Friday, November 11, 2016

HAFAL QURAN 30 JUZ DAN HADlTS TAK MENJAMIN KITA MASUK SURGA


Sebuah Kisah Nyata......


°~ Kisah nyata ini dituturkan Habib Quraisy bin Qosim Baharun, Cirebon, dr kisah perjalanannya th 1996.

Kala itu pesawat melintasi daratan Afrika. Diantara penumpangnya Habib Quraisy dan ibu Tua sekitar 65-70 tahun berpenutup jilbab di sebelahnya.

“Dimana asal Anda?” Tanyanya.

Tahu Habib Quraisy orang Indonesia, dia mengajaknya berbahasa Indonesia dan amat fasih pula.

Ibu Tua itu tersenyum bijak sambil berkata “Saya ‘Alhamdulillah’ menguasai sebelas bahasa dan 20 bahasa daerah”.

Ibu Tua mulai mengupas pembahasan Al Qur’an dg indah dan mahir.

Habib pun penasaran atas kehebatannya menjelaskan Al Qur’an,

“Apakah Ibunda HAFAL AL-QUR’AN ?”

Beliau jawab “Ya, saya telah menghafal Al Qur’an dan saya rasa tidak cukup hanya menghafal Al Quran sehingga saya berusaha menghapal Tafsir Jalalain dan saya pun hafal”.

Tidak sampai disitu saja, Ibu Tua itu melanjutkan bicaranya “Namun Al Qur’an harus bergandengan dengan hadist. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal hadist tentang hukum sehingga saya hafal kitab hadist Bulughul Marom di luar kepala”.

“Lantas saya masih belum merasa cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada fadhailul amal, maka saya pilih kitab Riyadhus Sholihin untuk saya pelajari dan saya hafal”. Kata Ibu itu menuturkan pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy.

Ibu itu kembali bertutur “Di sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cenderung pada tasawuf sehingga saya pilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya."

"Saking seringnya saya baca Ihya Ulumuddin sampai-sampai Bab Ajaibul Qulub saya hafal di luar kepala”.

Habib Quraisy terperangah melihat kehebatan dan luarbiasanya Ibu itu. Namun karena tidak percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba test kebenaran perkataannya.

Apakah benar Ia telah hafal Al Qur’an? Apakah benar Ia menguasai Tafsir Jalalain ttg asbabun-nuzul dan qaul Ibnu Abbas? Setelah melalui beberapa pertanyaan. Ternyata benar Ibu itu hafal Qur’an bahkan mampu menjawab tafsirnya dengan mahir dan piawai.

Ketika Habib mengangkat permasalahan ihya mawat yang ada dalam kitab Bulughul Maram Ibu Tua itu pun menjabarkannya cukup jelas.

Ketika Habib membahas tentang hadist Riyadhus Sholihin maka Ibu Tua itu menyebutkan sesuai apa yang disebutkan dalam kitab Dalailul Falihin sebagai syarah kitab hadist tsb.

Dan lagi Ia menjelaskan masalah psikologi hati berbasis kitab Ihya Ulumuddin pada pasal ajaibul qulub.

Kembali Habib dibuat heran akan kehebatan Ibu Tua itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Pesawat akan mendarat di Airport. Ibu itu mengambil tasnya yang ada di kabin. Kerana sudah merasa kenal, Habib membantu menurunkan 3 tasnya ke lantai pesawat.

Subhaanallah… Saat Ibu itu menunduk untuk mengambil tasnya ternyata keluar dari balik jilbabnya seutas kalung salib.

Seperti petir menyambar di siang bolong, Habib Quraisy menunduk lemah. Ibu itu tersenyum,  “Akan kujelaskan padamu nanti di hotel.”

Habib akan transit selama sehari semalam, pun Ibu Tua itu. Maka di ruang tunggu dia tunjukkan nomor kamarnya kepada Habib dan berjanji bertemu di ruang lobbi restaurant.

Keduanya akhirnya bertemu. Kpada Habib Qurasy ia mengatakan,

“Saya bukan orang Kristen, mengapa saya keluar dari Kristen ?… karena saya menganggap Kristen belum bisa memenuhi rasa ketertarikan saya pada agama. Dan kalung ini bukan berarti saya Kristen, tapi kalung ini pemberian almarhumah ibu saya”.

