Thursday, October 29, 2015
Islam awalnya asing, akan kembali terasing
Nutrisi Ruhani Malam
Santun Menyejukkan
Wacana SUFI ke-94
~Islam awalnya asing, akan kembali terasing~
" Kalau kita semua memperhatikan kehidupan kita. Terutama terhadap negeri kita sendiri. Semestinya jika kita mau berfikir, itu pasti akan menjadi pusing.
Ada dawuhe kanjeng Rasul SAW,
“Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing.” (HR Muslim).
Islam awalnya hanya kanjeng Nabi Muhammad SAW saja. Dibantu istrinya sayyidatuna Khodijah, sahabat Abu Bakar Siddiq, menantunya Sayyidana Ali.
Jumlahnya sangat sedikit. Asing ditengah-tengah sedemikian kejahilan yang merata ketika itu.
Kanjeng Nabi sebagai cahaya ditengah-tengah kegelapan yang luar biasa.
“Bada-al Islaamu ghariiban wa saya’uudu kamaa bada-a ghariiban”
Ramalane kanjeng Nabi,
"Islam dimulai dengan keterasingan, akan kembali dalam kondisi keterasingan lagi".
Saya berfikir-fikir setelah 15 abad.
Apakah sekarang Islam sudah kembali terasing atau belum ?
Kalau melihat ramainya pengajian.
Ramainya sholawatan.
Ramainya orang berangkat haji, sampai harus dibatasi.
Kabarnya berangkat haji antrinya hingga tahun 2028.
Kalau melihat fenomena ini, kok tidak “ghariib”. Belum waktunya “ghariib”. Belum kembali terasing lagi. Malah ramai.
Sekarang orang teriak “AllahuAkbar”.
Tidak hanya di masjid, tapi di jalan-jalan.
Tidak hanya buat takbir sholat, tapi juga dipakai untuk demo.
Luar biasa……
Luar biasa…..
Saking hebatnya orang Islam,
sampai mendeklarasikan gubernur tandingan, yang pakai peci haji. Biar terlihat dijamin surganya.
Kalau melihat ini semua, belum terlihat terasing. Akan tetapi kalau dilihat dari nilai-nilai keislaman. Misalkan kejujuran. Ini seperti “Ghariib”.
Ada orang kok jujur, ditengah-tengah sekian pembohong, itu kasihan sendirian.
Ada pejabat, kok tidak korupsi, itu kasihan sendirian.
Jadi kadang-kadang tidak kuat.
Keterasingan itu membikin tidak kuat.
“lho, semua kok pada korupsi, saya kok tidak, hanya sendirian, jadinya terlihat saru. Ya sudahlah, saya menemani teman-teman, ikut korupsi”.
Terasing…….masyaAllah.
Orang waras ditengah-tengah sekian banyaknya orang edan.
Kasihan sendirian……ya Allah.
Seperti kanjeng Nabi sendirian, ditengah-tengah masyarakat jahiliyyah, semua edan.
Ada juga sholawatan memuji kanjeng Rasul SAW, itu dibid’ahkan. Tapi kalau memuji syahrini, dianggap Sunnah.
Ini kan kacau.
Orang waras sekarang itu kasihan sendirian, seperti kanjeng Nabi SAW di jaman jahiliyyah.
Apa ini Islam sudah balik kembali dalam kondisi keterasingan,
"wa saya’uudu kamaa bada-a ghariiban” ?
Agama Islam yang diproklamirkan kanjeng Nabi sendiri, sebagai agama yang luas.
Agama yang sejuk.
Agama yang ringan.
Agama yang tidak memberatkan umat.
Agama yang menyenangkan umat.
Tidak membuat takut umat.
Sekarang kalah dengan yang kejam-kejam itu.
Islam itu harus “petentengan”.
Kalau tidak "petentengan" tidak masuk surga.
Harus berwajah sangar.
Kalau tidak sangar, tidak afdhol. Harus misuh-misuhi orang.
Kalau tidak misuh-misuhi, tidak masuk surga.
Ini kan terbalik-balik. "
[GusMus | Tabligh Akbar & Sholawat | Dies Natalis ke-22 IAIN Surakarta | 10 des 2014]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment