Tuesday, March 1, 2016

Dor! Meletuslah balon azab itu


LGBT… Heran? Gak perlu. Itu sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Tepatnya jaman nabi Luth.

Kenapa bisa terjadi dan apa akibatnya bagi peradaban mungkin lebih enak dipahami sambil ngopi.

Pertama, yang perlu kita kaji dan mungkin penting bahwa azab itu turunnya selalu di tengah kemakmuran, bahasa tepatnya di kemodernan peradaban. Bukan di keterbelakangan peradaban

Kenapa penting untuk dipahami? Karena masih banyak ulama kita memakai kata azab yang diletakkan di waktu dan kondisi yang tidak tepat. Misalnya, ketika Tsunami atau letusan gunung, tiba-tiba banyak da’i langsung memvonis bahwa itu azab Alloh. Padahal itu siklus bencana.

Negara kita, sejak jutaan tahun, sebelum ada penghuni  sudah menjadi tempat bencana. Bahasan geologi dan katastropi menjelaskan bahwa Nusantara adalah tempat lempengan, patahan, tumbukan dan pusat gunung berapi.

Ada atau tidak manusia, tanah negara kita tetap selalu berproses yang  pastinya menimbulkan gempa, Tsunami dan letusan.
Tiga hal ini ( gempa, Tsunami dan meletusnya gunung ) adalah metode keseimbangan sunatullah agar bumi tetap subur, bersih udara dan air. Dan efek dari itu ya kita sendiri yang menikmati. 

Ketiganya bisa diprediksi dan ditanggulangi dengan mitigasi siaga bencana.

Jadi, mari belajar membedakan mana bencana alam, mana azab. Bencana alam adalah siklus hidup bumi. Sedang azab adalah ulah manusia. Datangnya azab juga tak bisa diprediksi. Sebenarnya sih bisa diprediksi. Tetapi karena nafsu manusia sudah meninggi, maka sistem peringatan-peringatan azab itu menjadi abai.

Balik lagi, azab kaum  Luth terjadi di puncak kemakmuran. Kenapa begitu? Quran sendiri sudah menjelaskan bahwa kemakmuran sering membuat orang lalai, sedang keterhimpitan dan keterbelakangan malah membuat orang merintih pada Tuhannya.

Dengan kemakmuran orang merasa bahwa apa yang dinikmati adalah hasil jerih payahnya, bukan karunia Alloh. Dampak anggapan cara berfikir ini, manusia akan berbuat yang paling disukai, pastinya pada titik puncaknya akan menjadi penumpukan-penumpukan perlawanan pada sunatullah.

Nah, ketika “wadah” tumpukan pelanggaran sunatullah ini tak kuat menampung, meletuslah wadah itu.

Meletus balon hijau, dor! Hatiku sangat kacau. Letusan azab itu terjadi tiba2. Persis seperti anak kecil yang girang meniup balon tanpa peduli akibat berlebihannya. Padahal orang2 tua sudah mengingatkan. Seperti itulah azab. Seakan cicilan tiupan2 perlawanan sunatullah itu tak berdampak. Padahal  saat titik klimaks wadah itu tak kuat menahan, hmmm…tak ada yang siap. Karena datangnya sangat tiba-tiba.

Ah….intronya terlalu panjang. Mari kita rinci azab Luth secara teknis.

LGBT itu terjadi karena kejenuhan, kebosanan dan ketakutan. Jenuh dan bosan karena tak punya tujuan akhirat. Lha kalau dunia sudah terengkuh semua, terus ngapain ya? Akhirnya bingung sendiri karena gak ada tujuan. Padahal usia masih panjang.

Ketakutan juga karena ketiadaan sistem keyakinan. Karena tak adanya keyakinan mengarungi sunatullah hidup, akhirnya cari cara aman dan nyaman yang aneh-aneh.
Teknis detailnya lagi, LGBT itu terjadi karena komplikasi antara kejenuhan pengumbaran sex dan ketakutan “sakit hati” dengan lawan jenis.