Ia mengatakan bahwa Ia telah mempelajari Kristen, Hindu juga Islam. Ia mengungkap ketertarikannya mengenai keagungan yang ada di balik wahyu Allah SWT dan hadits Nabi Muhammad SAW.

“Ibu apa agamanya sekarang ?” Habib bertanya.

Dia katakan “Saya tidak beragama”

“Andai Ibu masuk Islam, begitu baca syahadat, ibu akan langsung dapat titel ulama”. Karena demikian luas ilmu yang dimiliki kata Habib.

Ia menjawab, 
“MUNGKIN KARENA SAYA BELUM MENDAPAT HIDAYAH DARI ALLAH”

Habib Quraisy meneteskan airmata bersyukur kpd Allah SWT, bagaimana orang seperti dia yang sudah hafal Al Qur’an dan lain sebagainya belum Allah izinkan untuk beriman kepada-NYA.

Sementara kita tanpa usaha apapun, telah dipilih oleh Allah SWT untuk jadi seorang muslim.

Demikianlah kisah ajaib ini. Semoga dapat diambil iktibar betapa bersyukur kita dianugrahi iman dan semakin bertambah kuat sampai ajal menjemput, sehingga kita termasuk orang yang husnul khotimah.

Ibu tua itu namanya ANN MARIE SCHIMMEL, ahli terkemuka dalam literature Islam & mistisisme (tasawuf), berkebangsaan Jerman, sebagai professor mengajar di 3 Universitas terkenal di 3 Negara berbeda, dikenal memiliki ingatan fotografis. /

Wafat tahun 2003 di usia 80 thn, entah bagaimana tentang keimanannya di akhir hidupnya. Ada yang tahu???

BETAPA MAHALNYA HIDAYAH. 
SETINGGI-TINGGINYA ILMU, 
SELUAS-LUASNYA PENGETAHUAN,
SEDALAM-DALAMNYA PEMIKIRAN, DAN 
SEKUAT-KUATNYA HAFALAN AL-QUR’AN 30 JUZ DAN HADlTS
TIDAKLAH MAMPU MENGGAPAI HIDAYAH.
KERANA HIDAYAH DATANGNYA DARI RAHMAT ALLAH.
SEBAGAIMANA SEORANG HAMBA MASUK SURGA KARENA RAHMATNYA
Tidaklah cukup hafal Al-Qur'an dan hadist.

Semoga bermanfaat.

Hijrahmu untuk Siapa..???



 Kalau hijrahmu cuman untuk dapetin si doi, bisa sakit hati.
 Kalau ujungnya dia tak dimiliki.

 Kalau hijrahmu cuman untuk dikatain lelaki atau wanita baik, bisa dibilang munafik.
 Karena kata tak selaras dengan jiwa.

 Kalau hijrahmu cuman karena ikut-ikutan tren, kelak bisa berubah sesuai zaman.

 Tapi, kalau hijrah karena Allah,
 karena ingin tetap di jalan cahayaNya..

 Maka, Dia akan menghadirkan orang-orang tulus yang menjadi jalan hidayahmu.
 Dia juga yang mengizinkan dirimu untuk disukai lelaki atau wanita baik yang layak untukmu.

 Jika kini kau masih bertanya, "Kenapa sudah hijrah tapi tetep sudah dapet jodoh dan rizki?"

 CEK KEMBALI, APA NIAT HIJRAHMU!

oleh: Setia Furqon Kholid

JANGAN BACA KISAH INI JIKA TAKUT MENANGIS


Suatu hari saya bersenggolan dengan seseorang yang tidak saya kenal. “Oh, maafkan saya,” reaksi spontan saya. Ia juga berkata: “Maafkan saya juga.” Orang itu dan saya berlaku sangat sopan. Kami pun berpisah dan mengucapkan salam.

Namun cerita jadi lain, begitu sampai di rumah. Pada hari itu juga, saat saya sedang menelphone salah satu kolega terbaik saya, dengan bahasa sangat lembut dan santun untuk meraih simpati kolega saya itu, tiba2 anak lelaki saya berdiri diam-diam di belakang saya. Saat saya berbalik,
hampir saja membuatnya jatuh. "Minggir!!! Main sana, ganggu saja!!!" teriak saya dengan marah. Ia pun pergi dengan hati hancur dan merajuk.

