika orang sombong, sebenarnya dia sudah runtuh.
Hujan turun mengalir di tanah yang kondisinya menurun, dan tidak menggenang di atas kepala bukit.
Diibaratkan hati orang sombong, seperti kepala bukit yang posisinya di atas terus.
Padahal hujan itu tidak pernah menggenang disana, tapi menggenangi tanah-tanah yang rendah.
Begitu juga air rohmat Allah Ta'ala, akan mengalir dan hanya berpindah dari wilayah hati yang sombong menuju hati yang tawadhu.
Hati yang rendah, itu seperti tanah yang rendah, yang akan terus menerus digenangi rohmatnya Allah Ta'ala.
Di dalam wudhu, kita diwajibkan untuk mengusap kepala, karena kepala itu tempat orang menegakkan eksistensi dirinya, untuk menyombongkan diri.
Makanya sampai harus diusap saat kita wudhu, dan supaya air rohmat itu mengalir, kepala kita haruslah menunduk.
Apa yang kita jadikan alasan untuk sombong di dunia ini ?
Tak sedikitpun atau tak satupun alasan untuk sombong.
Yang dimaksud orang yang sombong yaitu orang yang menolak kebenaran, bukan lah orang yang memakai pakaian bagus, yang cakep atau memakai mobil bagus.
Orang yang sombong selain menolak kebenaran, juga punya perasaan meremehkan orang lain.
Ketika orang meremehkan orang lain, maka pada saat yang sama dia merasa lebih dari orang lain.
Nah, itulah yang disebut sombong.
Walaupun pakainnya kumal, kalo dia meremehkan orang lain, jadinya sombong dia.
Sedangkan orang yang tawadhu yaitu orang yang rendah hati, bukan rendah diri.
Orang yang jiwanya terbuka, menerima fakta-fakta kehidupan yang berbeda-beda, dengan keluasan jiwa. "