Kalau sudah bolak-balik free sex dengan mudah, maka  secara sunatullah seseorang akan bosan dengan lawan jenis. Dicobalah dengan yang sejenis. Kalau bolak-balik sakit hati dengan lawan jenis, maka muncullah ketakutan dengan lawan jenis dan cari aman bahagia dengan sesama jenis.

Apa akibatnya?

Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Ketika kita melakukan LGBT, maka kita sedang melakukan sesuatu yang tidak visioner, tidak memaknai khalifah fil ardh. Yang tidak visioner berarti kehancuran.

Yang perlu kita ingat, pikiran manusia bekerja dengan energi listrik dan frekwensi. Ketika  manusia tidak menjalankan misi sunatullah, maka ia sedang melakukan deviasi energi dan frekwensi . Akan menjadi kekacauan medan magnet dan gelombang pikiran.

Bayangkan bila penyimpangan  ini dilakukan dalam skala besar. Baik secara besar kualitatif personal maupun komunal. Maka di ruang atmosfer ini akan terbentuk energi baru yang tidak cocok dengan energi hidup bumi.

Energi itu akan mengacaukan sistem kerja peradaban yang sudah susah-susah dibangun oleh kaum ulama, alias kaum berilmu. Secara teknisnya disebut RFI, Radio Frequency interference atau EMI electro Magnet Interference.

Kerja pikiran berjamaah penganut LGBT ini akan bertahap mengintervensi kerja tehnologi yang suatu saat,,, Dor! Meletuslah balon azab itu.

Simulasi sederhana, bayangkan bila segala penjuru dunia saat ini yang frekwensi kerja listriknya antar 50-60Hz tiba2 kena interferensi gelombang mendadak yang menyimpangkan  frekwensi tersebut. Voltase ada, tapi frekwensi berubah.

Akibatnya, seluruh listrik mati. Genset pun tak bisa bekerja. Hanya ada voltase tapi frekwensi tersebut sudah dilock. Artinya, samasaja tak ada energi listrik samasekali.
Lampu mati, segala yang berhubungan dengan kerja motor langsung mati. Mobil, kereta api, mesin pabrik, komputer, HP,GPS, Satelit, trasnreciever BTS, pompa air  bendungan, reaktor nuklir dll semuanya kompak mati mendadak dalam jam, waktu dan detik yang sama. Bagaimana hancurnya transportasi ✈๐Ÿš€๐ŸŽก๐Ÿญ๐Ÿ—ผ๐Ÿš‚๐Ÿš๐ŸšŠ๐Ÿš†๐Ÿš„dan data komunikasi ๐Ÿ“€๐Ÿ’ฟ๐Ÿ’พ๐Ÿ“ก๐Ÿ“ž๐Ÿ“Ÿ๐Ÿ“ ☎๐Ÿ“ฑ hanya butuh satu kedipan mata.

Kemudian tumpukan voltase ini  yang tak bisa bekerja ini menjadi kekuatan bersama seluruh muka bumi, yang kemudian mengundang petir dari langit. Persis kalau kita nyalain televisi waktu hujan. Tapi ini terjadi di seluruh bumi, jauuuuh lebih dahsyat.

Diam, pejamkan mata dan bayangkan sejenak. Blaarrrr!!!!⚡⚡⚡⚡ Detik itu juga kita semua wassalam tersambar petir wis….

Jadi, petir yang menyambar suatu kaum seperti yang dijelaskan Quran itu samasekali bukan tinjauan mitos, legenda atau klenik. Tapi benar-benar tinjauan fisika murni yang luput dari analisa kita.

Ini hanya tulisan singkat dan sangat mengandung be’e lho yo. Lebih baik urusan gini dikonfirm ilmuwan fisika langsung aja.

Kalau buat kita sih sederhana kok,  sering2 tafakur istighfar. Karena itu adalah jalan menetralisir  pengaruh EMI & RFI energi LGBT.

Perkara orang bilang LGBT itu HAM, ya dimaafkan aja. Kalau perlu dikuliahkan ke Massachusett๐Ÿ˜‚ biar sedikit melek tehnologi. Agar membahas prilaku manusia gak cuma mandeg bahasan hak atau tinjauan sosio-psikologi aja.

No comments:

Post a Comment