Saat saya berbaring di tempat tidur malam itu, dengan halus, Tuhan berbisik, "Akan kusuruh malaikat menyabut nyawamu dan mengambil hidupmu sekarang, namun sebelumnya, aku akan izinkan kau melihat lorong waktu sesudah kematianmu. Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan. Tetapi dengan anak yang engkau kasihi, engkau perlakukan dengan sewenang-wenang, akan kuberi lihat setelah kematianmu hari ini, bagaimana keadaan atasanmu, kolegamu, sahabat dunia mayamu, serta keadaan keluargamu"
Lalu aku pun melihat, hari itu saat jenazahku masih diletakkan di ruang keluarga, hanya satu orang sahabat dunia mayaku yg datang, selebihnya hanya mendoakan lewat grup, bahkan jg ada yg tdk komentar apapun atas kepergianku, dan ada yg hanya menulis 3 huruf singkat, 'RIP'.
Lalu teman-temanku sekantor, hampir semua datang, sekejap melihat jenazahku, lalu mereka asik foto-foto dan mengobrol, bahkan ada yg asik membicarakan aibku sambil tersenyum-senyum. Bos yg aku hormati, hanya datang sebentar, melihat jenazahku dalam hitungan menit langsung pulang. Dan kolegaku, tidak ada satupun dari mereka yang aku lihat.
Lalu kulihat anak-anakku menangis dipangkuan istriku, yang kecil berusaha menggapai2 jenazahku meminta aku bangun, namun istriku menghalaunya. istriku pingsan berkali-kali, aku tidak pernah melihat dia sekacau itu. Lalu aku teringat betapa sering aku acuhkan panggilannya yg mengajakku mengobrol, aku selalu sibuk dengan hpku, dengan kolega2 dan teman2 dunia mayaku, lalu aku lihat anak2ku.. Sering kuhardik dan kubentak mereka saat aku sedang asik dengan ponselku, saat mereka ribut meminta ku temani. Oh Ya Allah.. Maafkan aku.

lalu aku melihat tujuh hari sejak kematianku, teman-teman sudah melupakanku, sampai detik ini aku tidak mendengar aku mendapatkan doa mereka untukku, perusahaan telah menggantiku dengan karyawan lain, teman-teman dunia maya masih sibuk dengan lelucon2 digrup, tanpa ada yg mbahasku ataupun bersedih terhadap ketiadaanku di grup mereka.
Namun, aku melihat istriku masih pucat dan menangis, airmatanya selalu menetes saat anak2ku bertanya dimana papah mereka? Aku melihat dia begitu lunglai dan pucat, kemana gairahmu istriku?
Oh Ya Allah Maafkan aku..

Hari ke 40 sejak aku tiada.
Teman FB ku lenyap secara drastis, semua memutuskan pertemanan denganku, seolah tidak ingin lagi melihat kenanganku semasa hidup, bosku, teman2 kerja, tdk ada satupun yang mengunjungiku kekuburan ataupun sekedar mengirimkan doa.
Lalu kulihat keluargaku, istriku sudah bisa tersenyum, tapi tatapannya masih kosong, anak2 masih ribut menanyakan kapan papahnya pulang, yang paling kecil yang paling kusayang, masih selalu menungguku dijendela, menantikan aku datang.

Lalu 15 tahun berlalu.
Kulihat istriku menyiapkan makanan untuk anak2ku, sudah mulai keliatan guratan tua dan lelah diwajahnya, dia tidak pernah lupa mengingatkan anak2 bahwa ini hari jumat, jangan lupa kekuburan papah, jangan lupa berdoa setiap sholat, lalu aku membaca tulisan disecarik kertas milik putriku malam itu, dia menulis.. "Seandainya saja aku punya papah, pasti tidak akan ada laki2 yang berani tidak sopan denganku, tidak akan aku lihat mamah sakit2an mencari nafkah seorang diri buat kami, oh Ya Allah.. Kenapa Kau ambil papahku, aku butuh papahku Ya Allah.." kertas itu basah, pasti karena airmatanya..
Ya Allah maafkanlah aku..

Sampai bertahun2 anak2 dan istriku pun masih terus mendoakanku setelah sholat, agar aku selalu berbahagia diakherat sana.

Lalu seketika,, aku terbangun.. Dan terjatuh dari dipan.. Oh Ya Allah Alhamdulillah.. Ternyata aku cuma bermimpi..

