Friday, November 11, 2016

Petuah SUFI ke-108 : Tingkatan Ketaatan


Obor Penerang Bathin

Petuah Singkat SUFI Agung

ke-108

🐬

~ Tingkatan Ketaatan ~

Syeikh Abu Thalib al-Makki r.a dalam kitab 'Ilm al-Qulub bagian kedua menerangkan :

Orang melakukan ketaatan itu ada enam tingkat :

1  Orang yang melakukan ketaatan karena Allah SWT lalu berhenti melakukannya dan begitu seterusnya, sehingga ia terkadang melakukannya, terkadang meninggalkannya.

Tingkatan pertama ini bagi kaum mukmin awam.

2  Orang yang mengerjakan amal saleh karena Allah SWT, lalu berhenti melakukannya dan setelah berhenti, ia melakukan suatu keburukan. Keburukannya ini menghapus amal saleh dan menggugurkan usahanya.

Terhapusnya amal saleh dapat disebabkan 4 hal :

🌾Menampakkan diri setelah sebelumnya beramal secara sembunyi-sembunyi.
🌾Semula mengingat-Nya, lalu berhenti mengingat-Nya.
🌾Bangga dengan amal dan memamerkannya kepada orang lain.
🌾Merasa telah banyak berbuat amal saleh dan menganggap rendah orang lain yang dinilai sedikit beramal saleh.

Tingkatan kedua ini sikap orang-orang munafik.

3  Orang yang melakukan ketaatan karena Allah SWT, tetapi setelah banyak bergaul ia kemudian dihinggapi penyakit amal dan akhirnya berhenti melakukan ketaatan. Orang seperti ini semua ketaatannya gugur karena buruk akhir perjalanan hidupnya ( su’ al-khatimah ).

Yang ketiga ini perilaku orang-orang yang zalim.

4    Orang yang mengerjakan ketaatan sambil membawa kekurangan dan kecacatan, baik dalam dirinya maupun dalam ketaatannya, namun seiring bergulirnya waktu, kekurangan dan kecacatan itu kemudian hilang. Orang semacam ini dinilai sebagai orang yang beramal baik dan amalnya diterima, sebab ia berhasil menghilangkan kekurangan dan kecacatan dari diri dan amalnya. Dengan kata lain, ia berhasil mengakhiri perjalanan hidupnya dengan baik ( husn al-Khatimah ). Kalau yang sebelumnya mengakhiri perjalanan hidupnya dengan buruk, yang ini justru mengakhirinya dengan perbaikan diri dan tobat.

Tingkatan keempat ini bagi kaum muqtashidin (pertengahan).

5   Orang yang mengerjakan amal saleh karena Allah SWT, dan berhenti mengerjakannya juga karena Allah SWT. Ketika beristirahat dari mengerjakan amal saleh, ia tidak mengisi masa istirahatnya itu dengan melakukan keburukan. Dibandingkan empat golongan sebelumnya, yang kelima ini yang paling baik, sebab ketika beramal ia menyaksikan keagungan dan kemuliaan Tuhan Yang Mahamulia.

Tingkatan kelima ini bagi kalangan khusus dari kaum mukmin.

6 Golongan yang lebih tinggi lagi dari golongan kelima, yaitu orang yang mengerjakan amal saleh karena Allah SWT dan senantiasa berada dalam amal saleh bersama-Nya. Kalaupun sesekali berhenti, ia berhenti sebentar saja dan itu pun sambil tetap memelihara kebersamaan dengan-Nya.

Ini tingkatan para muwahhidin (orang-orang yang benar-benar manauhidkan Allah) dan kedudukan para musyahidin (orang-orang yang benar-benar menyaksikan keesaan-Nya).

Tingkatan keenam ini bagi kalangan khusus dari orang-orang yang ikhlas, yaitu para ahli makrifat.

Setiap orang memperoleh bagiannya masing-masing sesuai dengan tingkatan amal yang diperbuatnya.

Yahya ibn Mu’adz r.a bermunajat,
“Tubuhku, hatiku, perilakuku, dan negeriku semuanya tidak luput dari kekurangan. Apakah Engkau menuntutku agar aku sanggup melakukan amal yang luput dari kekurangan di tengah-tengah semua yang tidak luput dari kekurangan itu ? Demi keagungan-Mu, aku tidak sanggup melakukannya kecuali atas keagungan dan pertolongan-Mu, maka tolonglah aku!”

Hal terbaik yang harus dilakukan seorang hamba terhadap amalnya adalah
🔸tidak berniat selain mengharap keridhaan Allah SWT,
🔸semata karena mencintai sifat-sifat-Nya,
🔸mengagungkan dan memuliakan hak-hak-Nya,
🔸serta dalam rangka mengendalikan diri untuk tetap melakukan ibadah dan pengabdian kepada-Nya.

Apabila hal ini luput dari agenda amal seorang hamba, Allah Yang Mahaagung lagi Mahamulia pun akan luput darinya ketika ia melakukan amal. Jadilah ia beramal hanya karena mengharapkan pahala yang dijanjikan-Nya bagi orang-orang yang beramal atau hanya karena takut akan ancaman siksa bagi orang-orang yang tidak beramal.

Sebagian ulama berpendapat bahwa beramal karena mengharap pahala (raja’) lebih baik daripada beramal karena takut siksa (khawf).


🐝

SIRR✨SUFI Islam Ramah

Ini adl Group Khusus
SIRR ONLINE🌙247

#Jaga HATI online dengan Allah, nonstop 24 jam, 7 hari


أَللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

No comments:

Post a Comment