Pelan-pelan aku pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, masih aku lihat airmata disudut matanya, kasihan sekali, terlalu kencang aku menghardik mereka..
“Anakku, papah sangat menyesal karena telah berlaku kasar padamu.“Si kecilku pun terbangun dan berkata, “Oh papah, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu.”
“Anakku, aku mencintaimu juga. Aku benar-benar mencintaimu, maafkan aku anakku” Dan kupeluk anakku. Kuciumi pipi dan keningnya.
Lalu kulihat istriku tertidur, istriku yang sapaannya sering kuacuhkan, ajakannya bicara sering kali aku sengaja berpura2 tidak mendengarnya, bahkan pesan2 darinya sering aku anggap tak bermakna, maafkan aku istriku, maafkan aku.

Air mataku tak bisaku bendung lagi.
Apakah kita menyadari bahwa jika kita mati besok pagi, perusahaan di mana kita bekerja akan dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Teman2 akan melupakan kita sebagai cerita yang sudah berakhir, beberapa masih menceritakan aib2 yang tidak sengaja kita lakukan. Teman2 dunia maya pun tak pernah membahas lagi seolah, aku tidak pernah mengisi hari2 mereka sebagai badut di grup.
Lalu aku rebahkan diri disamping istriku, ponselku masih terus bergetar, berpuluh puluh notifikasi masuk menyapaku, menggelitik untuk aku buka, tapi tidak.. tidak..

Aku matikan ponselku dan aku pejamkan mata, maaf.. Bukan kalian yang akan membawaku ke surga, bukan kalian yang akan menolongku dari api neraka, tapi ini dia.. Keluargaku..
keluarga yang jika kita tinggalkan akan merasakan kehilangan sekali

6 NASEHAT UNTUK UMAT ISLAM


Oleh HABIB UMAR BIN HAFIDZ.

=======================
Berikut kutipan nasehat beliau saat hadir di Gedung Bustanul ‘Asyiqin Solo pada acara Majelis Muwasholah Bainal Ulama’il Muslimin.

1. Carilah guru yang bisa "membawamu" kepada Allah SWT. Guru tidak sekedar menjadi mudarris, namun juga sebagai murobbi, yang bisa mengantarkan kita kepada Allah SWT. Hilang berbagai hijabmu dengan Allah SWT, tebal kema'rifatanmu, sebagaimana para sahabat yang memandang wajah teragung Baginda Nabi Muhammad SAW.

2. Ciri ulama' akhirat salah satunya ialah mereka yang mau memelajari kitab-kitab karangan Imam Al Ghozali, Imam Al Haddad, dan Imam Abdul Wahhab Asy Sya'roni. Sebaliknya, ulama' dunia adalah mereka yang menolak untuk mempelajari kitab-kitab ketiga Imam besar itu.

3. Tazkiyyatun nafs itu sangat diperlukan untuk keselamatan kita dalam beragama. Hanya orang-orang ikhlas dalam bergama sajalah yg diselamatkan Allah SWT dari berbagai kesesatan.

4. Sadarlah, kalian semua dimandatkan oleh Allah SWT untuk berdakwah, mengajak orang-orang untuk beriman dan menaati Allah SWT. Apalagi gunanya ilmu kalian jika setelah kalian dapatkan tidak untuk berdakwah mengajak orang-orang kembali kepada Allah SWT?? Jangan main-main, tugas dakwah itu benar-benar dipikulkan Allah SWT kepada kalian. Tentunya jika kalian sadar, kalian akan lebih bersemangat berdakwah, karena "sedang mendapat tugas agung nan mulia dari Allaah SWT".

5. Sesungguhnya para syetan ingin menghalangi kalian dari memelajari ilmu agama, dengan membisikkan provokasi takut miskin. Sebaliknya, para syetan mengajak kalian dengan janji-janji manis untuk meninggalkan ilmu agama dengan lebih memilih ilmu dunia agar kaya. Tolaklah bisikan bodoh itu, atau penyesalan abadi akan menimpamu. Rizqi sudah ditentukan. Dunia ini sementara, dan akhirat kekal abadi.

6. Jadikan kamar rumah kalian terhubung dengan kamarnya Rosulullah SAW. Juga jadikan rumah kalian sebagai panggungnya Rasulullah SAW, jangan jadikan rumah kalian sebagai panggung hiburan musuh-musuhnya Allah SWT.

MENJADI MANUSIA POSITIF



Oleh : Agus Taufiq

Seperti yang sudah saya duga, bahwa pasca aksi damai 4 November 2016, maka berita negatif tentang aksi ini akan muncul jauh melebihi berita positifnya.

Bad news is a good news.

Beberapa orang di media sosial memberi judgement, bahwa aksinya ricuh, aksinya anarkis, umat islam gak peduli kebersihan, merusak fasilitas umum, gak peduli keindahan taman, dll.

Dan semua yang mengeluarkan statement itu ternyata TIDAK IKUT AKSI.

"Sok ganteng boleh, sok tau jangan." -ICR-

Bagaimana mungkin memberi penilaian tanpa melihat langsung?
Adilkah kita memberi judgement tanpa ada di lokasi?

"Loh, kan gw lihat di berita...."

Dan jawabannya sangat mudah, siapa sih yang punya media itu?
Kemana sih keberpihakan media itu?

Ini bukan lagi era informasi. Ini adalah era "kecerdasan" mengelola informasi.

Broadcast (BC) yang berisi kebencian, permusuhan, adu domba, fitnah, teror dan hal negatif lainnya, datang silih berganti dengan sangat cepat. Lebih cepat dari masa tunggu ojek online yang sedang kita pesan.

Saat membaca berita terdakang kita harus lebih cerdas dan kritis. Pun dalam menyebarkan broadcast, jika tidak ada sumbernya, jika yang posting adalah teman kita yang kita kenal biasa asal copy-paste berita, atau sekedar ingin terlihat update, maka sebaiknya tidak usah diteruskan.

Wait and see terkadang lebih baik. Sampai rilis berita yang resmi dan terpercaya. Berita resmi saja kadang bisa dipelintir dan hanya dikutip sebagian hingga merubah keutuhan makna, apalagi BC. Bersabarlah menunggu sampai kita melihat wawancara resmi / konferensi pers yang utuh. Baru simpulkan.

Bagi saya yang hadir aksi damai 4 November 2016, sungguh indah sekali. Aksinya tertib dan damai. Massa aksi sejak jam 5 sore sudah berangsur-angsur pulang dan merapat ke masjid terdekat. Yang di depan MK, patung kuda, gedung indosat, bundaran BI sampai balaikota sudah mulai bersih.
Tersisa segelintir (dibanding keseluruhan massa) yang masih bertahan didepan istana.
Lantas, pecah kericuhan setelah maghrib, yang konon didalangi sekelompok orang beratribut HMI, tapi jika diperhatikan jelas cara berpakaiannnya lebih mirip preman. Dan PB HMI juga sudah mengkonfirmasi bahwa itu bukan mereka. #HidupProvokator

Acungan jempol luar biasa untuk FPI yang memegang teguh janjinya untuk aksi damai. Bahkan FPI membuat barikade khusus untuk melindungi polisi. Dan tiba-tiba saya ngefans sama FPI. #CowoBanget #lah

Lantas ada kericuhan gak jelas di Penjaringan yang merusak minimarket. Media menggiring opini untuk langsung meyimpulkan bahwa itu ulah massa aksi 4 November, hanya karena atributnya.

Apakah bisa sedangkal itukah analisisnya?
Adilkah memberi label tanpa konfirmasi?
Pun begitu dengan semua orang yang ikut menyebarkan info tsb, padahal gak ada di lokasi.

"Kalo gak asik jangan sok asik, kalo gak tau jangan sok tau." -ICR-

Tak ada habisnya membahas hal negatif. Selalu datang dan saling membalas.

Sekarang, yuk mari berusaha melihat hal-hal positif yang tak terberitakan.
Jujur, ini demonstrasi paling humanis yang pernah saya rasakan (siang-maghrib).

Selama saya SMA dan kuliah dulu, berkali-kali saya ikut demonstrasi tidak pernah ada yang "sesantai" ini, padahal secara jumlah massa, ini yang paling banyak. Konon sampai 1 JUTA massa aksi yang hadir dari seluruh indonesia.

Dan bayangkan, dimana-mana massa aksi berlomba memunguti sampah, ada yang berkostum putih, hitam, orange, dll. Dimana mayoritas anak muda yang melakukannya. Inilah wajah generasi muda Islam sesungguhnya. Cinta kebersihan.

Saat biasanya aksi membuat saya kehausan dan kelaparan, kali ini sepanjang jalan selalu ada yang menawari minum dan makan, mulai dari air mineral ukuran gelas sampai botol, dari gorengan hingga nasi padang. Beragam snack pun di bagikan ibu-ibu pengajian secara gratis. Jadi inget bulan Ramadhan tiap buka puasa di jalan. #ParaPencariTakjil

Saat saya ingin melompati taman kecil hanya untuk memotong jalan, tiba-tiba seseorang berpeci putih menghadang dan bilang "jangan lewat sini mas, nanti  rusak tanemannya". #deg. Malu luar biasa. Biasanya saya sering negur orang, kali ini saya yang ditegur. Padahal gak niat menginjak, hanya ingin lompat.

Tapi, ada rasa bahagia luar biasa, ternyata banyak yang peduli dengan penjagaan taman dan fasilitas umum saat aksi ini.

Tak ada dorong-dorongan dengan polisi seperti aksi biasanya saat jadi bunker, tak sibuk juga berlari berputar jadi border. Bahkan saya bisa mendengarkan orasi ulama sambil duduk di trotoar dan makan cilok. #HidupMecin

Disisi jalan yang lain, beragam makanan lengkap dijajakan pedagang, semua jenis jajanan sepertinya tersedia. Dan raut muka bahagia dari pedagang terlihat jelas karena beberapa laris manis. Dagangannya sudah ludes terjual meski masih siang. #BerkahAksiDamai

Di sudut yang lain, polisi sangat santai mengobrol dengan massa aksi, layaknya teman lama yang lagi coba pdkt.

Beberapa yang lain sibuk foto-foto dan minta difotoin, sepertinya sedang reuni dengan sahabat-sahabat lama. Yang mainstream, tentu saja sedang sibuk selfie untuk segera di upload ke media sosial agar selalu hitz. #UpdateNgetz

Dibeberapa titik massa aksi sedang saling menbantu wudhu dengan bergantian memegangi air mineral, untuk sholat ashar dengan beralas aspal dan spanduk.
Indahnya ukhuwah.

Ada juga yang menyediakan fasilitas listrik dan colokan agar massa aksi bisa mengisi ulang daya hp-nya.

Akhirnya saya tiba pada sebuah kesimpulan, ini bukan demonstrasi.

ini lebih mirip festival aspirasi, car free day, reuni, pasar jajanan, bagi-bagi takjil, atau apalah sebutannya. Yang jelas bahasa yang saya rasa cukup ideal adalah SILATURAHIM AKBAR UMAT ISLAM. Bukan demonstrasi.

Karena berbagai kebahagiaan hadir disini. Karena berbagai golongan ada disini. Yang biasa terpecah karena perbedaan manhaj dan harokah tiba-tiba bersatu padu disini.

Bergotong royong, berswadaya memberikan kontribusi terbaik yang mampu dihadirkan.
Demi tujuan untuk berpihak membela Al-Qur'an, karena kelak Al-Qur'an yang akan menjadi pembela bagi kita.

Sejuk kan kalau mendengar hal postif dari aksi ini? :)

Bahwa masih ada umat islam yang "nyeleneh" tentu saja ada. Banyak.

Masih buang sampah sembarangan, masih injak tanaman, orasinya provokatif dan mengundang kebencian. Kata-kata "Gantung" / "penggal lehernya" / "deportasi" tertulis di beberapa spanduk dan terdengar dari orator-orator gak jelas yang provokatif, dan teriakkan tsb diikuti beberapa massa aksi yang kurang cerdas dan sumbunya pendek.

Tapi apa itu yang harus di highlight?
Apa itu tuntutan utamanya?

Itu hanya oknum. Dan itu sebagian kecil. Tuntutan resmi tentu yang disampaikan kepada pemerintah. Apa saat diskusi dengan pemerintah, ulama kita tuntutannya adalah "gantung" / "penggal lehernya"? Tidak.
Ini negara hukum, ulama kita menjunjung tinggi hukum sebagai panglima.

Jika masih ada orang yang nyeleneh ya harap dimaklumi, karena tingkat pendidikan masyarakat kita berbeda-beda, background-nya pun berbeda. Sehingga gak mungkin dipaksakan sama.

Yang jelas kita bisa memilah dan memilih informasinya sebagai insan yang cerdas.

So, mari merawat akal sehat.
Dan selamat menjadi manusia positif.
:)

Sumber: Grup FIM Dejapu